Kekejaman Bara

Semalam Syara termenung di kamarnya memikirkan Bara yang ternyata sudah sejauh ini menyakitinya. Tetapi anehnya, Syara yang sakit hati setelah mendapat tamparan Bara dan perselingkuhannya dengan Raya, justru semakin mencintai lelaki kejam itu. Entah terbuat seperti apa hati Syara hingga masih mau berusaha meluluhkan hati Bara agar mencintainya. Hati wanita mana yang tak sakit hati saat melihat suaminya membawa masuk wanita lain ke rumahnya bahkan tidur dalam 1 kamar. Memang benar mereka menikah karena terpaksa tapi apa iya harus seperti ini.

“Sepertinya Bara memang benar-benar ingin aku membencinya. Tapi aku gak mau Bara. Aku ingin mempertahankan semuanya. Aku yakin suatu saat kamu bisa mencintaiku,” ucap Syara yang hanya ingin menikah 1 kali dalam hidupnya.

Syara yang tetap berusaha baik di depan Bara, sengaja menyiapkan sarapan pagi untuk makan bersama. “Hari ini kan libur, jadi nggak ada alasan terburu-buru ke kantor kan. Kita sarapan yuk.”

Bara yang tak mengindahkan ajakan Syara, langsung menuju meja makan dan menyantap roti yang sudah disiapkan Syara sembari mengajak Raya sarapan bersama.

“Terima kasih ya, Ra. Tapi untuk makan siang nanti kami mau masak bareng jadi kamu nggak perlu repot masakin,” ucap Raya tersenyum melirik Bara.

“Mau renang nggak abis ini?” tawar Bara pada Raya.

“Mau dong, ‘kan aku udah bawa baju renang,” jawab Raya sumringah.

Sembari menyantap sarapan, Syara berpura-pura telah terbiasa dengan sikap dingin Bara.

Tak lama Bara dan Raya bersiap dan menuju kolam renang belakang rumah Bara.

Syara memandangi mereka sembari meminum teh hangatnya di balik jendela. Sepertinya ia harus mulai membiasakan melihat kedekatan Bara bersama Raya. Apalagi, pemandangan mereka yang sedang berenang bukanlah yang pertama kali ia lihat.

“Mungkin maksud kamu baik, Raya. Kamu mau aku menggugat cerai Bara karena perselingkuhan kalian. Tapi aku tak akan menyerah begitu saja. Aku ikuti permainan kalian,” gumam Syara dalam hati.

Syara yang tengah menikmati keseruan Bara bersama Raya di kolam renang, dikejutkan dengan suara mobil yang baru saja parkir di depan rumah mereka.

Syara tergesa-gesa untuk membuka pintu. “Haris.”

“Hai, Ra. Maaf aku nyelonong masuk rumah kalian ya,” izin Haris memasuki rumah dan melewati Syara dengan muka kesal dan terburu-buru.

Syara yang menyadari dia datang untuk menegur Raya, memanggil dan memberhentikan langkah Haris.

“Haris, kita bisa ngobrol sebentar?” teriak Syara agar terdengar oleh Haris.

“Ya, Ra,” ucapnya menghampiri Syara dan duduk di sofa ruang tengah.

“Mau minum apa?” tanya Syara sopan.

“Nggak, Ra. Aku nggak berniat bertamu. Aku ke sini mau menegur Raya karena mereka sudah keterlaluan,” jawab Haris penuh emosi.

“Aku tau, terima kasih ya sudah menjadi teman Bara yang baik. Tapi biarkan saja dulu. Mereka begitu karena ingin aku nggak betah dan menggugat cerai Bara. Kamu tenang aja, Haris. Aku nggak papa kok berhadapan dengan mereka. Mau mereka beneran saling sayang atau hanya berpura-pura,” ungkap Syara tegas.

Haris terkejut mendengar jawaban santai Syara. “Harusnya kan nggak bisa begitu, Ra. Banyak kok yang menikah tanpa cinta, tapi mereka mengusahakan untuk saling mencintai setelah pernikahan. Kalau seperti ini namanya mempermainkan pernikahan. Aku nggak setuju, Ra.”

“Aku juga sedang mengupayakan hal ini, Har. Aku juga nggak mau mengalami ini, tapi kalau aku ngamuk, bukankah upayaku untuk meluluhkan Bara jadi semakin gagal?” Syara meyakinkan Haris.

Haris menatap Syara tajam. “Ra, aku mau membantu kamu untuk membuat Bara mencintai kamu. Jangan sungkan meminta bantuan apa pun dari aku ya. Aku teman kamu juga sekarang.”

Syara tersenyum melihat ketulusan Haris. “Terima kasih banyak ya, Har. Kita belum lama kenal tapi kamu sudah sangat baik sama aku.”

Haris tersenyum melihat Syara lalu bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Bara dan Raya.

 “Woho, Haris, mau renang bareng?” tanya Bara saat melihat Haris menghampirinya.

Seperti tak mengindahkan pertanyaan Bara, Haris menunjuk dan berbicara keras pada Raya. “Naik kamu Ray!” Ngapain kamu di rumah ini.”

“Apa-apaan sih kamu, Har? Aneh banget dari kemarin.” Raya menghampiri Haris dengan kesal.

“Aku udah minta kamu pergi dari kemarin, kenapa sekarang malah asyik-asyikan berenang berdua. Bara udah punya istri kamu tau 'kan? Aku gak peduli apa alasan kalian tapi yang kalian lakukan itu salah. Pulang kamu atau mau aku seret!” bentak Haris.

Bara tak terima Haris membentak Raya. “Kamu yang ngapain ke sini. Aku pikir kamu mau gabung sama kita ternyata malah buat kerusuhan di rumahku. Aku yang meminta Raya menginap di sini. Jadi kamu nggak ada hak untuk mengusir dia. Lagian kamu kenapa sih bro kasar banget sama perempuan.”

“Aku kasar sama pelakor, tapi kamu kasar sama istrimu sendiri. Siapa yang lebih bermasalah?” tantang Haris pada Bara.

“Kamu suka sama Raya?” Bara melanjutkan ucapannya yang tengah terpancing emosi.

“Udah udah. Kalian tuh berteman kenapa malah seperti ini sih. Haris kamu kenapa jadi begini sih. Gak asyik tau gak!” lerai Raya yang tak ingin terjadi perkelahian antara kedua teman laki-lakinya itu.

“Itu kamu tau kita berteman tapi kenapa kelakuanmu bukan selayaknya teman. Teman mana yang malah mau menghancurkan pernikahan temannya sendiri. Harusnya kamu membantu pernikahan temen kamu!” ketus Haris.

“Justru aku mau bantu Bara dan Syara. Pernikahan ini tidak membuat mereka bahagia. Bara gak mungkin menceraikan Syara begitu aja karena pasti dilarang sama Tante Desi. Jadi aku mau Syara membenci Bara dan meminta cerai. Aku yakin kalau Syara yang menggugat, Tante Desi tidak akan memaksakan pernikahan ini. Bahkan aku nggak cuma memikirkan Bara, tapi juga Syara,” ucap Raya tegas.

“Tau dari mana kamu kalau pernikahan ini gak akan bahagia. Kalau Bara bisa mencintai Syara, mereka akan bahagia. Apa kamu yakin Syara akan mau meminta cerai Bara sekalipun dia tahu ulah kalian berdua?” tanya Haris yang semakin tak ingin mengakhiri perdebatan mereka.

“Kamu gak tau apa-apa, Har. Jadi gak usah ikut campur. Sampai kapan pun aku gak akan mau mencintai perempuan itu!” sahut Bara dengan suara keras.

Syara menghampiri mereka dan meminta Haris untuk pulang.

“Ini semua gara-gara kamu!” bentak Bara pada Syara.

“Ini semua ulah kamu kenapa menyalahkan aku? Dari awal aku sudah pernah bilang kan kalau kamu nggak mau menikah ya nggak apa-apa. Tapi kamu sendiri yang memutuskan untuk tetap menikah sama aku. Sekarang setelah menikah, aku nggak mau ada perceraian,” ucap Syara berani membantah Bara.

Bara yang emosi melihat ucapan Syara, bersiap ingin menamparnya lagi namun dihalau oleh tangan Haris.

“Jangan pengecut jadi laki-laki. Beraninya sama perempuan. Sini kalau berani lawan aku!” tantang Harus bersiap berkelahi.

Syara melerai mereka berdua sebelum terlambat. “Haris, kamu pulang ya.”

Haris mengangguk dan memandangi Bara dan Raya dengan tatapan tajam.

...****************...

Terpopuler

Comments

El

El

aku di kubu kamu babang Haris
seret aja tuh uler seret 🤬

2023-08-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!