Mereka sampai di parkiran Mall besar di jantung kota. Ami kembali mengekori Winda memasuki mall itu, sementara Bastian mengatakan kalau ia akan menunggu mereka di sebuah kafe yang ada di Mall.
" cepetan Mi, jalannya jangan kaya keong gitu " teriak Winda yang sudah jauh di depan Amina. maklum Ami baru beradaptasi dengan highheelnya. sementara ibu bosnya itu sudah pro dengan heel sepanjang lima senti.
" Maaf bu, saya baru belajar pakai heels " ujar Ami polos, Winda tersenyum. bukan senyum merendahkan, tapi lebih pada senyum simpati.
" Kalau nggak biasa pakai heels, pakai yang flat saja " saran Winda sambil memperhatikan jalan Ami yang terseok.
" Ya bu, besok saya mau pakai yang flat saja "
Ami sudah mencapai tempat ibu bosnya itu berdiri. mereka masuk sebuah butik ternama. Ami dengan sabar membantu wanita kaya itu memilih baju bajunya.
Ami menahan perih di tumitnya yang terasa lecet, ini karena heels murah yang ia beli saat menerima kabar kalau ia diterima bekerja.
setelah puas memilih baju, Winda mengajak Ami menikmati minuman segar di foodcourt. Ami kira ini adalah saatnya ia bicara. menjalankan misi Bastian menghentikan aksi ibunya yang terus memaksanya menikah.
" kira kira kenapa ya Mi, Bastian belum mau menikah ? hampir seluruh teman baiknya sudah menikah dan punya anak. kok betah ya dia jadi Jones, jomblo ngenes "
" Mungkin pak Bastian belum menemukan wanita yang cocok bu, atau mungkin dia sedang menunggu seseorang " tanggap Ami sambil mengaduk minumannya.
" Menunggu, Amira. Hah ? gadis yang jelas jelas sudah menentukan pilihan pada laki laki lain, dia mau hidup dalam bayang bayang perempuan yang tak mengharapkannya "
" Amira ? siapa bu ? "
" teman masa kecil Bas " jelas Winda sambil memandang sepasang kekasih yang melintasi meja mereka.
" Ya mungkin Pak Bastian berprinsip sebelum janur kuning melengkung, masih bisa diperjuangkan "
Winda menghela nafas, terlihat sekali ia menunjukan wajah kecewa.
" saya melihat dan mendengar sendiri, gadis itu menolak Bas mentah mentah, ia mengatakan Bas bukan tipenya sebelum ia berangkat studi keluar negri " jelas Winda dengan suara terdengar menghiba.
" Kira kira kamu bisa bujuk Bas untuk menikah Mi, saya sudah tak sabar menimang cucu. kalau kamu bisa, saya akan kasih kamu bonus " Ami tersedak mendengar permintaan Winda. nah lo..kok peluru jadi berbalik padanya ? bukankah tugas yang diberikan Bastian agar bisa membujuk bu Winda untuk tak membahas soal pernikahan.
" kamu kenapa ?, kok kaya orang kaget gitu. jangan jangan kamu naksir anak saya "
Ami mencoba meredakan batuknya. mendengar tuduhan barusan, ia bagai nelan karet.
" Nggak bu saya nggak saya naksir pak Bastian, saya hanya karyawannya "
" nggak ada salahnya karyawan naksir bos, tapi ngimpi nikah itu lain lagi ceritanya "
Ami terbatuk hebat, dia seakan masuk jebakan batman. Winda menyodorkan air mineral kehadapan Ami.
" Maaf bu, saya sadar diri. orang seperti saya bukan levelnya pak Bastian. ibarat upik abu dengan pangeran. itu hanya terjadi dalam dongeng " ucap Ami setelah batuknya reda.
" Saya juga nggak ngelarang kamu ngehalu jadi istrinya Bas "
Duh...gusti, ni nyonya maunya apa ? lain anak lain mak. bikin mumet mumet met...met...
" sumpah bu, saya nggak kepikiran bakal jadi istrinya pak Bastian " Ami mengangkat dua jarinya.
