Setelah mengumpulkan rekan, aku, Kendra, Zenovi, Yodi, dan Raksa membuat barisan untuk bersiap-siap berlari menuju Hutan Lamun Jiwa. Raksa atau Raksa Sandrana merupakan teman masa kecil Kendra. Entah kenapa, Kendra bertemu dengannya pada saat kami mempersoalkan satu orang yang akan dicari sebagai rekan kerja sama. Raksa datang dengan sendirinya dengan wajah konyolnya, saat dia melihat Kendra. Menurut ceritanya, dia tertinggal barisan oleh Kendra saat pendaftaran awal. Dengan begitu lengkaplah rekan untuk kerja sama dalam ujian ini, jika saja Raksa tidak ada, mungkin kami harus mencari lagi dan membutuhkan waktu lagi untuk memperkenal diri, karena melihat waktu persiapan yang sudah tidak cukup.
Kami membuat barisan lurus dengan Kendra dibagian depan, kemudian Raksa di barisan kedua, kemudian aku dibelakangnya, dan Zenovi dibelakangku, dan yang terakhir Yodi di bagian paling belakang. Kendra sengaja di bagian paling depan, karena Kendra merupakan 'orang asli' dari pulau Kura dan megetahui informasi mengenai hutan Lamun Jiwa. Saat para peserta siap-sedia, instruktur Jayta memberikan kata pembuka tentang ujian ini.
"ini adalah ujian untuk menentukan siapa yang benar-benar pantas untuk diterima di akademi ini, bisa jadi nyawa kalian ada dalam bahaya, oleh karena itu, kalau ingin mengundurkan diri, lebih baik segera meninggalkan tempat ini !!".
Aku sedikit terguncang dengan perkataan instruktur Jayta. Pada saat yang sama, tiba-tiba banyak dari peserta mengundurkan diri baik laki-laki maupun perempuan. Tersisa sebanyak 500 peserta dari 1500 peserta, Jayta tersenyum tipis sambil memasukkan sebatang rerumputan kecil ditangannya.
"Sepertinya, hanya segini yang bisa diandalkan ya, lagi pula ini belum ujian !!, padahal aku berharap mereka tidak termakan oleh omonganku, baiklah, tak kusangka generasi sekarang lemah sekali ".
Mendengar perkataan dari instruktur Jayta, aku sedikit naik darah, bahkan pada saat itu, Kendra langsung berteriak keras, "Woooooi !!, instruktur sialan !!, jangan seenaknya saja berbicara seperti itu !!, kami tidak lemah, dan kami pasti akan lulus ujian ini, akan kubuktikan dan ku bungkam kau dengan pedangku !!".
Kendra langsung menarik pedangnya keluar dan mengarahkannya ke instruktur Jayta. Pedang berwarna kuningan, ukuran kurus, dan sedikit melengkung ke kiri dan ke kanan. Aku memperhatikan pedang yang ditarik keluar oleh Kendra dan berpikir, "Pedangnya unik sekali dan juga ternyata dia cukup percaya diri ya". Mereka yang masih berada di lapangan menatap tajam ke arah instruktur Jayta, pada saat yang sama instruktur Jayta menarik sebatang rumput tersebut dengan angkuhnya.
"Kalau begitu buktikanlah, jangan hanya mulut yang membuktikan !".
Mereka yang masih berada di lapangan dengan semangat membara bercampur dengan rasa amarah langsung mengambil sikap untuk berlari. Instruktur Jayta memberi aba-aba dan kemudian, dimulailah ujian ini.
Hutan Lamun Jiwa, merupakan hutan yang sangat lebat dan memiliki pohon-pohon yang sangat beragam, akan tetapi pohon-pohon ini juga memiliki beberapa banyak pohon yang sangat tinggi sehingga cukup kelihatan jika kita berada di lingkungan akademi. Hutan tersebut sangat rapat, sehingga cahaya tidak tampak di sela-sela pohon tersebut, seperti berada di ruang gelap. Hutan tersebut konon katanya, dapat membuat orang yang memasuki hutan itu dapat membuat jiwanya kosong dan menjadi tersesat. Apabila orang tersebut selalu melamun atau hatinya tidak kuat, maka dia akan tersesat selama-lamanya bahkan ada yang meninggal dunia saat keluar dari hutan tersebut. Itulah kenapa, hutan ini disebut "Hutan Lamun Jiwa".
Kami berlari dengan seirama dan mengatur pernapasan sehingga tidak kelelahan. Saat berada di depan pagar pelindung hutan Lamun Jiwa, kami disuruh untuk berhenti dalam waktu 5-10 menit. Saat semua peserta berada di tempat, tiba-tiba Instruktur Jayta berada di belakang salah satu peserta tersebut, semuanya terkejut termasuk aku.
"Bagaiamana bisa dia sampai di tempat ini dalam waktu singkat, kami saja butuh waktu 3-4 menit untuk berlari ke tempat ini !, apakah dia benar-benar manusia ??". Itu lah yang terlintas dipikiranku, dan aku yakin semua peserta berpikiran begitu.
