Born To Love You

Born To Love You

Si dingin yang perhatian

Harusnya ini hanya menjadi kisah persahabatan yang murni dan indah.

Kami bertiga tidak bisa terlepaskan satu sama lain meskipun status sosialku jauh dibawah mereka, tapi mereka memperlakukanku sama.

Ada Zeno yang sedikit pendiam dan terkesan dingin tapi sikapnya hangat dan kadang cerewet hanya ketika sedang bersama ku dan juga ada Andy yang ceria tapi ceroboh, dan aku Anna si galak yang selalu mengomel, ha… ha… ha… mereka kadang menjuluki sebagai ibu mereka yang hilang meskipun begitu sikap posesif mereka memberikan ku perasaan dilindungi seorang ayah yang tidak pernah aku rasakan. Kami melengkapi satu sama lain.

Sejak lama bahkan dalam masa tersulit sekalipun, mereka tetap selalu ada untuk ku karena itu aku berjanji akan menjaga persahabatan ini agar tetap murni selamanya…

Seandainya saja bisa semudah itu…

Pada kenyataannya kehidupan ini tidak bisa di tebak, hari ini mungkin teman tapi besok entah apa yang terjadi...

***

"Gimana?" Tanya Zeno saat aku baru saja keluar dari dalam toilet sekolah. Dia membuatku terkejut apalagi ekspresinya lebih dingin daripada biasanya.

Kondisi sekolah masih sangat sepi karena kami datang sebelum jam enam pagi, hal yang tidak pernah kami lakukan sebelumnya tapi hal ini mendesak, meskipun begitu aku tidak bisa menjawab pertanyaan Zeno. Aku takut jika sampai ada yang melihat.

"Ada cctv…" Gumam ku pelan, rasanya aneh karena aku tidak pernah membayangkan akan berada di posisi seperti ini terlebih dengan Zeno, salah satu sahabat terbaik ku.

Zeno kemudian menarik tanganku, dia menggandengku menuju taman belakang sekolah yang sepi dan masih sedikit gelap karena matahari belum meninggi.

Rumornya disini banyak hantu, tapi bukan itu yang membuatku merasa ketakutan melainkan Zeno yang berdiri dihadapan ku sambil melipat kedua tangannya di dadanya. Dia terlihat tidak sabar.

"Mana? Gue mau liat…" Pinta Zeno sambil mengulurkan tangannya meminta sesuatu yang aku sembunyikan di dalam saku bajuku dan sudah terbungkus tissue.

"Gak perlu liat…" Dengan suara berat akhirnya aku mengatakannya, aku tidak sanggup menatap wajahnya.

Malu dan takut bercampur jadi satu, apa yang harus aku lakukan sekarang? Situasi ini membuatku susah bernafas.

"Loe mau buat gue jadi pria gak bertanggung jawab?" Zeno melangkah satu langkah lebih dekat membuatku dengan refleks bergerak mundur.

"Bukan begitu, Zen... Gue, gue Cuma… maksud gue loe gak perlu…" Jawab ku dengan terbata-bata dan susah payah memberanikan diri menatap kedua matanya yang tajam itu tapi Zeno menatapku lebih dalam lagi, tangannya bahkan sudah berada diantara kedua lenganku dan mencengkram ku erat.

"Tapi gue udah ambil keperawanan loe, Anna!" Ucap Zeno dengan suara tertahan tapi penuh penekanan, tanpa terasa air mataku menetes begitu mata kami bertemu. Kenyataan itu membuat ku frustasi.

"Tapi persahabatan kita?"

"Hubungan kita udah gak mungkin sama lagi kaya dulu…" Zeno kembali bicara, aku tidak bisa bernafas. Aku ingin kabur, tolong lepaskan aku…

Semua ini tidak akan terjadi jika saja hari itu dia tidak datang menyelamatkan ku…

***

>>> Author POV<<<

Sore yang cerah, sudah sejak beberapa tahun belakang ini, bahkan mendung juga terasa cerah bagi Anna setelah ia dan ibunya berhasil lepas dari jeratan ayahnya yang seperti monster jika sedang mabuk dan tidak sungkan untuk memukuli mereka, tapi itu dulu karena berkat bantuan dari ayahnya Zeno, mereka akhirnya bisa hidup dengan damai sekarang.

"Andy mana?" Tanya Anna saat Zeno datang sendirian ke taman tempat mereka biasa berkumpul.

"Agak telat katanya…"

"Kebiasaan deh dia…" Gerutu Anna cemberut, Zeno hanya tersenyum dan mendorong ayunan yang di duduki oleh Anna.

