Jangan Menunduk

Siren hanya bisa menangis usai diperlakukan seperti binatang oleh Aksa di dalam mobilnya. Sementara Aksa tersenyum puas memandangi bagaimana wanita yang baru saja ia lecehkan itu menampakkan kesenduannya. Lalu perlahan meraih kembali wajah mungil Siren dengan satu tangannya. Membuat wanita yang masih sangat takut padanya itu menatap matanya.

"Kenapa kau menangis? Bukankah itu sangat menyenangkan?" tukas Aksa dengan tatapan liciknya itu mengusap bibir basah milik Siren dengan ujung ibu jarinya.

"Tuan, kenapa Tuan selalu melakukan hal serendah ini padaku?" tanya Siren dalam isak tangisnya. "Apa lagi yang harus saya lakukan agar Tuan melepaskan saya dan berhenti melakukan hal seperti ini?"

GREG!

Sungguh menyakitkan ketika satu tangan besar Aksa mencengkeram dagu lancip Siren. Memaksa wanita itu menatap kedua matanya dengan tatapan tajam! Memaksa wanita itu menatap kedua matanya di sela keresahan yang tak berhenti berkecamuk dalam benak Siren!

"Karena kau terlalu cantik! Itu kesalahan yang ada padamu!" ungkap Aksa ketus. Ia masih mencengkeram ujung dagu wanita itu dengan satu tangannya. "Kecantikanmu itu mengingatkan diriku akan sebuah kisah masa lalu yang sungguh sangat menjijikkan! Dan sudah sepantasnya aku menghukum dirimu seperti ini!"

Selepas mengatakan hal menyakitkan itu, Aksa membuka kunci pada pintu mobilnya. Lalu secara cepat membuka pintu mobil yang ada di samping Sirena.

"Keluarlah! Urusan kita sudah selesai untuk hari ini!" tukas Aksa dingin.

Sirena masih nampak kebingungan. Perlahan ia memasang beberapa butir kancing kemeja yang sempat Aksa buka tadi. Lalu melirik ke arah lelaki itu yang kini menampakkan ketidak peduliannya. Seolah tidak ada hal buruk yang Aksa lakukan kepada Sirena.

Setelah memastikan penampilannya rapi, Sirena pun perlahan keluar dari mobil itu. Dan ketika ia menutup pintu mobil itu, secepat kilat Aksa sudah melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Sepatu tertinggal..." gumam Sirena ketika menyadari jika kakinya bertelanjang. Ia memandang ulang kepergian mobil dimana sangat tuan melecehkan dirinya.

Seperti sampah yang tak berarti, Sirena berjalan bertelanjang kaki. Berjalan menyusuri jalanan kota megah itu tanpa peduli dengan banyak pasang mata yang memandangi dirinya. Sesekali ia mengusap peluh di tubuhnya. Pakaian yang tipis itu nyata masih membuatnya berkeringat hebat. Yah! Matahari sedang gila-gilanya menembak para manusia!

Namun Sirena tak peduli bagaimana panasnya kedua telapak kakinya yang terus mengukuhkan langkah. Karena baginya, tak ada yang lebih sakit dari tindakan keji dan juga ucapan sinis Aksa! Hingga kemudian ia menghentikan langkahnya di depan sebuah butik. Ia menatap pantulan bayangnya dalam cermin besar toko itu. Menatap kecantikannya yang kini nampak tak berarti ketika pakaian yang dikenakannya itu nampak lusuh dan keringat membuat kulitnya lembab.

"Ah, beraninya kau melukai dirimu sendiri Nona!"

Hingga ia dikejutkan oleh sosok Reymond yang entah sejak kapan berdiri di belakang dirinya. Lelaki itu menatap tampilan lusuh Sirena dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Tu-Tuan Reymond?! Ba-bagaimana bisa..."

"Ck! Tidak bisa begini! Ayo masuk!" potong lelaki itu lalu menarik tangan Sirena mengajaknya masuk ke dalam butik tempat dimana Sirena menghentikan langkahnya.

"T-Tuan..."

Lelaki bertubuh besar nan nampak sangat gagah itu membawa Sirena masuk ke dalam butik. Ia mendudukkan Sirena di sebuah tempat duduk, lalu meraih sebuah sepatu kets berwarna putih dan mengenakannya.

"Beraninya kau merusak kakimu sebelum menjadi model ku, Nona!" tukas lelaki itu sembari memasangkan sepasang sepatu kepada Sirena. "Jika kakimu terbakar, bagaimana nasib foto-fotoku?!"

