Dibuang Keluarga Diambil Sang Presdir
Saat itu hujan deras turun di Grade A City. Di kediaman keluarga Alexander, seorang wanita terkapar berlumuran darah di tengah ruangan.
Ia tidak berdaya ketika semua orang menghakiminya. Setelah kejadian itu terungkap, dia di tinggalkan sendirian. Bahkan hanya untuk sekedar membela diri pun ia tidak diberi kesempatan.
Kata kata kasar Ayahnya, menggema di telinganya.
"Aku Anthonio Alexander hanya memiliki satu orang putri yaitu Sandra Alexander. Dan kau Anggi, kau bukan lagi anakku!"
Anggi tersenyum. Bukan senyum yang biasa, ia menyeringai. Ibu tiri dan saudara tirinya telah menjebaknya, namun ia yang disalahkan.
"Anggi, aku tidak akan nengampunimu! Kau telah merusak nama baik keluarga Alexander!"
Nafas Anggi semakin melemah. Saudara tirinya Sandra telah merebut kekasihnya. Dan kini dia dicambuk oleh ayahnya sendiri.
"Seharusnya aku mengusirmu saat ibumu meninggal setelah melahirkanmu dulu!"
Anggi menyipitkan mata menatap Sandra.
Sandra berjalan ke arah Anggi dan berjongkok di depan wajahnya. Di depan semua orang dia adalah gadis yang lugu dan manis. Namun kini, seringai ganas menggantikannya.
"Anggi, bagaimana sekarang rasanya disiksa oleh ayah? Apakah kamu sudah mendapatkan pelajaranmu?"
"Edward lebih memilihku. Dan kau bukan lagi anak kesayangan di keluarga ini. Untuk apa lagi kau hidup, sebaiknya kau mati saja..." Kata Sandra sambil menyeringai.
Anggi berusaha sekuat tenaga mengangkat tangannya. Ia ingin mencekik Sandra dan membawanya mati bersamanya. Namun karena cambuk ayahnya terus mengguncang tubuhnya, tangan Anggi akhirnya jatuh kembali ke lantai.
Sandra melihat Anggi meringis kesakitan. Dan itu membuatnya memiliki ide ganas. Dia mengambil larutan garam, merendam kakinya lalu menginjakkan kaki itu di atas luka terbuka yang ada di punggung Anggi.
"Argghhhh!!" Anggi menjerit kesakitan.
Jeritan kesakitan Anggi membuat Sandra lebih bersemangat. Ia menambah tekanan kakinya sehingga itu membuat Anggi merasakan sensasi perih terbakar yang kuat.
"Hentikan! Aku mohon hentikan!!"
Semua orang yang ada di ruangan itu tidak bergerak sedikit pun. Bahkan anggota keluarga Alexander lainnya hanya menyaksikan di lantai atas sambil menyilangkan tangan di dada.
"Anggi, kamu pikir pada siapa kamu memohon? Sandra berhak melakukannya!" Ucap Anthonio.
"Siapapun yang berani membantunya atau membawanya ke rumah sakit harus melawanku! Aku ingin anak ini menyadari apa yang telah ia perbuat!"
Suara Anthonio kembali menggema di tengah kesadaran Anggi yang semakin menghilang.
Tidak! Tiba tiba keinginan bertahan hidup Anggi semakin kuat. Ia tidak boleh mati hanya karena orang orang mengucilkannya. Dia harus terus hidup agar bisa membalas dendam pada keluarga ini.
Rasa sakit yang menyiksa tubuh Anggi membuatnya hampir kehilangan kesadarannya berkali kali. Namun berkat tekadnya yang kuat. Sampai akhir pun ia berhasil untuk tidak menutup matanya.
"Bagaimana? Apa menurutmu wajah cantikmu itu bisa berguna di situasi seperti ini?" Sandra mencemooh.
"Kecuali kau cukup dekat dengan tuan Leonardo Smith, mungkin ayah tidak akan menyiksamu seperti ini. Tapi aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi."
Sandra menajamkan pandangannya saat ia mengeluarkan pisau dari balik punggungnya.
Tepat sebelum ia berhasil menyayat wajah Anggi dengan pisau tersebut, lampu di rumah itu mendadak mati.
Ruangan yang gelap diiringi suara petir yang menggelegar mengejutkan Sandra sehingga ia menjatuhkan pisaunya.
"Ada apa ini?"
"Kenapa lampunya tiba tiba...."
Bisik beberapa orang.
"Penjaga!" Anthonio berteriak.
Dua orang pria bertubuh kekar langsung berdiri di hadapannya.
"Singkirkan Anggi dari hadapanku!"
Kedua pengawal itu mengangguk. "Baik tuan."
