Lelaki Asing

Ketika sang ibu tiba, Siren sudah duduk dengan pakaian yang berbeda. Rambut wanita itu juga masih basah karena baru saja selesai mandi.

"Kamu mandi lagi, Ren?" tanya Bu Dewi seraya meletakkan sekantung plastik berisi minuman pesanan Aksa sembari menatap anaknya dengan bingung.

Bu Dewi juga beberapa kali mengamati sekitarnya. Ia keheranan karena tidak ada Aksa di sana.

"Dimana Tuan Aksa?" tanyanya kemudian.

"Katanya pergi dulu karena ada urusan. Emmm... I-ibu diminta mengantar minuman i-itu ke kamarnya." jawab Siren seraya mengalihkan pandangannya agar sangat ibu tak bisa menatap matanya.

"Oh, ya sudah kalo begitu ibu mau ke Tuan dulu untuk mengantar ini ya?"

"Jangan, Bu!"

Ketika hendak melangkah, Siren menahannya dengan memegangi lengan ibunya yang sedang menggenggam sebuah kantong plastik dengan produk pesanan Aksa di dalamnya. Seketika Bu Dewi pun memutar badan dan menatap putrinya itu dengan tatapan keheranan.

"Kebetulan Si-Siren mau ke kampus, bi-biar Siren aja yang antar ke Tuan Aksa. Emmm... I-ibu istirahat saja dulu." ujarnya kemudian.

"Oh, kamu mandi lagi karena mau ke kampus ternyata!"

"I-iya Bu. Ta-tadi Tuan besar menelpon perihal beasiswa itu."

"Bagus!" sambut sangat ibu riang lalu menyodorkan sekantong plastik yang di genggamnya. "Baiklah, kamu bawa ini dan antar ke Tuan Aksa. Jangan lupa untuk mengucapkan terimakasih karena hari ini Tuan besar menelpon kembali setelah sekian lama! Ini semua pasti karena Tuan Aksa membujuk beliau!"

Siren hanya bisa tersenyum dan mengangguk pelan.

"Siren pergi dulu, Bu..."

Lalu Siren pergi begitu saja sambil membawa sekantong minuman yang dibeli ibunya. Dalam langkah kaki meragu itu ia memandangi kantong dalam genggamannya. Ia sungguh gemetaran karena tak sanggup membayangkan apa yang Aksa lakukan padanya hari ini.

Sebelum pergi, lelaki itu bahkan berpesan agar ia melihat minuman itu di kamarnya dengan sosok Siren yang mengantar setelah membuat ketegangan di antara dirinya dan ibunya. Lalu dalam langkah yang kaku itu Siren memaksakan dirinya. Ia mencoba memberanikan dirinya menemui Aksa yang sudah dua kali melecehkan tubuhnya hari ini.

Hingga tanpa sadar, Siren sudah sampai di depan kamar sangat tuan. Ia menatap daun pintu kamar sang tuan dengan tatap mata berkaca-kaca. Dan...

KREKK!!! Tiba-tiba pintu terbuka! Siren yang ketakutan langsung menyodorkan kantong plastik di tangannya dengan mata terpejam. Sebisa mungkin ia menudukkan kepalanya agar tak bisa melihat bagaimana paras tampan nan licik yang sudah beberapa kali melecehkan dirinya hari ini.

"I-ini, Tuan!" tuturnya seraya menyodorkan bungkusan itu kepada seseorang yang baru saja membukakan pintu kamar untuknya.

"Kamu pelayan di sini?"

Hingga tak lama kemudian suara serak membuat Siren mengangkat kepalanya. Ia mencoba untuk memastikan sosok berbeda yang berdiri di hadapannya. Lalu setengah lega ia merasa ketika melihat sosok lelaki setinggi 185 sentimeter dengan kulit sawo matang, bermata coklat, dan memiliki lesung pipi di pipi kanan kirinya berdiri santai di hadapannya.

"I-iya, Tuan. Sa-saya..."

Belum selesai bicara, lelaki itu sudah meraih tangan Siren dan mengajaknya pergi. Seketika membuat Siren terkejut karena lelaki asing itu tiba-tiba membawanya pergi.

"T-Tuan! Ke-kenapa,-"

"Sudah ikut saja!"

Sungguh rasa takut kian menebal di benak Siren kala itu. Firasat buruk terus bergeming di benaknya setelah apa yang terjadi hari ini. Namun, tak ada yang bisa Siren lakukan. Ia hanya mampu mengikuti langkah kaki lelaki asing itu karena tak bisa melepas tangannya dari genggaman erat lelaki itu.

