Chapter 5. Rules are made to be broken

Kemeja sekolah yang di keluarkan, rambut yang mulai panjang, wajah acak-acakan dengan bekas luka di beberapa titik, serta jaket yang selalu dipakai. Ganes baru saja datang ke sekolah dalam keadaan tidak telat untuk pertama kalinya di kelas 12, biasanya dia selalu terlambat tapi kali ini sepertinya Ganes tidak tidur di rumah mengingat pagi ini dia datang bersama dengan Yohan.

“GANESHA!.” Teriak bu Aisyah, salah satu guru yang sudah tidak bisa menangani seorang Ganesha, tapi mau tidak mau tetap harus memberikan peringatan pada laki-laki itu.

Ganesha yang baru memarkirkan motornya itu memperlihatkan deretan giginya tanpa rasa bersalah pada Bu Aisyah dan guru-guru lain.

“SINI KAMU!.”

“Kali ini aja bu.”

“CEPAT SINI ATAU BERSIHIN TOILET!.”

Ganes yang datang bersama dengan Yohan melirik Yohan yang berdiri di sebelahnya berniat untuk kabur meninggalkan Ganes.

“Mau kemana lo? Ikut gue.”

“Bos, gue belum ngerjain pr, gue duluan aja ya...” Yohan langsung berlari masuk meninggalkan Ganes yang harus menemui bu Aisyah terlebih dahulu.

Ganes menghembuskan nafas beratnya kemudian berjalan menghampiri bu Aisyah, dalam langkahnya menuju kesana, Ganes berpapasan dengan Alika, murid baru di kelasnya. Alika menatapnya dengan tatapan sangat dingin, tapi entah kenapa gadis itu terasa menarik dimata Ganes. Punggungnya yang menjauh, gantungan tas cinnamon roll yang menggantung dan bergerak sesuai langkah kakinya menarik perhatian Ganes. Bukan gantungan tasnya yang menarik, tapi Alika menarik.

“Masukin baju kamu!.”

“Iya-iya bu.” Ganes memasukkan kemeja sekolahnya seperti yang lain.

“Ini rambut waktunya potong juga.”

“Iya bu Aisyah cantik, besok deh saya potong rambut.”

“Awas ya kalau besok belum rapi.”

“SIAP! Ini udah boleh masuk kan bu?.”

“Ya boleh, jangan di keluarin lagi itu seragamnya.”

“Iya....” Jawab Ganes malas, siapa juga yang akan peduli dengan larangan, adanya larangan itu ya untuk dilanggar, kalau tidak ada yang melanggar percuma dibuat larangan sebanyak itu.

Ganes berlarian di lorong kelas-kelas menuju ke kelasnya yang kebetulan ada di lantai tiga, pembagiannya itu lantai satu untuk anak kelas 10, lantai dua untuk anak kelas 11 dan lantai tiga nya untuk anak kelas 12. Letak kantin ada di lantai satu, tapi kalau toilet ada di setiap lantai. Sedangkan ruangan guru ada di bangunan lain yang berhadapan dengan bangunan kelas, satu bangunan dengan lobby utama dan ruang administrasi, termasuk ruangan untuk izin atau dispensasi. SMA Nusantara berbentuk persegi panjang, di tengahnya ada lapangan futsal, sisi kanan ada lapangan basket yang juga bisa digunakan untuk tenis lapangan atau badminton, sedangkan sisi kirinya ada gazebo dan taman-taman yang biasa digunakan untuk murid bersantai atau belajar.

Sedangkan tempat tongkrongan anak-anak Algaza sendiri ada di dekat lapangan basket, disana ada kursi yang sebenarnya digunakan untuk menonton basket, tapi selalu digunakan anak Algaza untuk berdiskusi saat jam istirahat, selain bisa selain bermain basket yang rata-rata suka basket, atau hanya untuk bersantai. Walaupun lokasi utamanya disana, banyak anak Algaza dari kelas 12 malas turun ke sana dan memilih bergerombol di tangga menuju ke lantai dua, bukan hanya satu ada dua saja, sekitar 20 an orang dari kelas 12 yang tergabung dalam Algaza selalu ada di tangga dan mengganggu anak-anak cewek yang lewat.

Ganes mempercepat langkahnya saat melihat Alika yang berjalan di depan, kelas 12 IPS 1 ada di bagian ujung walaupun tidak terlalu ujung karena di paling ujung ada toilet dan masih ada kelas 12 IPS 2 dan IPS 3 juga. Laki-laki itu berjalan beriringan dengan Alika, membuatnya menoleh saat merasakan ada yang berjalan dengannya. Sebenarnya yang membuat Ganes merasa sedikit kurang nyaman adalah pandangan semua orang pada Alika, hanya saja saat Alika berjalan bersamanya, pandangan itu seakan memudar dan menjadi pertanyaan lain di kepala mereka, tapi takut untuk diungkapkan, siapa di sekolah ini yang tidak takut pada Ganes, tentu saja tidak ada mengingat dia ketua Algaza.

“Kenapa?.” Tanya Alika tanpa mengalihkan pandangannya kedepan dan terus berjalan melewati banyak kelas IPA.

“Lo beneran bunuh orang?.” pertanyaan Ganes membuat Alika menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Ganes, wajah dingin itu entah kenapa membuat Ganes salah tingkah, apalagi saat menatapnya.

“Jangan bilang lo juga percaya sama rumor itu.”

“Nggak sih, mana mungkin lo ada disini kalau emang bunuh orang.”

“Kalau udah tau kenapa harus nanya.”

“Tapi bisa aja orang yang lo bunuh nggak mati, atau lo ngasih banyak uang kompensasi.”

Alika menyunggingkan senyuman “Gue nggak berniat buat cari temen disini, jadi menurut gue, gue nggak perlu juga jawab pertanyaan lo. Secara lo bukan temen gue dan nggak akan pernah jadi temen gue.”

Ganes menunjuk jarinya ke angin-angin sambil ikut tersenyum paksa “Ya ga salah juga kalimat lo, tapi bukannya lebih baik lo jadi temen gue ya? Selain bangku kita deket, kayaknya semua orang ga terlalu ngomongin lo waktu lo sama gue.”

“Ga ngomongin gue bukan berarti pendapat mereka tentang gue bakal berubah gitu aja kan.”

“Lo mau tau soal Algaza kan? Harusnya lo ga jauh-jauh dari gue sih. Itu aja yang mau gue kasih tau ke lo.” Ucap Ganes yang mulai berjalan lebih dulu dari Alika, Ganes menoleh kebelakang “Markas Algaza ada di tribun lapangan basket, atau lo bisa dateng ke markasnya yang ada di luar.” Ucap Ganes yang kemudian masuk kedalam kelas 12 IPS 1 lebih dulu ketimbang Alika.

Dua bangku kosong yang ada di belakang adalah milik Ganes salah satunya, Alika duduk di bangkunya sendiri sedangkan Ganes duduk di kursi sebelahnya, hanya berjarak kurang dari satu meter, hanya cukup untuk satu orang lewat  saja. Satu kelas berisi 30 murid, jika dibuat dengan jarak yang jauh-jauh, ruangan kelas tidak akan cukup menampung semuanya.

Ganes duduk meletakkan kepalanya diatas meja sambil menoleh kearah Alika, guru datang pun Ganes tidak merubah posisinya. Melihat bagaimana guru yang tidak memperdulikan tingkah seorang Ganes, sudah dipastikan kalau anak itu memang tidak bisa di atur sama sekali. Masalahnya Alika yang tengah belajar, jadi tidak fokus karena terus di lihat oleh Ganes. Sejujurnya di sekolah lamanya dulu, Alika ada di kelas anak-anak pintar, dan kebanyakan anak hanya berusaha untuk ambisius, mereka tidak peduli dengan sekitar, dirinya sendiri adalah hal paling penting. Jangan tanyakan kerjasama antar kelas, karena tidak ada hal seperti itu disana, perayaan ulang tahun sekolah kalau di sekolah lain akan mengadakan lomba tim antar kelas, tapi kalau di sekolah itu hanya mengadakan olimpiade yang kemudian dari hasil olimpiade itu akan menciptakan para juara olimpiade mewakili sekolah.

Episodes
Episodes

Updated 46 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!