Saat mereka tiba di dalam, beberapa wanita anggun sedang duduk di ruang tamu sambil mengobrol.
Kedatangan Anggi langsung membungkam mulut mereka. Para wanita itu menatap sinis ke tempat Anggi berdiri.
Salah satu dari mereka mengejek, "Wah, lihat! Siapa yang datang ke sini? Bukankah itu wanita tidak tahu diri yang pernah menjadi putri kebanggaan di keluarga Alexander?"
Pernah? Anggi tidak peduli dengan konentar itu. Ia hanya menyeringai dan tidak menanggapi wanita tersebut.
"Benar. Dia memang tidak tahu diri. Lihat itu, bahkan dia punya anak tanpa seorang suami. Pasti dia menjalani kehidupan yang bebas saat terdampar di luar negeri kan?" Kata wanita lain sambil menertawakannya.
"Hahaha!"
Para wanita itu mengejek Anggi sampai seorang wanita yang duduk di paling tengah berdiri. Ia mengenakan pakaian yang paling bagus dan tubuhnya pun masih terjaga walaupun ia sudah berusia 50 tahunan.
Dia berjalan mendekati Anggi dengan memasang wajah hangat dan ramah. "Anggi, akhirnya kamu pulang. Keluarga Alexander sudah menunggu kedatanganmu."
Wanita itu adalah Jihan, ibu tiri Anggi. Wanita yang berselingkuh dengan Anthonio selama pernikahannya dengan ibu Anggi.
Jihan selalu berusaha agar terlihat polos dan penuh kasih saat di depan banyak orang. Namun dalam kesendirian, dia telah melakukan segala macam hal untuk menyakiti orang lain.
Anggi tersenyum sambil menepuk bahu Jihan. "Bibi, kau tidak perlu melakukan ini padaku sekarang. Aku tahu kamu adalah salah satu orang yang ikut mengusirku dari rumah saat itu."
Jihan terdiam dan langsung menoleh ke arah teman temannya, mungkin ia merasa malu?
Dia tahu betul Anggi adalah gadis yang berani sejak dulu. Dan menurutnya Anggi telah berubah dan menjadi patuh setelah bertahun tahun hidup di luar negeri. Namun ternyata dia salah, Anggi kembali untuk sebuah alasan.
Meskipun begitu, Jihan harus tetap tenang. Ia kembali tersenyum dan berkata. "Itu keputusan ayahmu, Anggi. Kami tidak bisa menentangnya, kau tahu itu. Intinya, senang bisa melihatmu kembali."
"Hemm, baiklah. Terserah kamu mau bilang apa."
Jihan kemudian memanggil seorang pelayan.
"Mina."
"Iya nyonya?"
"Tolong bawakan koper Anggi ke kamarnya. Kakek juga sudah menunggu. Setelah itu, antar dia untuk menemuinya."
Kata kata Jihan terdengar begitu lembut, namun yang asli adalah arti dari sebaliknya.
Mina, pelayan kepercayaan di rumah itu mengangguk. "Baik, nyonya."
Kemudian Anggi dibawa ke lantai atas. Saat ia menaiki tangga, ia masih bisa mendengar para wanita itu menggunjingnya dari belakang.
"Jihan, seharusnya kau jangan biarkan wanita itu menginjakkan kakinya lagi di rumah ini. Dia wanita yang kasar, tidak tahu malu dan gila."
"Kasihan tuan Anthonio memiliki seorang anak yang kasar seperti dia. Bahkan saat dia tahu bahwa Edward lebih memilih Sandra saat itu, dia terlihat marah dan selalu iri pada kebahagiaan orang lain."
"Sudahlah. Jangan bahas masa lalu, dia hanya belum dewasa saat itu." Jihan menghentikan teman temannya membicarakan Anggi agar ia terlihat murah hati dan pemaaf.
Dan saat itulah seseorang datang melalui pintu masuk dengan suara yang jelas.
"Bu, aku dan Edward kembali."
Edward?
Kaki Anggi membeku sebentar saat mendengar nama itu. Dan Melisa memperhatikan wajah ibunya.
"Ada apa bu?"
Anggi menepuk kepala putrinya "Tidak apa." Kemudian dia lanjut berjalan.
Sementara di ruang tamu. Setelah Sandra menggandeng tangannya, Edward melirik tangga dan melihat sosok wanita yang dikenalnya.
Sandra menyadari perubahan reaksi Edward dan melihat ke arah yang sama. Ketika dia mengenali wanita itu, Wajah Sandra menjadi gelap.
"Apakah dia kembali?"
*****
Setelah menaruh barangnya dan meninggalkan Melisa di kamar tidur. Anggi datang menemui tuan Jonathan Alexander, pemimpin keluarga dan kakek Anggi.
Laki laki tua itu duduk di kursi roda dan hanya bisa menghabiskan sebagian besar waktunya di ruangannya. Dia menderita lumpuh dan beberapa penyakit bawaan yang membuat sebagian tubuhnya tidak bisa digerakkan.
Alexander mendekat dengan didorong oleh pelayan pribadinya.
"Kamu sudah sampai." Suaranya terdengar lemah.
Anggi mengangguk.
"Duduklah, ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
Anggi duduk di hadapan Alexander. Di saat pandangan pertama mereka bertemu rasanya tidak seperti reuni bertahun tahun. Rasamya lebih seperti dua orang asing yang duduk di ruangan yang sama sedang bernegosiasi atau lebih buruknya bermusuhan.
Alexander berkata. "Kamu sudah bertahun tahun tinggal di luar negeri. Kini sudah waktunya kamu memulai hidup baru dan memikirkan dimana kamu akan menetap."
"Ya." Anggi mengangguk. Dia entah bagaimana bisa menahan dendamnya pada pria itu dan tidak menyuarakan pikirannya, mengatakan bahwa dia dan keluarganya yang mengusirnya dari rumah lima tahun lalu.
Dia harus mempertahankan rasa hormat paling tidak sedikit untuk pria itu karena dialah yang bertanggung jawab, kepala keluarga yang memerintah anggotanya. Anggi bukan lagi gadis muda yang percaya dia bisa balas dendam tanpa menanggung konsekuensi apapun.
"Kamu sudah tidak muda lagi. Adikmu juga akan menikah, jadi aku yakin kini sudah waktunya kamu memikirkan tentang memiliki pasangan juga."
"Jadi, kamu menyuruhku kembali bukan karena ingin melihatku untuk terakhir kalinya tetapi kamu ingin aku menikah?"
"Aku sudah tua. Aku ingin melihatmu berkeluarga." Alexander memasang tampang muram.
Anggi menyeringai.
"Putra pertama dari keluarga Sebastian, Andre. Dia lebih tua darimu. Aku sudah berbicara dengan keluarga mereka, dan kalian bisa bertemu terlebih dahulu sebelum membicarakan pernikahan." Alexander akhirnya membicarakan tujuannya.
"Andre? Bukankah dia baru saja dibebaskan dari penjara karena tindakan kriminalnya? Ada banyak keluarga kaya di Grade A City yang tidak mau menikahkan putri mereka dengannya."
"Itu adalah masa lalu, Anggi. Kamu beruntung karena dia masih mau menerima kamu dan anakmu. Bersyukurlah!" Kata Alexander dengan tegas.
Bersyukur? Laki laki itu menyuruhnya menikah dengan seorang penjahat dan dia harus bersyukur?
"Tapi kakek, aku dengar keluarga ini sedang mengalami kesulitan keuangan akhir akhir ini. Aku hanya ingin tahu berapa banyak yang kau dapatkan dari keluarga Sebastian dengan adanya pernikahan ini?"
Alexander terdiam mendengar pertanyaan Anggi. Mulutnya terasa pahit ketika ingin menjawab.
"Aku menyuruhmu untuk memikirkan tentang pernikahan, bukan untuk menentang perintahku."
"Oh, baiklah. Hanya saja aku penasaran, seberapa berharganya aku di keluarga ini?"
"Yah, bagaimanapun juga anda sudah berbicara dengan keluarga Sebastian. Jadi, saya hanya bisa setuju kan?" Ucap Anggi, ada sedikit nada mengancam dari suaranya.
Bibirnya melengkung menjadi seringai tajam yang membuat wajah cantiknya menjadi mengerikan.
"Senang mendengarnya. Akhirnya kamu bisa bersikap dewasa juga."
*****
Anggi keluar dari ruangan Alexander dan berjalan menuju kamarnya sendiri.
Saat dia berjalan kembali, tiba tiba seseorang menghadangnya dan memaksanya untuk menghentikan langkahnya.
Pria yang dulu dia cintai sepenuh hati, kini berdiri di hadapannya dengan penuh kebanggaan dan kepercayaan diri.
Anggi dan Edward tumbuh bersama dan keduanya berpacaran sejak SMA. Hubungan mereka manis dan stabil saat itu, memang ada pertengkaran pertengkaran kecil namun itu hal wajar untuk pasangan muda.
Edward dulu juga mencintainya, namun yang mengejutkan ia berakhir tidur dengan Sandra. Itu adalah tamparan yang keras bagi Anggi.
Pacarnya direnggut tapi semua orang menganggap Sandra sebagai korban dan Anggi kehilangan segalanya. Terlepas dari apa yang terjadi, itu hanyalah masa lalu kelam yang tidak akan menyenangkan jika diingat kembali.
Untungnya, Anggi bisa bertahun tahun tinggal di luar negeri dan itu banyak mengajarinya tentang ketangguhan dan kesabaran.
"Anggi." Edward memanggilnya dengan suaranya yang lembut dan hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Wirda Lubis
yang membawa Anggi keluar negri waktu di usir dari rumah siapa ya..?
2023-11-17
1
Afternoon Honey
⭐
2023-11-08
0
HARTIN MARLIN
menyimak dulu
2023-11-07
0