Zeno masih menunggu di depan rumah Anna padahal biasanya ia selalu menyelonong masuk meskipun hanya ada Anna sendirian di rumahnya seperti sekarang tapi sekarang semuanya terasa berbeda, ada perasaan canggung sekaligus takut jika Ia akan mengulangi kesalahan yang sama. Perasaan yang tidak pernah muncul sebelumnya kini mengubek-ubek hatinya dan membuatnya terus merasa gelisah.
"Loe masih disini?" tanya Anna yang terkejut melihat Zeno masih berada di depan rumahnya padahal sebelumnya ia meminta Zeno jalan duluan tapi Zeno sama sekali tidak mengatakan apapun kecuali memberikannya sebuah helm.
"Gue mau jalan aja!" tolak Anna tapi Zeno dengan cepat menghalangi langkahnya.
"Ayo!" seperti tidak mengenal penolakan, Zeno memakaikan helm di kepala Anna lalu menggandengnya menuju motornya.
"Pegangan!"
"Gak!"
Anna sepertinya berteman baik dengan si keras kepala sehingga ia menolak dengan tegas untuk berpegangan sehingga Zeno dengan sengaja melajukan laju motornya dengan lebih cepat sehingga Anna nyaris terjatuh kebelakang jika saja tangannya tidak langsung refleks memeluk pinggang Zeno dengan erat.
"Jangan ngebut-ngebut, tar gue jatuh!" protes Anna setelah memantapkan posisinya dan melepaskan pegangannya.
"Siapa suruh loe gak mau pegangan!" sahut Zeno dengan nada kesal karena Anna bersikap seolah ia alergi padanya.
"Ya makanya jangan ngebut!"
"Gak mau, gue suka kebut-kebutan!" seperti ucapannya, Zeno melajukan laju motornya lebih cepat lagi sampai Anna akhirnya dengan terpaksa berpegangan pada pinggang Zeno.
"Awas loe ya pas sampe nanti, gue kempesin ban motor loe!" ancam Anna kesal tapi Zeno malah tersenyum dengan santai dan menjawab, "Gampang, gue tinggal suruh pak Galih kirim motor baru!"
"Kampret, mentang-mentang kaya!"
Zeno hanya bisa tertawa mendengar Anna menggerutu sepanjang jalan, tapi itu lebih baik dari pada Gadis itu memilih untuk menghindarinya.
…
"Aduh pinggang gue!" Anna mengeluh saat turun dari motor Zeno sambil mencoba melepaskan helmnya setelah tiba di lapangan parkir sekolah mereka.
"Masih sakit?" tanya Zeno sambil membantu Anna membuka helmnya.
"Masih lah." sahut Anna ketus.
"Sama, gue juga!"
"Ih gak tau malu!"
Zeno hanya bisa meringis saat Anna tanpa ragu menarik telinganya.
"Ya ampun, pagi-pagi udah berantem."
Kehadiran Andy berhasil membuat telinga Zeno selamat, ia segera berjalan ke belakang tubuh Andy agar Anna tidak lagi menarik telinganya. Ia yakin jika gadis itu tidak akan puas hanya dengan menarik satu telinganya terlihat dari caranya menatapnya sekarang.
"Awas ya loe, besok gue bawa kepiting buat tarik telinga loe biar putus sekalian!"
"Kejam banget loe!"
"Bodo amat!"
Andy hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kedua sahabatnya sama-sama merajuk. Ia kemudian menggandeng Anna dan juga Zeno lalu membawa mereka jalan bersamanya.
"Kenapa sih pagi-pagi udah berantem?" tanya Andy mencoba menengahi.
"Tau tuh dia!" sahut Zeno dengan ketus membuat Anna meliriknya sinis.
"Kenapa sih?" tanya Andy lagi pada Anna tapi Anna malah memalingkan wajahnya.
"Hey, kalian gak lagi pura-pura berantem gara-gara gue gak dateng kemarin kan?"
"Gak!!!" jawab Anna dan Zeno dengan tegas.
"Okay…" Andy kembali berseru dengan canggung, rasanya ia sedang di himpit oleh dua gunung es kutub utara dan kutub selatan.
"Terus kenapa muka loe babak belur?" Tanya Andy pada Zeno karena Zeno dan Anna sepertinya tidak ingin memberitahukan alasan mereka bertengkar sepagi ini tapi pertanyaan Andy membuat Anna akhirnya sadar jika banyak memar menghiasi wajah tampan Zeno.
Ia menyesal karena tidak memperhatikannya sebelumnya padahal kemarin ia melihat sendiri bagaimana pria jahat itu menghajar Zeno hingga ia berkali-kali tersungkur di tanah. Lukanya bahkan terlihat belum di obati sama sekali.
"Berantem sama siapa loe?" tanya Andy sekali lagi.
"Bukan berantem tapi karena jatuh dari motor." jawab Zeno berbohong, suaranya terdengar lebih pelan ketika sedang berbohong semoga saja Andy tidak menyadari itu tapi Andy malah tiba-tiba menghentikan langkahnya.
Anna sudah sangat tegang, tidak pernah ada rahasia diantara mereka bertiga. Ia takut jika Andy akan sangat marah mengetahui apa yang telah terjadi kemarin terutama antara ia dan juga Zeno yang sudah tidur bersama buah dari insiden mengerikan kemarin.
"Motor loe baik-baik aja tuh." ucap Andy setelah menoleh kebelakang dan melihat tidak ada kerusakan di motor sport keluaran terbaru yang biasa Zeno pakai itu.
"Udah di tuker lah sama yang baru sama pak Galih. Gue kan kaya!" sahut Zeno yang sengaja menyombongkan diri agar Andy tidak curiga.
"Sombongnya tuan muda ini!" cicit Andy jengkel dan tidak lupa ia memukul kepala Zeno karena tidak tahan mendengarnya. Ya pukulan ini jauh lebih baik daripada harus membiarkan Andy mengetahui rahasianya dengan Anna, mungkin Andy akan menghajarnya sampai mati.
"Sakit kampret!" balas Zeno tidak terima dan langsung menghimpit kepala Andy di ketiaknya lalu menjitak kepalanya tanpa ampun.
"Eh rambut gue bisa berantakan bego!" protes Andy meronta tapi Zeno tetap tidak melepaskannya, ia bahkan dengan sengaja mengacak-acak rambut Andy membuat Anna tertawa.
"Na, tolongin gue!!! Rambut gue yang berharga!" pinta Andy tapi bukan membantu, Anna justru ikut mengacak-acak rambut Andy dan ketika itu tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata Zeno.
Dalam sekejap Anna menjadi gugup, ia langsung menjauh begitu juga dengan Zeno yang langsung melepaskan Andy agar bisa berpaling dan menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Sialan! Rambut gue yang berharga!" Keluh Andy sambil merapihkan rambutnya kembali. Andy memang selalu begitu jika tentang rambut. Ia selalu sangat perduli dengan penampilannya yang terkadang malah terkesan berlebihan tapi untungnya ketampanannya menyelamatkan jiwanya yang narsis akut.
"Kegantengan gue yang hakiki ini bisa berkurang tau!" Protesnya kesal.
"Cuma orang rabun yang bilang loe ganteng!" komentar Anna membuat Andy semakin jengkel.
"Eh, awas aja kalo loe sampe terpesona apalagi jatuh cinta sama gue!" ancam Andy sambil merangkul Anna dan membawanya bersamanya meninggalkan Zeno yang masih berdiri di tempat yang sama dan melihat keakraban Andy dan Anna yang mendadak membuatnya kesal.
"Seluruh dunia tau kalo gue ganteng, jadi terima aja fakta itu daripada nanti loe patah hati karena udah mengelak ketampanan gue!"
"Du... du... du... Ganteng dari mananya sih?"
"Dari semuanya lah!"
Anna kembali tertawa apalagi Andy mengatakannya dengan membentangkan kedua tangannya bertingkah seakan ia berada di bawah lampu sorot yang membuat ketampanannya bersinar.
"Butuh kaca mata gak? Gue takut loe silau liat kegantengan gue!"
"Oh ganteng banget tuan muda ini... Oppa saranghae..." Seru Anna menyerah sambil mencubit pipi Andy dengan gemas dan membuat Andy semakin merasa bangga akan ketampanannya. "Nado saranghae, uri chinggu ya…"
"Huekkkk!!!" seru Zeno yang merasa mual melihat tingkah Anna dan Zeno.