"Baiklah untuk masuk ke hutan ini, kalian boleh menggunakan senjata kalian, terserah bagaimana cara atau teknik kalian menggunakan senjata untuk mengahadapi apa yang di dalam hutan itu, karena kami belum juga mengajarkan cara menggunakan serta 'memegang senjata' dengan baik dan benar, tapi kalian tidak boleh menggunakannya untuk melukai para peserta lain, jika ketahuan akan langsung dikeluarkan tanpa kompromi !!".
Saat mendengar penjelasan dari instruktur Jayta, aku sedikit penasaran dengan apa yang dikatakan oleh instruktur itu. "Memegang senjata", aku sedikit memegang ujung daguku sambil berpikir. "Apa yang dimaksud memegang senjata oleh instruktur Jayta, sebelumnya papa pernah berkata bahwa aku sudah benar dalam memegang senjata, apakah ini ada hubungannya atau ada makna lain kah ??".
Walaupun aku masih berpikir keras tentang perkataan instruktur. Sambil memegang dagu. Aku berpikir. Memegang senjata. Kata tersebutlah yang akan menjadi pembawa kisahku yang masih panjang nanti, bahkan ada hal-hal yang tidak pernah terduga sebelumnya. Hal yang tidak pernah aku bayangkan dan menjadi pengalaman beharga.
Setelah istirahat, kami langsung mengambil posisi berdiri dan siap untuk menuju hutan yang penuh dengan misteri ini. Kami sudah mulai memasuki bagian dari dalam hutan Lamun Jiwa. Untuk saat ini belum ada tanda-tanda akan kedatangan monster atau hal-hal yang aneh. Seperti yang dibicarakan sebelumya, kami mengambil posisi masing-masing dan saling memberikan informasi apa saja yang aneh dari penglihatan. Kami terus berjalan sedikit cepat, kemudian ada teriakkan seorang perempuan.
"Hyaa !, ada sesuatu yang meraba pinggangku !!".
"Ada apa ??, apakah ada makhluk ??, cepat berikan informasi !!", Kendra dengan siap sedia sambil mengangkat pedangnya.
"Maafkan aku, tadi itu tanganku, aku tidak sengaja menyentuhnya", Yodi dengan wajah tenang sambil menggosok-gosok tangannya.
"Dasar Yodi !!, lain kali hati-hati, nanti buat orang salah paham !!". Zenovi mengarahkan busur beserta anak panahnya ke wajah Yodi.
"Maaf, disini sedikit dingin", Yodi sambil menggosok-gosok kedua tangannya.
"Bukan sedikit !, ini lebih dingin lagi!!, kalian !!, siapkan senjata kalian, seperti aku merasakan sesuatu akan datang !", Aku penuh konsentrasi melihat keadaaan sekitar, sambil menarik pedang keluar.
Di dalam hutan gelap ini, tiba-tiba ada hawa dingin serta suara gerakan dari sela-sela pohon yang tidak ada cahaya terang. Sosok makhluk itu mulai menampakkan dirinya. Kami mulai mengambil sikap siaga sambil memegang senjata masing-masing. Makhluk yang keluar di antara sela-sela kegelapan hutan berbentuk seperti kadal raksasa. Memiliki sisik yang cukup keras dan dipunggungnya ada seperti duri yang berbaris dari punggung sampai pangkal ekornya. Hawa dingin yang keluar berasal dari makhluk tersebut.
Pada saat monster tersebut menunjukkan sosoknya yang keluar dari celah pohon, aku memperhatikan bentuk keseluruhan monster kadal. Di bagian leher monster tersebut terdapat bentuk tanda yang melingkar, aku berpikir bahwa monster ini dikendalikan atau diberi mantra agar tidak bisa keluar dari wilayah hutan ini. Kami bergerak mundur secara perlahan sambil mengincar kelemahan pada bagian monster kadal. Secara tiba-tiba monster tersebut bergerak dengan cepat ke arah Kendra. Monster tersebut membuka mulutnya dengan lebar, menampakkan giginya yang sangat besar dan tajam. Monster itu mengarahkan mulutnya ke Kendra secara cepat, akan tetapi dapat ditangkis oleh Kendra menggunakan pedangnya.
"Zenovi !!, cepat tembak mata kadal itu, dengan begitu dia tidak bisa bergerak dengan leluasa".
"Baiklah, aku akan menembaknya".
Zenovi mengambil sikap siap untuk menembak monster kadal. Zenovi sedikit membungkuk sambil memegang busur dengan tangan kirinya dan mengambil anak panahnya, kemudian dia menarik anak panah dengan gerakan cepat. Anak panah tersebut melesat dengan cepat dan mengarah ke wajah monster kadal.
"Berhasil !!, anak panahnya mengarah ke mata bagian kiri monster kadal tersebut".
"Baiklah, Raksa dan Riza, bersiap untuk menyerang monster itu !!".
