Diberikan kenyataan oleh sang sahabat jika pemuda yang kini tengah mengendarai mobil mewahnya pernah brutal pada masa-masa SMA-nya, membuat pemuda tampan tersebut tertawa dengan sendirinya didalam mobil.
Semua ingatannya akan kepahitan serta kehebatannya pada masa lampau kembali terulang diingatan. Mengingat masa mudanya yang penuh dengan warna hitam dan putih.
Hingga kini, sudah tidak terasa sebentar lagi ia akan memasuki semester 5 di fakultas kedokterannya. Inilah impian sang pemuda sejak dulu. Menjadi seorang Dokter muda yang begitu mumpuni di bidangnya.
"Cepat sekali sudah jam 8. Apa aku harus kekantor?" Gumam Aksa pada dirinya sendiri.
"Tapi Ibu sendiri. Lebih baik aku pulang saja.” Putus Aksa pada akhirnya. Ia pun segera mempercepat laju mobilnya menuju rumah yang selalu menjadi tempat ternyaman untuknya.
Kantor? Perusahaan?
Setelah meninggalnya sang Ayah beberapa tahun yang lalu akibat penyakit serangan jantung, Aksa harus mau menanggung semua beban yang dilimpahkan kepadanya sejak saat itu. Menjadi anak satu-satunya yang berada dirumah tersebut, dan kini ia harus bertanggung jawab untuk terus membahagiakan sang Ibunda.
Ia harus bisa menggantikan posisi sang Ayah di perusahaan milik keluarganya sendiri, menjadi pemilik, serta penerus kerajaan dari perusahaan yang sudah sang Ayah bangun sejak dulu.
Setiap hari, Ia harus membagi waktunya dengan pintar. Antara kuliah, lalu bekerja. Bekerja, untuk dirinya dan orangtuanya yang tersisa satu saja. Semua itu sebenarnya sangat menyiksa sang pemuda, namun mau bagaimana lagi jika inilah kehidupannya tanpa seorang Ayah? Dan Aksa tidak pernah mengeluh akan hal itu. Tidak pernah pula merasakan lelah menyerang dirinya.
Ia adalah seorang petarung hebat. Seorang pemuda pekerja keras. Oleh sebab itu, ia adalah pria dambaan semua wanita di Universitas ternama DANGEROUS. Bukan hanya di Universitas itu saja, bahkan Universitas lainnya bahkan seluruh komplek sekolah DANGEROUS pasti mengenali siapa nama Aksa Arion.
Terkecuali satu gadis saja. Benar! Satu gadis cantik nan manis pemilik senyum indah yang tidak pernah terlihat oleh siapapun juga. Siapa lagi jika bukan Gadis Setan bernama Indira Iswara?
*****
Jika sang pemuda tengah mengemudi kendaraan untuk menuju rumahnya, tidak dengan seorang gadis cantik bernama Keisha Mahira tersebut. Kini, gadis itu tengah berkonsentrasi mengerjakan soal-soal untuk menambah kepintarannya menjelang Ujian Nasional yang akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan.
Dan besok, baru akan memasuki hari kedua untuk melaksanakan Ujian tersebut. Tengah sibuk memikirkan jawaban-jawaban yang menguras emosi, gadis itu berakhir merasakan getaran ponsel yang ia kantongi.
Menghela nafas sejenak, gadis itu kemudian meraih ponselnya lalu membaca sebuah pesan yang masuk kedalam benda pintar tersebut.
Indira [Jadwal Ujian besok?]
“Dasar Iblis gila!" Pekik Keisha dengan geram.
"Apa dia tidak mempunyai jadwal sendiri?" Gadis itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, lantas membalas pesan tersebut. Setelahnya gadis tersebut meneruskan kembali acara belajarnya yang tertunda.
Keisha [Aku tengah fokus belajar. Diamlah!]
Indira [Belajar? Tidak usah! Untuk apa?]
Mengirim pesan sembari memberi emoticon sebuah wajah menjulurkan lidahnya dengan mata membulat sebelah.
Tentu saja Keisha langsung membelalakkan matanya membaca pesan singkat yang berasal dari sahabatnya tersebut.