"Mendung-mendung gini enaknya makan." Ucap Anna mengusulkan yang kebetulan merasa lapar.

"Mau makan apa?" Tanya Zeno yang kini sudah duduk di ayunan disebelahnya dan ikut mengayunkan dirinya, bagi anak usia 17 tahun seperti mereka, bermain ayunan hingga tinggi-tinggi adalah hal yang menyenangkan dan tentunya sambil memikirkan makanan apa yang mau mereka makan.

"Mau makan apa?" Tanya Zeno sekali lagi karena Anna tidak menanggapi pertanyaannya sebelumnya.

"Terserah…" Jawab Anna yang tidak dapat menemukan makanan apa yang ingin ia makan.

"Seblak mau gak?"

"Gak ah, sariawan yang kemarin aja baru sembuh masa mau makan pedes lagi."

"Bakso?"

"Kebanyakan kalorinya, tar gue tumbuh ke samping bukan ke atas."

"Steak?"

"Terlalu mewah, Zen…"

Zeno hanya bisa mendorong ayunanya lebih kencang lagi agar rasa kesalnya berkurang, Anna selalu saja seperti itu kalau soal makanan. Menyebalkan!

"Kalau mie ayam gimana?"

"Gak ada tukang mie ayam di sekitar sini."

"Martabak gimana?"

"Martabak yang enak bukanya malem kan!"

"Sosis bakar?"

"Jangan ngadi-ngadi, gue gak doyan sosis."

"Ya udah gak usah makan!"

"Lah kok gitu sih? Tega banget sama sahabat perempuan loe satu-satunya yang cantik jelita ini?"

"Muntah disini boleh gak sih?"

Anna hanya tertawa sambil melihat wajah kesal Zeno, yang hampir frustasi menghadapinya. Siapa suruh ia bertanya padahal dikasih makan apa saja dia akan langsung memakannya tapi jangan pernah tanya mau makan apa pada perempuan karena kami gak akan tau apa jawabannya, itu salah satu misteri yang tidak bisa terpecahkan sampai detik ini oleh manusia modern manapun.

"Jadi mau makan apa gak nih?" Tanya Zeno sekali lagi dengan tidak sabar.

"Mau…"

"Ya udah makan apa?"

"Apa ya?"

"Jangan kelamaan mikir tar gue gak jadi traktir!"

"Ish, pelit!"

"Bodo amat…"

"Buruan…" Ucap Zeno lagi tapi kali ini ia sudah melompat dari atas ayunannya dan sekarang ia sudah berhasil menghentikan laju ayunan Anna.

"Satu… Dua… ti…"

"Ok, es krim!"

Es krim, satu makanan yang seharusnya tidak meluncur dari bibirnya karena gerimis tiba-tiba saja turun bertepatan dengan jawabannya. Tapi Anna merasa terdesak dengan hitungan yang Zeno berikan sehingga otaknya tidak dapat berpikir dengan jernih.

"Ya udah tunggu disini, gue beli dulu." Tukas Zeno tapi setelah memberikan topinya untuk menutupi kepala Anna agar tidak kebasahan.

"Jangan lama-lama, tar gue di culik…" Ucap Anna sambil mencekal pergelangan tangan Zeno dan memasang wajah memelas.

"Mana ada orang yang mau culik cewe jelek kayak loe!" Ucap Zeno sambil menekan topinya ke bawah sehingga wajah memelas Anna tertutupi.

"Ish awas aja kalo gue sampe di culik, loe yang bakal gue teror buat minta tebusan!"

"Bodo amat!"

Anna tersenyum melihat Zeno yang malah berlari padahal ucapannya terkesan tidak perduli tapi ia tahu jika Zeno jelas sangat perduli padanya.

Ia kemudian mengadahkan wajahnya ke langit dan membiarkan tetesan gerimis membasahi wajahnya, udaranya dingin tapi hatinya terasa hangat.

"Gue harap bisa terus seperti ini selamanya."

Anna memejamkan kedua matanya dan merasakan tetesan gerimis membasahi wajahnya tapi tiba-tiba saja ia merasakan seseorang membekap mulutnya lalu menariknya hingga ia terjatuh dari ayunan yang ia duduki.

Awalnya Anna mengira jika itu adalah Andy tapi tangan besar itu jelas bukan milik Andy. Ia mencoba meronta untuk melepaskan diri tapi pria itu sangat kuat dan menyeretnya menjauh dari taman ke dekat hutan yang sepi.

"Gadis bego tenang dong! Gue udah bayar ayah loe mahal di penjara, katanya saat gue bebas gue bisa menikmati tubuh putri kecilnya…"

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!