Anggi diseret keluar dari rumah dengan kasar. Tubuhnya menyapu lantai dan meninggalkan bekas merah darah di jalan yang dilewatinya.
Anggi dibuang di pinggir jalan.
Ia terus meringis kesakitan.
Hujan yang semakin deras membuat lukanya semakin perih dan air hujan membuatnya basah kuyup.
"Arghh!!"
Dan tak berselang lama pandangannya menjadi silau ketika sebuah lampu mobil mendekatinya dan berhenti tepat di depannya.
Anggi tersentak ketika pintu mobil itu dibuka dan seseorang turun. Karena lampu mobil yang silau ia tidak bisa mengenali dengan jelas wajah orang itu.
BRUKK!
Ah!" Anggi jatuh ke tanah setelah mencoba berdiri. Saat itu ia bisa melihat sepasang sepatu mahal dan celana panjang hitam pas di depannya, tapi Anggi akhirnya pingsan dan kehilangan kesadaran.
"Oh, Anggia Alexander. Bagaimana bisa kau bisa berakhir seperti ini?"
Laki laki itu mengangkat tubuh Anggi dan membawanya ke dalam mobilnya.
Sejak hari itu Anggi menghilang dari seluruh kota dan negara tersebut, dan dia baru berusia 20 tahun.
*****
Lima tahun kemudian.
Setelah kepergian Anggi, Grade A City terus berkembang dan masyarakat kelas atas semakin makmur.
Di bandhara kota, Anggi keluar dari gerbang kedatangan dengan membawa koper besar. Berjalan di sampingnya ada seorang anak perempuan dengan wajah manis berusia lima tahunan.
Anak perempuan itu berjalan dengan mengenakan kacamata hitam di matanya. Sambil membaca buku dia seperti seorang model yang berjalan di landasan fashion show.
Anggi memegang tangan anak tersebut dan terus berjalan semakin menjauh. Bibir merah, rambut hitam serta kaki yang lurus benar benar menarik perhatian semua orang yang ada di bandhara. Semua mata menoleh kemanapun dia pergi.
Ketika Anggi melewati seorang laki laki, laki laki itu membeku dan berbalik.
"Dia kembali?"
Laki laki yang ada di sampingnya ikut berbalik dan menoleh ke arah yang sama.
"Saya dengar tuan besar Alexander, kakeknya sedang sakit dan dia pulang untuk bertemu yang terakhir kalinya, tuan." Ucap Sekretaris itu.
"Ah, benarkah?"
"Kalau begitu, apakah itu putrinya?"
Laki laki yang dikenal sebagai Leonardo Smith itu menyeringai lalu memalingkan wajah dan pergi diikuti oleh sekretarisnya.
*****
Mobil melaju dari bandara.
Bandara itu agak jauh dari pusat kota.
Waktu berlalu dan Anggi tiba di Grade A City.
Rumah keluarga Alexander adalah salah satu rumah terbesar di Grade A City. Itu terletak di jantung kota dan setiap inci dari rumah itu sangat berharga.
Bagian depan rumah dikelilingi oleh bukit dan sungai buatan manusia, dan lebih dalam di dalamnya ada hutan kecil dengan banyak tanaman subur. Bangunan itu megah di antara perumahan yang memiliki desain sederhana dan elegan. Itu membuat tempat itu tampak seperti oasis di hutan beton.
Setelah jalan yang sepi, bangunan utama rumah muncul di hadapan mereka.
Gerbang tinggi dengan desain megah sama sekali tidak menarik perhatian Anggi.
Dia berjalan ke dalam bersama Melisa tanpa jeda. Sembari bersenandung, ada aura mengancam dari bibirnya yang melengkung.
Ia terus melangkahkan kakiknya. Semakin mendekat, ia melihat ukiran nama Alexander tepat di tiang besar.
Keluarga ini sekarang dikendalikan oleh Jihan Alexander, ibu tirinya. Sedangkan Sandra, ****** itu akan bertunangan dengan Edward Smith minggu ini.
"Tidak apa apa." Anggi berkata pada dirinya sendiri.
Karena dia telah memutuskan kembali, dia tidak berencana untuk pergi lagi.
Anggi telah bersumpah dia akan membalas dendam. Dulu dia meninggalkan tempat ini dengan cara yang sangat buruk. Dan kini dia harus membuat semua orang merasakan hal yang sama, bahkan lebih buruk!
Dia menatap Melisa. "Ayo masuk."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Wo Lee Meyce
bru awal bca dah bikin semngat bca,,smga smpai akhir crta bikin puas hatiku
2023-11-29
0
Wirda Lubis
lanjut
2023-11-17
0
almairamehrunisa
keren wanita hebat.ank d buang hebat mandiri.libas semua keluarga laknut padamu Anggi kuat bisa.
2023-11-13
0