Tak peduli lagi, gadis itu langsung mematikan ponselnya tanpa membalas pesan sang sahabat. Melemparkan benda pipih tersebut keatas ranjang besar miliknya, lalu mulai memikirkan kembali jawaban-jawaban yang sungguh menguras emosi dan tenaga tersebut
****
Gadis yang sedari tadi terus menggoda sahabatnya melalui pesan singkat kini tengah terbahak-bahak sendiri didalam kamarnya.
Indira kini tengah bingung akan melakukan aktifitas apa didalam kamarnya. Mengganggu sahabatnya sudah ia lakukan, lalu harus apalagi ia saat ini?
Ia sendiri pun ingin belajar. Namun, bukankah hall ini adalah sesuatu langka dan sudah sangat lama tida ia dilakukan? Untuk apa belajar? Meski dengan mata terpejam pun, ia sudah bisa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh Guru baru kemarin. Mungkin, jika bisa dihitung, sudah 6 bulan terakhir dirinya tidak pernah melakukan kegiatan belajar.
Terkecuali saat dikelas mendengarkan pada Gurunya menjelaskan materi pelajaran. Itu pun tidak jarang ia meninggalkannya dengan tidur didalam kelas.
Sesaat kemudian, Indira kembali meraih ponselnya, lalu mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang. Setelah itu, ia harus menunggu balasan dari penerima pesan yang ia kirimkan beberapa saat yang lalu. Tak butuh waktu lama, benda pipih milik Indira kembali bergetar, menandakan ada sebuah pesan yang masuk.
Keisha. [Chemistry. English]
Menaikkan sebelah alisnya, Indira mempunyai ide jahil yang sangat licik. Berniat untuk membalas kembali pesan dari Keisha dengan ide konyol didalam otaknya.
“Anggap saja untuk hiburan.“ Ucapnya dengan sangat puas dan tersenyum dengan liciknya. Tak berapa lama pun ponsel Indira terasa bergetar kembali. Saat membuka balasan dari Keisha, dalam hitungan detik Indira langsung terbahak bahkan terpingkal-pingkal dengan kerasnya.
Keisha. [Dasar manusia setan!]
Setelah tertawa, Indira memilih untuk tidak membalasnya.
Gadis itu sudah dapat menebak bahwa Keisha sedang fokus belajar dan tidak mau diganggu. Indira pun memilih untuk mengambil buku chemistry serta englishnya. Memang terlihat sangat asing bagi yang melihatnya.
Namun, ia hanya membuka bukunya sebentar. Hanya 5 menit saja sepertinya semua kata-kata yang sudah ia baca langsung menempel erat diotaknya. Karena sudah merasa mengantuk, Indira kemudian memilih untuk mengistirahatkan otak dan tubuhnya hingga esok hari kan datang lagi.
*****
Suara-suara ribut kini sudah terdengar dikediaman seorang gadis cantik nan kejam. Pagi-pagi sekali, seperti biasa Chris dan Indira akan selalu bertengkar karena sesuatu yang tidak jelas.
Selalu ada saja yang mereka ributkan, mulai dari hal yang sepele hingga hal yang memang pantas untuk diributkan. Dan hari ini, hanya karena sebuah roti yang mereka panggang gosong mereka sudah bertengkar hebat, saling cekcok mulut. Tapi dimana pun ada sebuah pertengkaran, pasti Indira-lah yang akan memenangkannya.
"Baiklah baiklah. Hari ini aku yang akan membuatkan roti untukmu, Kak Indira tersayang." Ucap Chris dengan sedikit manis, disertai dengan sebuah senyuman yang terukir dibibir indahnya.
“Sungguh adik yang pintar dan berbakti kepada saudaramu.” Puji Indira untuk beberapa saat.
Gadis itu kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju kamar besar untuk mengambil tas dan sepatunya.
Melihat sang kakak pergi menaiki anak tangga dengan cepat, mata tajam Chris melirik pada arah benda berbentuk kotak yang berisikan segudang garam.
Dengan cepat, Chris kemudian memasukkan satu sendok garam kedalam selai roti yang ia pakai untuk roti sang kakak kemudian mengoleskannya secara merata. Setelah itu, sang pemuda kembali memasukkan roti tersebut ke atas piring sang kakak yang masih tergeletak diatas meja.