"T-Tuan mau bawa saya kemana? T-tolong jangan membuat saya takut Tuan!" rengek Siren sambil terus mengikuti langkah kaki lelaki asing yang kini sudah mengajaknya keluar dari istana megah milik Keluarga Aksa.

Lelaki itu hanya tersenyum mendengar rengekan Siren. Seolah ada hal yang lucu ketika kalimat-kalimat penanda ketakutan itu didengar oleh kedua tangannya.

"T-Tuan ki-kita..."

Dan rengekan Siren terhenti saat lelaki itu menghentikan langkahnya di depan sebuah mini market. Lalu tercengang ketika lelaki asing itu mendudukkan dirinya di atas kursi pengunjung yang sudah ditata oleh pihak mini market di depan gedung besarnya.

Siren masih tak mengerti apa yang sedang dilakukan oleh lelaki asing itu hingga membawanya ke tempat ini. Ia hanya bisa menamatkan pandangannya pada sosok asing yang kini tersenyum di depan kasir mini market sambil memamerkan dua cup mie instan di tangannya.

Tak lama waktu berselang, lelaki itu datang dan menyuguhkan satu cup mie instan di hadapannya. Seketika membuat Siren terbingung-bingung di depan satu cup mie instan panas!

"Hh, akhirnya ada yang menemani aku makan!" gumam lelaki itu seraya mengaduk mie miliknya.

Siren masih dibingungkan dengan tingkahnya.

"T-Tuan s-siapa? Dan mengapa Tuan mengajakku..."

"Reymond Wilson! Panggil saja aku Rey!" potong lelaki itu dengan makanan penuh yang masih ada di dalam mulutnya. "Panggil aku Rey! Tuan Rey!"

Kening Siren berkerut. Ia sungguh masih tak bisa memahami penjelasan yang memang sangat tidak jelas dari sosok bernama Reymond di hadapannya itu. Dan wajah keheranan itu rupanya membuat sosok Rey tidak bisa menikmati makanannya. Maka ia pun meletakkan garpu ditangannya, dan menatap tajam mata Siren yang masih menunjukkan rasa penasarannya.

"Oke! Setelah aku jelasin, kamu harus berhenti mengerutkan dahimu dan bersedia menghabiskan makananmu! Bagaimana?"

Maka tidak ada yang bisa Siren lakukan selain menganggukkan kepalanya perlahan. Seketika membuat lelaki itu tersenyum dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku Reymond Wilson! Anak haram Keluarga Graha!" sebut lelaki itu lantang. "Ibuku bukan pelakor, dia hanya wanita yang bodoh! Lelaki tua yang menyebalkan itu menghamili ibuku, tapi dia malah menikah dengan wanita lain! Dan karena penyesalan, aku ada di rumah ini sekarang! Cukup sekian karena kita gak dekat!"

"Kita gak dekat, tapi kenapa Tuan mengajakku makan bersama Tuan?" protes Siren kemudian.

"Karena kau seorang pelayan!" tutur Reymond lalu kembali menyantap makanannya. "Makanlah! Aku tidak suka melihat seseorang yang enggan menyentuh makanan yang aku berikan!" imbuhnya.

Dengan kelegaan hati tanpa ingin tahu lebih banyak tentang lelaki di hadapannya itu, Siren pun menyantap makanannya. Ia sungguh merasa senang, karena hangatnya mie kemasan cup yang ia telan cukup membuat lega perasaannya yang sedang sakit. Maka dengan kedua mata berbinar ia melahap makanan itu dengan penuh semangat. Hingga tanpa sadar ia melewatkan saat dimana Reymond tersenyum karena kagum dengan cara makan Siren yang sangat lahap.

Tak lama waktu berselang, lelaki itu menyodorkan sebuah kartu nama. Seketika membuat Siren berhenti mengunyah dan membaca barisan kata dalam kertas berukuran kecil itu.

"Karena kau makan makananku, kau harus membayarnya dengan cara menjadi modelku!"

Bersambung...

Terpopuler

Comments

dina marlina

dina marlina

semoga Reymond nya bisa membantu siren keluar dari bayangan Aksa yang jahat

2023-09-22

0

Resa Muhamad Faisal

Resa Muhamad Faisal

apkh siren akn memulai kariernya dengn mnjdi seorang model dri reymond wilson

2023-09-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!