Sirena hanya terdiam memandangi lelaki yang sibuk memilih ukuran sepatu untuk Sirena. Hingga didapat satu pasang sepatu yang sepadan dengan ukuran kaki Sirena.

"Tuan, ta-tapi ini.."

"Tolong berikan aku baju yang itu!" tukas Reymond pada sebuah manekin yang mengenakan dress berwarna putih dengan topi lebar di kepalanya. "Topinya juga!" imbuhnya.

Dan pegawai butik yang tengah berjaga itu pun memberikan apa yang Reymond minta. Mereka memberikan sebuah topi bundar nanti lebar serta dress pendek berwarna putih pada Reymond. Setelah dua benda itu ada dalam genggamannya, Reymond memberikan benda itu pada Sirena.

"Pakailah ini, baru kita bicara! Aku akan menunggumu di depan kasir!" tukas Reymond setelahnya.

"Ba-baik Tuan..."

"Bersihkan darahmu!" tunjuk Reymond pada kaki Sirena yang menampakkan bagaimana darah mengalir perlahan tanpa Sirena sadari.

Seketika Sirena terdiam. Ia menatap bagaimana darah itu perlahan turun dari bagian intinya melalui dua kaki jenjangnya!

"Berhentilah mempermalukan dirimu! Anggap saja tidak ada yang melihatnya!" tukas Reymond. "Bersihkan segera dan buang pakaian itu setelahnya!" imbuh Reymond lalu pergi ke arah kasir dengan seorang pegawai butik yang mengikutinya.

Ada banyak tanya ketika Sirena menatap kepergian lelaki yang baru saja membuatnya tersadar akan sesuatu! Ia memandangi bagaimana kakinya itu sedikit ternoda dengan darah yang mengalir melaluinya. Lalu perlahan ia berdiri dari duduknya dan masuk ke ruang ganti.

Dalam diam Sirena menatap tubuhnya yang bertelanjang di hadapan cermin. Menatap bagaimana secara jelas darah itu benar-benar keluar dari bagian intinya. Lalu mengingat apa yang sedang terjadi padanya. Mengingat sambil menangis tentang ingatannya sendiri. Ingatan bagaimana lelaki gila itu meruda paksa dirinya.

"Memangnya apa hak dia terhadapku? Memangnya, apa salahnya jika aku cantik?! Apa kecantikan adalah suatu kesalahan yang sangat menjijikkan?!"

Perlahan Sirena membersihkan darah yang sempat mengalir itu dengan pakaian yang ia lepas dari tubuhnya. Sambil menangis ia membersihkan bagian-bagian yang ternoda itu. Tanpa peduli isak tangisnya terdengar, Sirena mengenakan sebuah dress yang diberikan Reymond kepadanya. Lalu merapikan rambutnya, mengikat rambut panjangnya itu ke atas hingga nampak jelas bagaimana indahnya tengkuk lehernya.

Sirena mengusap air matanya. Ia menatap dirinya yang kini sudah bersih dan tak lagi memalukan. Menatap dirinya dalam pakaian dan sepatu serba putih itu dengan senyum miris.

"Aku seperti seorang pendusta kecil memakai warna semurni ini..." gumamnya lalu keluar dari ruang ganti itu dan menghampiri Reymond yang sudah menunggu dirinya di depan kasir.

Lelaki itu tersenyum ketika Sirena menghampiri. Lalu meraih baju lusuh Sirena, membungkus pakaian itu dengan sebuah paper bag di tangannya.

"Buanglah setelah kau melihat tempat sampah di sekitarmu!" tukas Reymond.

Sirena mengangguk pelan dalam tundukkan kepalanya. Hingga kemudian lelaki di hadapannya itu meraih dagu Sirena dengan ujung hmjari telunjuknya. Membuat Sirena menatap wajahnya.

"Sesekali tunjukkan jika kau ini manusia! Jangan selalu menangis dan menundukkan kepalamu seperti sosok yang kerdil!" ujar Reymond.

Sirena terdiam, mencerna makna dari kalimat yang baru saja didengarnya. Hingga ia pun benar-benar berani menatap Reymond dan menanyakan sesuatu kepada lelaki itu.

"Apakah Tuan melihat kami berdua di dalam sana?" tanya Sirena pelan.

"Ya, aku melihatnya..."

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Dewi Soraya

Dewi Soraya

y ampun kyk g berharga bngt y siren.bjingan bngt tu aksa mati aj ke laut sna

2023-10-13

0

dina marlina

dina marlina

semangat terus kak buat cerita nya

2023-09-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!