Kali ini, pemuda itu akan menahan dirinya sendiri agar tidak tertawa bahkan terbahak-bahak. Jika ia terlihat memiringkan bibirnya meski ada satu senti saja, gadis iblis itu pasti akan tahu dengan sendirinya.
Chris pun memilih untuk segera memakai sepatunya yang sudah ia bawa dari ruang tamu. Kemudian melahap rotinya dengan cepat lalu menenggak sebuah susu berwarna putih diatas meja. Kemudian, bersamaan itu keluarlah Indira dari dalam kamar lalu kembali duduk di meja makan.
“Kak. Aku berangkat dulu. Bye!” Pamit Chris kemudian berlalu, langsung lari secepat kilat yang ia bisa sebelum mendengarkan kemurkaan sang kakak yang sebentar lagi akan meledak. Pemuda itu sampai membawa sepedanya dengan berlari menjauhi rumah, lalu segera mengayuhnya agar lebih cepat lagi menjauh.
Melihat itu, Indira hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sedikit merasa curiga karena tidak biasanya sang adik berangkat pagi-pagi sekali seperti hari ini.
“Mungkin dia sudah taubat?" Ucap Indira kemudian tidak lagi memperdulikan kepergian sang adik. Ia menatap roti bakar yang sangat menggoda baginya. Dengan sangat ganas, Indira langsung melahap roti buatan adiknya yang tanpa ia tahu sudah diberikan bubuk-bubuk kehidupan.
Baru saja menggigit satu kali, air wajah Indira sudah tidak bersahabat sama sekali. Maka dengan cepat, gadis itu langsung menyemburkan kunyahan roti dimulutnya, lalu mencuci mulutnya dengan air susu yang masih utuh diatas meja.
“Sialaann!!!! Asin sekali rotinya!” Ucap Indira dengan kesal, langsung saja melempar roti tersebut kearah tembok dengan sadis.
Namun, saat gadis itu menenggak susunya, baru sekali tegukan saja, air yang berada dimulutnya langsung diswmburkan kembali keluar. Bulu romanya sampai berdiri saking asinnya susu yang ia minum saat ini.
“Fucking bastard!!! Chris sialan!!" Teriak Indira sekencang mungkin yang ia bisa. Raungannya menggelegar di ruangan bernuansa putih terang tersebut.
Sungguh, Chris telah membuat pagi indah sang gadis berubah menjadi sangat menjengkalkan karena roti dan susunya berubah menjadi asin semua. Mungkin gadis itu lebih baik memilih untuk meminum air laut saja, daripada susu atau roti yang telah dibuat oleh sang adik. Setidaknya, air laut tidak akan seasin roti dan susunya.
"Awas kamu Chris! Aku bersumpah akan mencekikmu saat pulang sekolah nanti!" Desis Indira dengan perasaan yang begitu dongkol.
Ia lupa bahwa adiknya tersebut juga setan seperti dirinya. Setan licik lebih tepatnya. Namun, selicik apapun setan yang dimiliki oleh Chris, tetap tidak akan bisa mengalahkan setan kejam psycho yang ada di diri seorang Indira Iswara.
Setelah menenangkan dirinya, mencoba menghalau emosinya, Indira kemudian memilih untuk segera berangkat menuju Sekolah tercinta.
Seperti biasa, gadis itu selalu berangkat menaiki Bis kota.
Meskipun ia terlahir dari keluarga yang sangat mampu, bisa dilihat dari besarnya rumah yang Indira huni saat ini, bahkan di dalam garasi rumah besar tersebut, tersedia beberapa mobil mewah terparkir dengan rapi, namun gadis cantik itu lebih menyamankan dirinya dengan Bis kota yang sudah menjadi temannya sehari-hari.
Begitu juga dengan sang adik, pemuda tampan itu selalu berangkat Sekolah memakai sepeda kesayangannya. Sama sekali tidak mau diantar oleh sopir menaiki mobil mewah yang tentunya akan membuat semua orang berdecak kagum saat melihat kendaraan itu hadir di Sekolah mereka.
Hidup sederhana adalah hidup yang Indira dan Chris lakoni. Menjadi orang kaya bukan berarti semua harus serba ada dan serba mewah. Itulah yang sang Ayah ajarkan kepada dua anak kesayangannya tersebut.
