Kembalinya sang Mantan

Kamar berukuran tiga kali empat meter ini menjadi tempat berteduh sekerang. Aku masih heran kenapa Aa Yusuf begitu memperjuangkan hubungan ini.

Hari ini kami akan ke KUA untuk konsultasi dan mencari solusi atas masalah yang kami hadapi.

Setelah mendengar semua ceritaku dan masalah yang kami hadapi.

Para pemuka di Kantor Urusan Agama ini bisa membantu menikahkan kami menggunakan Wali Hakim dari KUA. Namun, bagaimanapun tetap disarankan menemui Mama dan meminta restunya.

***

Pulang dari KUA, kami mencoba menemui Mama. Bukan restu yang didapat melainkan caci maki dan usiran. Matahari sudah meninggi, suara azan Zuhur berkumandang. Aa Yusuf mengarahkan motornya ke sebuah mesjid yang kami lewati untuk melaksanakan salat Zuhur berjamaah.

Salat Zuhur selesai dilaksanakan, perut pun sudah tidak bisa diajak bersahabat lagi. Saat kami sedang menikmati makan siang di sebuah rumah makan padang, seorang wanita yang juga berhijab dengan tren baju syar'i saat ini, menyapa Aa Yusuf.

Dia hanya melihatku dengan lirikan, seperti tatapan orang yang tidak suka.

"Kenalin ini Ratu," ucap Aa Yusuf mengenalkanku.

Uluran tangan kananku untuk berjabat tangan dengannya tidak disambut. Wanita itu seolah-olah tidak mendengarnya atau mau tidak melihat. Sembong sekali perempuan ini.

"Bisa kita bicara sebentar, A?" tanya wanita itu kepada Aa Yusuf.

Aa Yusuf meminta untuk berbicara di sini saja di dekatku, tetapi wanita itu memaksa untuk berbicara empat mata di luar.

"Hmmm," ucapku singkat saat Aa pamit akan keluar sebentar.

Sudah habis nasi satu piring, belum juga mereka selesai. Entah apa yang mereka bicarakan. Bosan menunggunya. Aku putuskan untuk pulang. Setelah membayar di kasir, dengan langkah santai aku keluar dari situ. Melewati Aa Yusuf dan wanita itu yang berdiri tidak jauh dari pintu masuk.

"Ra, tunggu!" teriak Aa Yusuf.

Masa bodoh, aku tidak peduli. Terus saja kaki ini melangkah sepanjang trotoar. Tak berselang lama sebuah motor berhenti di sampingku.

"Ayuk naik, Ra!" ajak Aa Yusuf.

"Nggak usah. Jalan kaki aja."

Aku terus berjalan memandang lurus ke depan. Dari sudut mata aku melihat Aa Yusuf mengikuti dengan memperlambat jalan motornya.

"Yakin? Kalau ketemu Om Pras, lalu diculik, terus dipaksa nikah, gimana? Aa lihatin aja, ya?" teriak Aa dari atas motor.

Ah, ini ancaman apa doa? Aku berbalik arah. Aa Yusuf sedang tersenyum lebar. Dia merasa menang melihat aku menghentikan langkah dan berjalan ke arahnya dengan wajah cemberut.

"Kamu cemburu, ya?" ledek Aa Yusuf.

"Iya," jawabku singkat.

Aku pun naik ke jok belakang, motor kini melaju menembus hiruk pikuk jalan raya. Aa akan mengantarku kembali ke indekos untuk beristirahat.

***

Tok! Tok! Tok!

Siapa juga pagi-pagi begini bertamu. Pintu kamar kubuka sedikit, untuk mengintip siapa yang mengetuk pintu. Ternyata wanita yang tempo hari di rumah makan padang.

"Assalamualaikum," ucap wanita itu.

"Waalaikumsalam," jawabku sambil keluar dari balik pintu.

Wanita itu mengenalkan diri bahwa namanya Ayu, mantan Aa Yusuf. Dua tahun yang lalu mereka berencana akan menikah, tetapi karena satu hal, pernikahan itu batal dan Aa Yusuf pergi meninggalkan kota di mana kisah mereka tercipta dulu.

Maksud wanita ini apa? Apa dia ingin kembali lagi dengan Aa Yusuf? Atau aku dianggap sebagai perusak hubungan mereka? Dia saja mengatakan hubungan itu telah berakhir dua tahun yang lalu, sedangkan aku mengenal Aa Yusuf belum sampai dua tahun.

"Tinggalkan Aa Yusuf! Karena kamu tidak pantas untuk dia. Anak haram yang tidak tahu siapa ayahnya."

Wanita ini hanya pakaiannya saja yang sopan, tetapi ucapannya tajam. Seolah-olah tahu banyak tentang hidupku, menilai diri ini seperti sampah. Dia merasa dirinya paling suci, membanggakan diri sebagai wanita baik dari keluarga baik-baik.

Ingin rasanya tangan ini meremas mulut wanita sombong tersebut.

Setelah Ayu pulang, bergegas mengambil ponsel untuk mengirim pesan ke Aa Yusuf. Aku ingin semua jelas. Siapa Ayu, kenapa dia hadir di antara kami. Sudahlah kisah cinta ini rumit, ditambah lagi kedatangan Ayu, entah akan bagaimana akhirnya. Apa bisa aku menikah dengan Aa Yusuf, atau Aa akan kembali kepada Ayu?

Semua pertanyaan muncul silih berganti di kepala. Tiba-tiba ada suara klakson motor Aa Yusuf yang membuat lamunan ini buyar. Lelaki tinggi, berkulit kuning langsat itu turun dari motor dengan membawa dua buah kantong plastik. Kantong yang berisi sarapan diserahkan kepadaku.

Baiklah, aku harus menahan marah dan pertanyaan sampai Aa Yusuf selesai makan. Aku juga harus mengisi perut, agar ada tenaga untuk mengomel.

Setelah semua selesai dan Aa Yusuf pun sudah duduk santai, baru aku membuka pembicaraan mengenai Ayu. Namun, diri ini tidak bisa menahan marah. Akhirnya mengutarakan semua yang ada di kepala, tetapi Aa Yusuf hanya diam.

"Kalau Aa ragu-ragu, lebih baik kita batalkan saja pernikahan kita! Aa balik lagi sama dia. Uang Aa nanti Ratu minta lagi sama ma–"

"Ratu cukup!" potong Aa Yusuf.

Aa Yusuf menjelaskan bagaimana pernikahan itu bisa batal. Satu bulan sebelum pernikahan, Ayu membatalkannya, dengan alasan tidak ada waktu lagi untuk Ayu karena saat itu Aa Yusuf terlalu sibuk kerja sambil mengambil sekolah membuat kue lagi.

"Itu hanya alasannya saja, sebenarnya dia ingin menikah dengan pemilik travel perjalanan, yang ekonominya jauh dari Aa. Kemarin dia cerita, pernikahannya cuma tiga bulan, ternyata yang dinikahinya suami orang," jelas Aa Yusuf kepadaku.

Mendengar itu, mulut ini tertawa lepas. Terbayang ucapan Ayu yang mengatakan dia wanita baik. Mana ada wanita baik menikahi suami orang. Setelah puas melihatku tertawa. Aa Yusuf menyerahkan satu lagi kantong plastik, setelah kulihat ternyata isinya baju kebaya putih.

"Besok jam delapan pagi aa jemput. Kita nikah pukul sembilan," ucap Aa Yusuf.

"Cepatnya?" tanyaku heran.

"Sudah satu Minggu dari kita daftar. Apanya yang cepat?"

"Tapi Ratu belum ada persiapan."

"Kamu mau nyiapin apa? Yang ijab kabul, kan, aa, bukan kamu. Yang nyiapin mas kawin juga aa. Kamu cuma duduk aja di situ."

"Ngajak nikah, tapi nggak ada romantis-romantisnya," celetukku.

"Jual motor untuk mencukupkan seratus juta biar bisa dapati kamu, itu lebih dari romantis," gombal Aa Yusuf.

Romantis ala Aa Yusuf kelak akan jadi cerita untuk anak-anak kami, bagaimana ayah mereka memperjuangkan ibunya.

Semoga besok berjalan lancar tanpa ada Ayu—si ulat bulu—yang mengacaukan.

Terpopuler

Comments

Nuranita

Nuranita

😁😁😁😁😁😁😁jual motor mah romantisss bngettttttt y a yusuf😚😚😚😚😚😚😚😚

2022-10-13

0

Nurlaila Ginting

Nurlaila Ginting

karakter pemeran laki di cerita mu Thor ada lucunya tp itu keren menurut ku jd makin suka 😁👍

2022-02-27

1

Nurlaila Ginting

Nurlaila Ginting

good aa

2022-02-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!