" kamu pasti disuruh Bas buat ngerayu saya biar perjodohan Bas dengan Nana batal " tebakan jitu sang ibu. Ami ternganga, mau mengiyakan takut jadi pengkhianat atasannya, mau bohong takut nambah nambah dosa. dosanya cukup banyak di dunia ini.
" pak Bastian hanya butuh waktu untuk mengenalkan wanita yang menyentuh hatinya , kenapa ibu tak memberinya jeda waktu, setidaknya untuk memulihkan luka hatinya, mungkin pak Bastian tak ingin pendampingnya nanti sebagai pelarian saja "
Winda terdiam, ia seperti meresapi ucapan Amina. tak lama ia mengangguk angguk. Ami merasakan aura positif pada wajah ibu bosnya, setidaknya itu gambaran strateginya hampir berhasil.
" Okeee...saya setuju " Amina mengebangkan senyum.
" lima bulan, rasanya itu cukup. kalau dia juga tak menikah, saya bakal paksa dia menikah "
" Baik nanti saya sampaikan pada pak Bastian " ujar Ami bersemangat, setidaknya ada jeda waktu bagi Bastian untuk memilih wanita yang sesuai keinginan hatinya.
" Tapi saya juga punya permintaan untuk kamu, kalau kamu bisa membujuk Bastian menikah, saya bakal kasih kamu bonus "
weleh..weleh, baru saja bebas tugas sudah dikasih tugas lagi. Ami menepuk jidatnya.
" Susah ya ? "
" banget bu.., ibu aja yang jadi ibu pak Bastian udah nyerah apalagi saya "
mereka berdua tergelak. Ami menatap arloji. sudah hampir jam lima sore, jam kerjanya sudah habis.
" pak, nanti saya pulang naik ojol saja " ucap Ami setelah mengantar Winda ke mobil Bastian.
" jangan lupa buat laporannya segera ! " balas Bastian penuh penekanan.
Ami memberi dadahan yang manis pada ibu sang bos. ia tersenyum sendiri mengigat gayanya yang sok akrab dengan ibu Bastian.
Ami menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. baru pertama kerja, tubuhnya terasa amat lelah. setelah mandi, ia menikmati makan malam sambil nonton drakor.
ia menjawab panggilan dari hpnya yang berdering.
" Walaikum salam pak, alhamdulillah Ami sehat di sini..udah kok pak, Ami sudah dapat kerja " rupanya ayah yang di kampung mengubunginya. seperti biasa ayahnya yang sudah jadi orangtua tunggal akan menceramahinya soal cepat cepat menikah.
" Ami masih mau kerja pak, kalau jodoh nggak akan lari kemana "
tak terasa Ami berbincang dengan ayahnya selama dua jam. tanpa sadar ia tertidur dan tersentak oleh jeritan hp.
" mana laporannya ? !!! " mata Ami membulat saat mendengar hentakan suara dalam telpon
" laporan ? laporan apa pak ? " Ami berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih menerawang.
" soal ibu saya, dari tadi saya hubungi nomor kamu sibuk terus "
Ami baru nyambung dengan permintaan Bastian.
" Okee pak " jawab Ami pendek.
" apanya yang oke, jelaskan ! " sentak Bastian sampai Ami menjauhkan hp dari telinganya.
" Pak bos yang ganteng, ini masih tengah malem waktunya bobok enak..lagian bapak aneh jadi orang disuruh belah duren nggak mau atau jangan jangan bapak beneran belok "
" Amii !!!! "
" Ya pak siapp.. "
terdengar helaan nafas, Amina rasanya ingin tertawa menyadari bosnya lagi kesal.
" siapa yang nggak mau belah duren, tapi saya maunya sama kamu puas ! besok saya tunggu laporannya " klik panggilan diakhiri.
Ami tercenung sejenak, ada yang aneh menyusup hatinya dengan kata kata si bos barusan. Ah...Ami angin lalu itu angin lalu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Santuuuuy....😂😂
bagus banget yah ceritanya kak
2023-09-14
1
Lina Aulia Hikmah
lelah ya kalo kerja hihihi
2023-09-05
0