****
Hari ini, seluruh siswa dan siswi tingkat 10 dan juga 11 telah berhasil menyelesaikan Ujian Nasional tingkat akhir dengan hasil yang di rasa tidak akan memuaskan.
Seperti biasa, dua gadis bak amplop dan perangko ini sudah berada disebuah kantin yang begitu besar. Dan seperti biasa pula, sahabat dari gadis iblis ini akan selalu menceritakan hal-hal yang tidak jelas kepada Indira. Sedang gadis itu hanya menanggapi dengan kepala yang di geleng-gelengkan, sesekali berubah menjadi anggukan kepala.
"Oh iya Indira, kamu tahu pemuda yang tempo hari memperebutkan buku denganmu? Sepertinya aku mengenal pemuda itu." Ucap Keisha dengan tegas, membuat Indira langsung berubah serius menatapnya.
"Jangan membahas pemuda sialan itu!" Balas Indira dengan sengit. Sama sekali tidak tertarik dengan pemuda yang menurutnya bodoh tersebut.
Sedang Keisha, tentu saja masih terus merasa penasaran dengan pemuda yang baginya sangat tampan tersebut.
"Tapi aku lupa, hanya sekedar seperti pernah melihatnya saja." Ucap Keisha tak memperdulikan larangan Indira. Baginya, sebuah larangan adalah sebuah perintah.
"Siapa dia? Kamu mengenalnya?" Tanya Keisha semakin membuat Indira ingin melempar saja sahabatnya itu keluar dari kantin, jauh, pergi dari tempat yang ia pijak kini.
"Tidak. Dan sama sekali tidak ingin mengenalnya. Pemuda bodoh!" Jawab Indira bersungut-sungut.
"Tapi, kamu seperti mengenalnya? Waktu itu...."
"Keisha! Stop it! Jangan bicarakan dia lagi! Jangan sampai kamu membuatku untuk melakukan hal yang tidak-tidak kepadamu." Pungkas Indira sembari menggebrak meja kantin yang ia huni bersama Keisha.
Merasa sangat emosi ketika mengingat kejadian dimana ia bisa dikelabuhi dengan mudah oleh pemuda yang begitu ia benci. Tentu saja, gadis disebelah Indira ini berjingkat kaget dengan gebrakan tersebut.
Bukan hanya Keisha, seluruh manusia yang berada dikantin tersebut rupanya ikut syok mendengar gebrakan tersebut. Jantung mereka terasa ingin lari dari tempatnya saking kaget yang mereka rasakan dengan tiba-tiba.
Mereka yang takut langsung melarikan diri mereka masing-masing sebelum setan dalam diri Indira semakin keluar lebih banyak lagi. Berdalih untuk memakan makanannya dikelas agar lebih nyaman lagi.
Sikap Indira yang seperti ini sudah menjadi makanan mereka sehari-hari. Indira yang selalu kepanasan, dan Keisha yang selalu menyebabkan setan itu selalu memporak porandakan jantung seisi kantin.
Mereka yang mencoba untuk bisa merendahkan Indira melalui ucapan-ucapan pedasnya akan selalu mendapatkan tinjuan maut dari tangan mungil sang gadis. Bahkan, lebih dari itu. Keluar masuk ruangan BK bukanlah suatu masalah bagi Indira. Bahkan jika ia harus dituntut ganti rugi atas luka yang temannya rasakan, Indira akan selalu dengan senang hati memberikannya. Baginya, melemahkan lawannya adalah, suatu kepuasan tersendiri dalam hidupnya. Tidak apa jika ia harus keluar uang yang banyak.
*****
Diberitahu oleh sahabat tercinta jika pemuda itu akan melakukan kegiatan pindah rumah. Menepati janjinya untuk membantu, Adrian akhirnya datang kerumah baru Aksa untuk membantu sang pemuda.
Rumah besar yang sangat bertempat ditempat yang strategis, merupakan rumah bak istana yang bagi Aksa adalah tempat ternyaman kedua setelah rumah lama yang ia tempati. Sengaja memilih rumah ditempat tersebut karena letaknya yang sangat dekat dengan kampusnya, menghemat waktu saat ia harus bolak-balik ke perusahaannya sendiri.
"Aksa, apa kamu tidak berniat mencari Ayah baru?" Tanya sang sahabat dengan rasa isengnya.
Aksa yang masih fokus membereskan semua barang-barang yang masih berserakan langsung menghentikan aktifitasnya. Bibir manisnya kemudian mengukir senyum sangat manis, namun sedetik kemudian senyum itu berubah menjadi sangat menakutkan bagi Adrian yang melihatnya.
"Kamu mau merasakannya?" Tanya Aksa sembari memperlihatkan sebuah tongkat baseball besar kepada sahabatnya tersebut.
Tentu saja halnitu membuat Adrian memamerkan deretan giginya yang putih, menatap penuh memelas kepada sang sahabat. Demi apapun, ia masih ingin hidup hari ini dan seterusnya. Tidak mau hidupnya berakhir dengan sia-sia, apalagi berakhir dengan tragis.
"Lebih baik, kamu pergi beli air minum. Disini masih kosong, Ibu belum belanja." Ucap Aksa memberitahu sang sahabat, kembali menyimpan tongkat baseball yang sempat ia keluarkan dari sarungnya.
"Beli dimana? Aku tidak tahu letak warung kecil disini." Keluh sang pemuda melemaskan otot-otot tangannya.
"Didepan komplek perumahan ini ada minimarket. Belilah disitu."
"Malas pakai mobil."
"Berjalan kaki akan membuatmu lebih sehat."
"My God! Ada apa denganmu Aksa Arion? Itu semakin membuatku lebih malas lagi!" Ucap Adrian semakin kesal, memilih untuk menutup mata saja sembari menyandarkan tubuhnya di sofa empuk milik sang sahabat.
"Dasar manja! Ambil kunci motor diatas televisi. Pakai!" Ucap Aksa yang sudah tahu sejak awal maksud Adrian malas memakai mobil.
Tentu saja pemuda bermata hitam pekat itu langsung tersenyum lebar, mengangguk, kemudian bergegas meraih kunci motor milik Aksa. Setelah itu, berlalu-lah pemuda tampa tersebut dari hadapan Aksa Arion.
*****
Niat hati yang baik ingin membelikan sahabatnya sebuah ice cream favorit setelah pulang sekolah ternyata harus ia batalkan karena melihat sahabatnya yang sudah meraung kesetanan. Membuatnya takut sendiri.
Ini, gadis cantik itu sudah berada di seberang kedai ice cream yang selalu menjadi langganannya sejak kecil. jam baru menunjukkan pukul 5 sore, belum terlalu gelap untuk para orang yang berkendara memakai mobil ataupun motor.
"Mampir minimarket dulu." Gumam Keisha sembari bersenandung kecil. Memakai sepeda kayuh berwarna pink terang tersebut, membuat gadis itu merasa sangat bahagia. Sudah sekian lama ia tidak pernah memakai sepeda tersebut.
"Lets Go!"
*****
Baru saja melandai keluar dari perumahan Aksa Arion, Adrian mulai merasakan ponselnya bergetar. Berusaha untuk meraih benda pipih tersebut yang berada didalam saku, namun sama sekali tidak membuahkan hasil.
Sepertinya ponsel itu tersangkut?
Dalam keadaan tengah mengendarai sepeda motor seperti ini sungguh membuat Adrian merasa kesal sendiri. Sedang ponsel yang tersangkut di sakunya tersebut masih terus bergetar hebat.
Hingga beberapa saat lamanya, benda pipih itu akhirnya bisa ia keluarkan dengan cepat. Bersamaan dengan keluarnya benda pintar tersebut, datanglah seorang gadis cantik yang tengah asik mengayuh sepedanya.
Karena Adrian terlalu fokus dengan ponselnya, akhirnya pemuda tersebut tidak bisa mengontrol motor yang ia kendarai. Ingin menekan rem motor, namun naas sekali karena ia terlambat. Gadis yang tengah mengayuh sepeda tersebut terlanjur tertabrak oleh motornya yang kencang.