"Iri bilang bos!" cibir Anna, tentunya ia masih kesal dengan Zeno jika tidak mungkin ia akan bereaksi yang sama seperti Zeno ketika Andy menunjukan sisi narsisnya yang menggelikan ini.
"Jangan banyak tingkah, ayo masuk kelas!" tanpa aba-aba dan terkesan seperti sebuah pemaksaan, Zeno menarik tas Anna lalu membawanya pergi bersamanya.
"Eh tungguin!!!" teriak Andy yang harus berlari mengejar langkah kedua sahabatnya yang sudah menjauh itu.
"Oppa saranghae... Sarang taon!" cibir Zeno kesal mengolok-olok gaya Andy tanpa melepaskan Anna sedikitpun.
"Iri aja luh!" protes Andy, ia baru akan merangkul Anna tapi Zeno menghalanginya.
"Jangan genit!" ucap Zeno memperingatkan.
"Aduh calon mertua ini posesif banget." kini giliran Andy yang mengejek Zeno yang mendadak memasang mode protektif pada Anna tapi Zeno mengabaikan cibiran itu begitu saja, "Masuk kelas sana!"
Andy mendesah kesal, setiap kali ingat jika tahun ini ia harus berpisah kelas dengan Anna dan Zeno yang memiliki kelas yang sama. "Bye calon istri…" ucap Andy sambil melambaikan tangan membuat Zeno ingin sekali melemparnya dengan sepatunya sehingga Andy harus berlari menjauh sebelum Zeno benar-benar melakukannya.
"Bye, belajar yang rajin ya nak!" balas Anna sambil tertawa dan pastinya Andy langsung kembali muncul dari balik pintu kelasnya.
"Gue bukan anak loe! Dasar emak galak!"
Wajah kesal Andy yang mengintip di balik pintu sebelum kembali menghilang membuat Anna dan Zeno tidak kuasa tertawa tapi tawa itu tidak berlangsung lama karena perasaan canggung yang tiba-tiba menghinggapi mereka saat kedua mata mereka tidak sengaja bertemu dan langsung membawa mereka pada ingatan tentang malam panas yang mereka lewati bersama semalam.
Tanpa membuang waktu Anna dan Zeno saling menjauh. Anna merasa wajahnya memanas padahal pagi ini udaranya terasa sejuk.
"Ayo jalan." ajak Zeno meskipun tanpa menoleh ke arah Anna yang masih memalingkan wajahnya darinya.
"Loe duluan." ucap Anna masih dengan posisi yang sama.
"Bukannya masih sakit?"
Pertanyaan bodoh macam apa itu? Anna hanya bisa melirik Zeno dengan sinis. Rasanya menggelikan mendapatkan perhatian karena hal yang sudah mereka lakukan semalam padahal jika membaca novel romantic, ia selalu tersipu setiap kali pemeran utama pria memberikan perhatian kepada pemeran utama wanita setelah mereka bercinta tapi kenapa yang ia rasakan tidak sesuai ekspektasinya?
"Mau gue gendong pas naik tangga? Ini masih sepi." tanya Zeno dengan gugup.
"Masukin aja gue kedalam karung terus buang ke laut."
"Ide bagus, tapi kenapa gitu?"
Lihatlah, ciptaan-mu yang berwajah polos tapi menyebalkan secara natural ini, Oh Tuhan...
"Loe mau buat sensasi? Bagian mananya yang masih sepi?" ucap Anna kesal, Ia tidak mengerti bagaimana bisa Zeno mengatakan jika suasana sekolah masih sepi disaat lorong sekolah hampir di penuhi oleh murid-murid yang sedang bergegas menuju kelas mereka.
"Dulu pas loe jatuh juga gue yang gendong lo bawa ke ruang UKS."
"Itu kan pas lagi olahraga kaki gue keseleo, lah ini pagi-pagi mau main gendong-gendongan mau di tarik ke ruang kedisiplinan loe?"
Anna sungguh hilang sabar, meskipun ia merasa nyeri setiap kali berjalan tapi lebih baik ia menahan rasa sakit daripada rasa malu.
"Emangnya kita pengantin baru?!" Eh…
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments