Mimpi buruk di dunia nyata

"Gadis bego! Tenang dong! Gue udah bayar ayah loe mahal di penjara, katanya saat gue bebas gue bisa menikmati tubuh putri kecilnya…"

Kedua mata Anna membulat sempurna, ketakutan langsung menyeruak ke seluruh tubuhnya begitu pria itu menyinggung tentang ayahnya yang sekarang berada di penjara.

Anna semakin berontak, tapi ia tidak berdaya terlebih kondisi taman memang selalu sepi karena ini adalah taman lama dan berlokasi dekat hutan tidak berpenghuni jadi ia tidak bisa memohon pertolongan pada siapapun.

Tapi menyerahkan harga dirinya pada pria tua yang bau alcohol ini rasanya lebih baik mati, tapi bagaimana caranya mati dalam situasi saat ini sebelum pria ini berhasil menghancurkannya?

Anna putus asa, ia menangis dan menyesal karena ia selalu menolak saat Zeno dan Andy mengajarinya bela diri.

"Lepasin!!!" Teriak Anna sekencang mungkin begitu pria itu membanting tubuhnya ke dalam mobil dan menghalangi pintu dengan tubuh besarnya sementara pria itu terlihat mengisi jarum suntik dengan sesuatu ciaran yang tidak ia ketahui.

"Tolong jangan sakiti saya!"

"Memohon lah, gue gak akan dengar! Kapan lagi gue bisa menikmati tubuh gadis cantik yang masih perawan? Gue pikir ayah loe bohong kalau dia punya putri cantik karena dia itu monster. Siapa sangka monster bisa buat anak cantik, gue jadi penasaran sama mama loe juga. Habis kita bersenang-senang sebaiknya kita cari mama loe biar kita bisa main bertiga, seru kan?! Ha…ha…ha…" Setiap kalimat yang di ucapkan pria itu sangatlah mengerikan membuat seluruh tubuh Anna gemetar ketakutan.

"Saya akan kasih om uang, tolong lepasin saya."

"Uang gue juga banyak, gue itu bandar… Kesini sayang, jangan jauh-jauh dong, gue akan ngebuat loe melayang, abis itu kita bisa bersenang-senang sampai puas!"

Anna terus mundur kebelakang menghindari jangkauan pria itu tapi pria itu dengan mudah menarik kakinya lalu menancapkan jarum suntik itu pada kakinya.

"Zeno!!!!" Teriak Anna sekencang mungkin, ia berharap Zeno akan mendengar teriakannya, ia berharap Zeno akan datang menyelamatkannya tapi pandangannya mulai kabur dan pria itu perlahan mendekat.

Tawanya terdengar mengerikan, Anna hanya bisa menangis saat pria itu menyentuh ujung rambutnya dan menghirupnya.

"Nama gue bukan Zeno, sayang…"

"Tolong jangan sakti saya…"

"Gak sakit kok sayang, tenang aja!"

Air mata Anna menetes sekali lagi terlebih saat pria itu terus bergerak mendekat.

"Wangi perawan emang beda…" Ucap pria itu sambil mencium ujung rambut Anna yang ia sentuh dengan tangan kotornya yang penuh bekas luka.

"Gak, saya mohon jangan…"

"Oh rintihan gadis kecil yang malang, gue suka, berteriak lah lebih kencang lagi…"

Anna memejamkan kedua matanya, harapannya hampir pupus. Mungkin ini akan jadi akhir dari kehidupannya tapi mendadak ia merasakan jika pria itu terlempar dari atas tubuhnya sebelum bibir pria itu berhasil menyentuhnya, dengan cepat Anna beranjak turun dari dalam mobil dan berlari menjauh.

Ia melihat Zeno menghajar pria itu dengan membabi-buta tapi pria dengan tato ikan lele di lengannya itu sesekali membalas pukulan Zeno.

"Zeno!!!" Pekik Anna saat tubuh Zeno jatuh tersungkur. Pria itu lalu dengan cepat mengambil sesuatu dari dalam mobil, suntikan yang sama dengan yang ia suntikan pada Anna sebelumnya.

"Bocah brengsek! Lihat apa loe bisa ngelawan gue setelah ini!"

Wajah Zeno memerah, ia merasakan rasa sakit saat jarum suntik itu menancap di lehernya dan dalam sekejap membuat kepalanya terasa pening tapi Zeno tetap berusaha untuk bangun dan mencegah pria itu membawa Anna lagi.

Dengan batu besar yang ia ambil di dekatnya, Zeno berlari menghampiri pria besar itu dan memukul kepala pria itu dengan batu sehingga kepala pria itu seketika berdarah.

"Berani-beraninya loe nyakitin Anna gue!" Ucap Zeno sambil terus memukuli kepala pria itu dengan batu tanpa ragu sedikitpun meskipun pria itu sudah terkapar tidak berdaya.

"Zeno… stop, stop zeno!" Ucap Anna menangis sambil berusaha menahan tangan Zeno yang sudah berlumuran darah.

"Zeno, Please… Gue gak apa-apa, dia gak ngapa-ngapain gue, tolong berhenti! Jangan jadi pembunuh karena gue, Zen!"

Zeno akhirnya melepaskan batu itu terlihat tangannya sudah berlumuran darah begitu juga dengan wajah dan pakaiannya.

"Maafin gue, maafin gue, Na…" Dengan tubuh gemetaran, Zeno menangis ketakutan, bukan takut karena mungkin ia akan menjadi seorang pembunuh tapi karena ia takut tidak bisa melindungi Anna.

"Gak… Loe gak salah… terima kasih… Terima kasih, Zen…" Ucap Anna, ia menggenggam kedua tangan Zeno yang berlumuran darah tanpa ragu lalu memeluknya dengan sangat erat.

"Gue gak tau gimana nasib gue kalua loe gak ada, makasih banyak, Zen…"

"Maafin gue, Na… Maafin gue…"

>>>

"Penjahat itu gak mati tapi dia sekarat. Saya yang akan mengurusnya ke kantor polisi, sebaiknya sekarang Mas Zeno sama mba Anna pulang aja. Kalian gak perlu khawatir." Ucap pria paruh baya yang sudah menjadi kepala pengurus rumah di keluarga Zeno sejak Zeno belum lahir.

"Tolong jangan sampai papa tahu…" Ucap Zeno berpesan, ia sudah menjadi lebih tenang sekarang berbeda dengan Anna yang masih terlihat syok.

"Saya akan rahasiakan ini dari tuan dan juga mamanya mba Anna. Kalian jagan khawatir, kejadian hari ini hanya kita bertiga yang tahu."

"Terima kasih, pak. Galih."

Zeno kemudian menggandeng Anna pergi dari klinik itu. Galih memang sengaja membawa penjahat itu ke klinik bukan ke rumah sakit besar, ia sama sekali tidak berpikir untuk mengobati luka pria jahat itu mengingat apa yang sudah ia lakukan pada wajah tampan tuan mudanya.

Layaknya seorang kakek, ia tidak akan membiarkan siapapun menyentuh Zeno.

"Buat saja seolah-olah seperti sebuah kecelakaan dan jangan obati dia, biarkan dia mati." Pesan Galih pada kepala klinik sambil memberikan amplop dengan uang yang cukup banyak untuk membungkamnya.

"Udah gak apa-apa…" Ucap Zeno sambil menyentuh tangan Anna dan menggenggamnya erat karena sejak tadi Anna masih terlihat gelisah.

Di dalam mobil hanya ada mereka selain supir, tapi Anna merasa seluruh tubuhnya seperti terbakar. Ia mencoba menahan reaksi tubuhnya yang semakin menggila tapi sentuhan tangan Zeno membuatnya merasa lebih baik tapi sekaligus membuatnya ingin merasakan sentuhannya di sekujur tubuhnya bukan hanya sekedar tangannya.

"Zen…" Panggil Anna dengan suara tertahan.

"Ya?" Sahut Zeno menatap Anna yang akhirnya mau menunjukkan wajahnya.

Tapi ekspresi Anna mengatakan segalanya, ekspresi yang seharusnya tidak Anna tunjukan kepada siapapun terlebih di usia mereka sekarang.

Zeno akhirnya memilih untuk memalingkan wajahnya, tubuhnya yang sejak tadi terasa aneh sekarang semakin terasa tidak nyaman. Awalnya ia mengira karena ini efek bau darah yang menempel di bajunya dan membuat kepalanya terasa pusing tapi keadaaan Anna sepertinya mengartikan lain dan akhirnya membuatnya teringat jika pria brengsek itu menyuntikan sesuatu dilehernya.

"Apa dia suntik sesuatu ke elo?" Tanya Zeno, Anna tidak menjawab tapi dia mengangguk tapi ekspresinya sungguh kacau. Zeno yakin jika dia tidak memegangi kedua tangan Anna dengan kuat maka gadis itu mungkin sudah menyentuh tubuhnya.

"Apa yang terjadi sama badan gue? Gue kepanasan, Zen…" Gumam Anna membuat Zeno semakin panik.

....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!