Saat aku dan Raksa bergerak cepat menuju monster tersebut, tiba-tiba monster kadal mengeluarkan sejenis embun asap yang sangat pekat dari mulutnya. Penglihatan kami menjadi kabur akibat terkena serangan itu. Embun asap yang dikeluarkan oleh monster kadal sepertinya tidak berbahaya, tidak ada racun atau efek yang berpengaruh pada tubuh, akan tetapi akibat hembusan embun asap tersebut memiliki suhu yang dingin sehingga kami sedikit kesulitan untuk bergerak. Embun asap tersebut mulai memudar secara perlahan, aku berusaha berteriak dan memperhatikan sekitar.
"Kendra !!, Zenovi !!, Raksa !!, Yodi !!".
Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku dari belakang, "Jangan terlalu keras !!, itu akan membuat monster lainnya menyadari keberadaan kita".
"Yodi !!, syukurlah !!, mana yang lain ??, apakah kau melihat mereka ??". Aku dengan sedikit terengah-engah saat bertanya kepada Yodi.
"Tidak, aku tidak melihat mereka, sepertinya kita terpisah dari mereka, aku yakin monster tadilah yang menyebabkan kita terpisah begini".
"Begitu, sebaiknya kita langsung saja mencari mereka agar kita dapat mengumpulkan kekuatan kembali".
Seketika suasana sedikit berubah, saat aku berbicara untuk mencari rekan lainnya. Yodi selalu memasang wajah yang datar bahkan saat pertama kali kami bertemu, dia selalu seperti ini.
"Untuk apa kita mencari mereka, sebaiknya kita harus fokus dengan apa yang ada didepan, kita tidak boleh berlama-lama didalam hutan ini !".
"Apa maksudmu berkata begitu ??, apakah kita membiarkannya begitu saja, padahal kita bisa berkumpul begini tapi kau malah peduli pada dirimu sendiri !!". Aku sedikit marah dengan perkataan Yodi, akan tetapi aku juga mengetahui bahwa aku harus mengambil keputusan serta bertindak secara cepat. Karena hutan ini sudah mulai menunjukkan "kekuatan psikis-nya".
"Apa rencanamu dalam menghadapi situasi seperti ini Yodi ??".
"Sebaiknya, kita harus mencari cara untuk bisa keluar dari hutan ini, kita tidak boleh bertahan di dalam hutan ini dalam waktu yang lama, kau sudah tau kan ??".
"Ya aku tau, tapi bagaimana dengan mereka ??".
"Aku yakin mereka juga akan mencari cara untuk keluar, karena mereka tau bahwa mereka tidak boleh berlama-lama dalam hutan ini ??"
Kemudian kami berdua bersiap untuk menyusuri ke wilayah hutan yang paling dalam untuk menyelesaikan ujian ini. Sudah dua hari berlalu, kami berdua menyusuri hutan sambil mengalahkan monster-monster kecil seperti kera mata merah dan kelelawar darah. Entah kenapa pada saat kami tinggal berdua, monster besar seperti kadal berpunggung duri, ular piton merah, dan lainnya tidak menampakkan diri. Kami berdua berhenti di tempat yang sedikit terang dan berteduh dibawah pohon besar untuk istirahat. Aku mulai merasakan dampak dari "kekuatan psikis" hutan ini, aku dihantui rasa bersalah karena mengabaikan mereka yang saat ini belum ada kabarnya. Yodi dengan wajah datarnya juga mulai menunjukkan ekspresinya yang sedikit terguncang dengan pupil mata yang mulai mengecil.
"Tidak, aku tidak akan menyerah, aku akan membuktikannya kepada kalian !!", itulah yang digumamkan oleh Yodi berkali-kali saat kami mulai beristirahat sejenak. Suara yang kecil tersebut secara bertahap mulai membesar dan dia langsung berteriak.
"Jangan tinggalkan aku Ayah!!, jangan tinggalkan kami !!". Kemudian, aku langsung membangunkan Yodi karena gumamannya yang sedikit berisik.
"Oi tenanglah !, ada apa ??, apa yang terjadi ??". Kemudian, Yodi langsung membuka matanya dengan lebar dan menarik pedangnya yang kurus sambil mengarahkannya kepadaku.
"Ini aku !, Riza !!, Riza Fernisia !!, kita berdua terpisah dari rekan kita lainnya !, apa kau ingat ??".
"Oh, Riza, maaf, aku tadi bermimpi".
"Sebaiknya kita harus bergegas dari sini, sepertinya efek dari 'kekuatan psikis' hutan ini mulai menguat, kita harus keluar dari hutan ini".
Saat aku berkata kepada Yodi, tiba-tiba Yodi mematung dengan tatapannya kosong, Yodi berdiri secara perlahan dan berkata pelan, "Ibu.., Ibu", dia berjalan menuju ke tempat yang ada pada tatapannya. Aku memperhatikan sekitar dan tiba-tiba ada sosok makhluk yang berada di hadapan Yodi. Makhluk itu menyerupai perempuan berambut hitam panjang, dengan pakaianya serba putih bersih. Wajahnya tidak terlihat akibat rambutnya, aku mengira bahwa ini disebut makhluk halus penunggu hutan ini. Aku juga berpikir bahwa kejadian ini adalah salah satu "kemampuan psikis" dari Hutan Lamun Jiwa. "Tak kusangka firasatku benar !!, pasti ada sesuatu yang berbahaya dari hutan ini".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments