Anggi tersenyum pada Edward. Bukan senyum yang penuh emosi, namun itu adalah senyum polos yang tenang.
"Sudah bertahun tahun kita tidak bertemu ya. Bagaimana kabarmu?" Edward bertanya dengan santai seolah sedang bertanya kepada sahabat atau kerabat dekat.
"Bagaimana kabarku itu bukan urusanmu." Kata Anggi dingin.
"Dulu kita pernah jatuh cinta satu sama lain. Aku hanya ingin tahu bagaimana kabarmu, kenapa jawabanmu begitu?"
"Aku yakin kau juga sudah tahu kenapa aku disuruh kembali ke rumah ini kan?" Kata Anggi dengan sath sudut bibirnya yang terangkat.
"Aku ingin kamu bahagia. Andre Sebastian bukan laki laki yang baik. Dia tidak pantas untukmu."
"Itu juga bukan urusanmu tentang laki laki siapa yang pantas untukku."
Edward terdiam sesaat.
"Jika hubungan kita yang dulu baik baik saja, kau tidak akan mengalami semua ini."
"Ah, tidak apa apa. Aku bersyukur bisa putus denganmu, Edward."
"Sudahlah, Anggi. Jujur saja, aku bisa membantumu menghindari pernikahan itu jika kau memohon padaku." Kata Edward dengan tatapan mengejek namun dibuat seperti tulus.
"Menurutku menikah dengan Andre lebih baik daripada menikah dengan laki laki yang berselingkuh."
Anggi terkekeh jijik sebelum dia pergi, membuat Edward merasa malu.
Edward mencoba bersimpati pada Anggi. Namun, dia terkejut dengan sikap keras Anggi dan membuatnya berfikir dua kali. Dia hanya berpura pura tangguh kan? Seharusnya dia tidak seperti ini.
Edward berbalik ke arah Anggi dan berkata dengan keras. "Dimana harga dirimu sekarang? Kamu kembali dengan seorang anak. Apa menurutmu kau masih wanita yang baik?"
"Jika dulu kau mau tidur denganku, aku tidak akan meniduri Sandra saat itu!"
Anggi membeku, kemudian ia berbalik pada Edward. Saat itu, dia melihat seseorang muncul di balik punggung Edward.
Ia menyeringai dan berkata dengan sangat tajam. "Jadi, kau melampiaskan keinginanmu pada Sandra karena gagal mendapatkannya dariku?"
Edward mengerutkan kening, di belakang juga ada Sandra yang melebarkan mata pada Anggi.
Dan sebelum Edward bisa membalas perkataan Anggi, Sandra sudah terlebih dahulu mengucapkan kata manisnya. "Sayang, apa yang sedang kalian bicarakan?"
Kedatangan Sandra yang tiba tiba mengejutkan Edward. Dia mendekat dan melingkarkan tangannya seperti wanita yang manis.
"Hanya menyapa saja." Edward mengelus punggung tangan Sandra sambil tersenyum penuh kasih.
Anggi berdiri di sana menyaksikan adegan mesra mereka. Bibirnya masih melengkung menunjukkan ekspresi penuh arti.
Setelah bermesraan beberapa saat, akhirnya Sandra tersadar dengan keberadaan Anggi dan menghampirinya. "Kak, selamat datang kembali. Aku sangat merindukanmu."
"Seharusnya aku tidak melakukan hal itu saat dulu. Gara gara aku kamu menderita.....ah, pokoknya semua kesalahanku."
Sandra benar benar mewarisi bakat akting dari ibunya. Matanya mulai berair dan ia menunduk seolah merasa menyesal.
Namun Anggi berbeda dari yang dulu. Ia memperhatikan wajah Sandra dengan tenang tanpa amarah. Jika dulu pasti dia sudah mencekiknya, dan itu yang membuat raut wajah Sandra berubah menjadi masam.
Kenapa dia tidak marah? Ada apa dengan senyumnya itu? Apa dia sedang mengejekku!
Keadaan menjadi sunyi sesaat dan Anggi kemudian berkata. "Aku tidak punya waktu untukmu. Aku lelah, aku ingin istirahat."
Anggi tidak menjawab dan tidak memberikan tanggapan apapun pada Sandra lalu pergi begitu saja. Sandra memelototinya dari belakang dan menatap Edward.
"Aku rasa ada yang aneh dari sikapnya kan?"
"Mungkin dia sudah menyadari kesalahannya dan belajar untuk berubah menjadi gadis yang sopan sekarang." Edward menyuarakan pendapatnya.
Sandra hanya mengangguk menghilangkan kecurigaannya.
*****
Anggi kembali ke dalam kamarnya dan menemukan Melisa sedang duduk di tempat tidur dengan kaki yang menjuntai ke bawah. Dia menunggu ibunya tanpa melakukan apa apa.
Anggi bertanya. "Apakah kamu mengantuk?"
"Lumayan."
"Mandilah dulu, setelah itu kita tidur bersama ya." Anggi mengelus puncak kepala Melisa dengan lembut.
"Iya bu."
Melisa turun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Ia menyalakan shower dan sementara Anggi mulai membereskan pakaian mereka. Melisa adalah anak yang mandiri, dia bisa mengurus dirinya sendiri dengan sangat baik walaupun baru berusia lima tahun.
Setelah Melisa selesai mandi dan mengeringkan rambutnya, keduanya lanjut tidur dan terlelap dengan cepat.
Ketika Anggi bangun, langit sudah gelap dan waktu makan malam tiba.
Dia mengucek matanya dan melihat Melisa sedang berkutik dengan tabletnya. Mungkin gadis kecil itu hanya terlihat bermain main, namun sebenarnya hanya dia sendiri yang tahu apa yang sedang dia lakukan.
Anggi meregangkan tubuhnya dan bertanya. "Jam berapa sekarang?"
Melisa melirik jam. "Jam setengah delapan malam."
"Apa dari tadi tidak ada yang datang mengetuk pintu?"
"Tidak."
Anggi mengerutkan kening. Dia dengan cepat membersihkan wajahnya dan Melisa berganti pakaian lalu turun.
Benar saja, Jihan, Sandra serta Edward sudah ada di bawah berkumpul di meja makan.
Dan saat itulah Anggi melihat Anthonio, ayahnya yang menyiksanya dan membuangnya ke jalanan lima tahun yang lalu.
Dia trauma dengan apa yang dilakukan Anthonio lima tahun lalu dan bayangan itu menghantuinya dalam waktu yang lama. Ia tidak tahu seberapa jauh seorang pria akan bertindak jika marah, tapi ayahnya memberitahunya saat itu. Secara fisik, saat dia berusia 20 tahun.
Anthonio juga memperhatikan Anggi, dia berkata dengan suara yang berat. "Kenapa baru turun? Apa kau tidak tahu jam berapa sekarang? Dimana sopan santunmu!"
"Apa ada yang memanggilku untuk turun?"
"Ibumu datang ke kamarmu."
Anggi tidak terkejut dengan taktik yang dimainkan Jihan. Dia tidak bisa membantah dan hanya akan membuang waktu saja jika harus membongkar kebohongan wanita itu.
Anggi hanya berkata. "Saat aku berada di luar negeri, dimana kamu? Apakah kamu memberiku sesuatu? Tidak, bahkan satu peser pun. Aku tidak kenal siapapun dan tidak memiliki apapun di sana. Saat aku tidur di jalanan dan makan seadanya, dimana kamu?"
"Aku pikir aku melakukannya dengan cukup baik hanya untuk kembali dengan tetap utuh. "
"Cukup! Kamu tidak dipanggil ke sini untuk menantangku! Jika kamu patuh seperti adikmu, hubungan keluarga ini tidak akan menjadi seperti ini."
Anggi tidak peduli lagi dengan siapa ia berbicara, bahkan dengan ayahnya sendiri sekalipun, ia berkata dengan jelas. "Jika kamu ingin aku kembali ke rumah ini dan menikahi seorang pria, lebih baik kau bersikap sedikit lebih baik padaku."
"Jika tidak, orang akan berfikir kau menjual putrimu sendiri."
"Kamu tidak ingin reputasimu jelek hanya karena rumor seperti itu kan?" Ucap Anggi.
"ANGGI!" Anthonio sudah sangat marah. Anggi mempermalukannya di depan yang lain dan dia sudah tidak memiliki harga diri.
"Jangan khawatir, aku akan menikah."
Deg! Tenggorokan Anthonio tercekat dan dia tidak bisa berbicara saat mendengar jawaban itu.
Segalanya menjadi canggung dengan cepat. Anthonio tidak tahu harus bereaksi seperti apa untuk membalas perkataan Anggi.
Jihan memperhatikan kecanggungan di ruangan tersebut dan dengan cepat berkata. "Astaga, Lihat dirimu dan emosimu. Jeanne baru saja kembali dan kau malah marah. Menurutmu apa yang akan dia lakukan? Pertahankan kesabaranmu dan saatnya makan malam.”
Anthonio mendengus dan kemudian semua keluarga berkumpul untuk makan malam.
Karena tuan besar Alexander duduk di kursi roda, dia biasanya makan di ruangannya.
Tanpa kehadiran Alexander, Anthonio lah yang menjadi paling berkuasa di keluarga.
Tidak ada yang berani berbicara sepatah kata pun di meja makan.
Anthonio melirik Melisa yang sedang makan dengan tenang di samping Anggi.
"Dia pasti anak haram yang kamu miliki dengan seorang bajingan miskin yang berpendidikan rendah."
Anggi menarik bibirnya dan meletakkan garpunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Wirda Lubis
ayah Anggi bicara kasar pada anak nya
2023-11-17
2
almairamehrunisa
ya Allah mulut kek y juga busuk.otak busuk semua keluarga y.enek ngiii.hebat bgt.
2023-11-13
3
Afternoon Honey
💖
2023-11-08
0