"Akh! Sialan!" Pekik sang gadis mengerang kesakitan. Sedang Adrian hanya memekik dengan tertahan. Pemuda itu segera berdiri, mengecek tubuhnya apakah ada yang terluka atau tidak. Setelah memastikan bahwa dirinya baik-baik saja dan masih bisa berjalan dengan normal, Adrian langsung bergegas menolong gadis cantik yang kini tengah merasakan sakitnya kaki yang terlihat berdarah.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Adrian dengan wajah polos dan berdosanya. Sudah melihat kaki sang gadis berdarah, tapi masih bertanya apakah gadis itu baik-baik saja atau tidak.
"Apa? Jangan pura-pura tidak tahu! Lihat, kakiku berdarah!" Ucap sang gadis dengan kesal. Meniup-niup kakinya yang berdarah agar sakitnya terasa berkurang.
"Maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja melakukannya." Ucap Adrian merasa sangat bersalah. Apalagi melihat gadis itu terus meringis kesakitan, sungguh membuat hati sang pemuda terenyuh. Cantiknya wajah sang gadis benar-benar membuat Adrian tidak bisa menyalahkan gadis itu yang tiba-tiba saja lewat persimpangan tanpa berhenti lebih dulu.
Kemudian, pemuda tampan itu melepaskan kemejanya. Menyisakan kaos hitam saja yang ia pakai. Setelahnya, Adrian membebatkan kemejanya kearah kaki sang gadis yang masih berdarah.
"Supaya darahnya tidak keluar lebih banyak." Ucap Adrian menjelaskan karena gadis tersebut hanya terheran-heran menatapnya.
"Manis sekali." Tatap sang gadis merasa hatinya berbunga-bunga saat mendapatkan perilaku manis tersebut.
Apalagi, kini pemuda tampan itu sudah membersihkan kakinya yang terkena kotoran debu, semakin menambah hati sang gadis semakin ingin keluar dari tempatnya. Terasa perutnya seperti di gelitiki oleh ribuan kupu-kupu indah.
"Akh! Sakit!" Pekik sang gadis kembali merasakan perih di lukanya.
"Apa kamu bisa berdiri? Kakimu sakit."
"Aku tahu." Mengangguk sembari berusaha berdiri, mencoba meyakinkan dirinya jika kakinya masih bisa dipakai untuk berdiri seorang.
Namun baru saja ingin berdiri, kakinya terasa lemas dan tak mampu menopang berat badannya sendiri. Alhasil, berakhirlah sang gadis dengan terjatuh kembali. Beruntung, Adrian langsung sigap menopang tubuh sang gadis yang hendak terjatuh.
Melihat itu, Adrian semakin tidak tega dan semakin merasa bersalah. Bahkan, pemuda itu melihat banyaknya keringat yang sudah membanjiri pelipis sang gadis.
"Maaf lancang." Ucap Adrian kemudian langsung mengelap keringat yang ada di pelipis sang gadis. Manusia yang nyaris sempurna dimata Adrian.
"Dimana rumahmu? Ayo, aku antar pulang." Ucap sang pemuda kembali membuat lamunan sang gadis hilang tak berbekas. Mendapati perlakuan yang begitu manis, sungguh hati siapa yang tidak akan meleleh seperti gadis cantik tersebut. Gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Keisha. Gadis yang selalu menghadapi raungan setan dari sahabatnya kini mendapatkan perlakuan yang begitu manis, bahkan dari seorang pemuda.
"Disana." Tunjuk sang gadis pada tikungan jalan yang kini ia pijak.
"Ayo, aku antar pulang."
Maka dengan cekatan, Adrian langsung meraih tubuh sintal sang gadis. Kemudian, menggendongnya didepan dada dengan erat agar tidak terjatuh lagi keatas tanah.
Ketika gadis tersebut mulai mengalungkan tangannya dileher putih sang pemuda, kedua dada manusia yang kini tengah beradu sama-sama terengah hebat. Menahan getaran hebat yang menjalari dada hingga menembus kedalam ulu hati mereka masing-masing.
'Oh My God! Apa aku menyukai pemuda ini? Siapa dia?' batin sang gadis semakin bergemuruh.
"Namaku Keisha. Nama siapa?"
"Adrian."
BERSAMBUNG....
Yang mau lihat visual para pemain bisa langsung follow akun instagram Author ya! @nanamha_
Thankyou!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments