...“Sering kali ucapan tak sesuai dengan rasa, mereka mencoba memanipulasi hati yang tak sesuai dengan keuntungan di depan mata. Semua selalu saja begitu.”...
...***...
Suasana yang sama lagi selalu Cia hadapi, semua akan menatap dengan tatapan kebencian yang dalam. Ya, mereka juga bisa di salahkan karena sikap Cia juga tidak bisa di benarkan.
“DIAM CIA!” pekik Pak Agung.
Meriska berjalan cepat menuruni tangga itu, wajah cemas terlukis jelas di wajahnya. Namun, berbeda pula dengan Kiki yang hanya menatap semua dari lantai atas dengan santai.
Cia yang tampak acuh dengan bentakan dari Agung, karena baginya hal ini sudah menjadi rutinitas yang harus di jalani selama ini.
“Sayang ada apa, kenapa kamu membentak putri kita?” ucapnya cemas.
“Dia anak yang kurang ajar, jadi aku harus beri dia pelajaran!”
“Tenang dulu sayang, bicarakan baik-baik, jangan pakai emosi, nanti putri kita akan semakin takut denganmu.” jelas Meriska.
Cia yang mendengar pembelaan Mama tirinya itu, langsung menunjukan ekspresi tidak senang, bahkan ia sengaja memalingkan pandangannya dan bersikap seolah tak peduli pada apa yang terjadi.
“Wanita ini senang sekali bersandiwara, bikin kesal saja semakin lama.” batin Cia.
Perlahan Meriska mendekati Cia yang masih berdiri di dekat sofa itu, Ia mencoba meraih tangan Cia yang masih menggengam santai tas sekolahnya. Namun, ia berusaha menghindari sentuhan tangan Mama-nya. Tanpa di sangkah, Meriska malah terjatuh tiba-tiba cukup keras di dasar lantai.
“Auh ...” Meriska terjatuh hingga membuat lututnya sedikit memar.
Cia yang menyaksikan hal itu tercengang merasa tak percaya pada apa yang di lihatnya. Dalam lubuk hati terdalam ia tak merasa mencoba mendorong Mama tirinya itu, ia hanya bermaksud menghindari sentuhan-nya saja.
“Apa yang dia lakukan. Jelas-jelas aku hanya mencoba menghindari tadi,” batin Cia.
Tiba-tiba suara teriakan keras terdengar hingga menggema seluruh isi rumah, Cia tersentak dari lamunan-nya yang sejenak.
“Cia!” bentak Kiki yang marah melihat Mama ia yg di perlakukan kasar oleh Cia.
Sontak saja semua pandangan mengarah pada Kiki yang sudah berlari dari atas tangga dengan tergesa-gesa di selingi aura yang mengerikan. Hingga sesampainya di sana Kiki langsung mendorong dengan keras tubuh Cia, hingga tersungkur jatuh ke dasar lantai, begitu pula dengan tas yang ia bawa juga ikut terlempar sembarang arah.
Brugg ...
Cia tersungkur ke bawah, Meriska dengan sigap mencoba bangkit dan langsung menghampiri putri kecilnya itu. Dan Pak Agung yang menyaksikan hal itu hanya diam tanpa kata dengan terbalut amarah yang masih ia tahan, karena baginya pertengkaran itu sudah hampir menjadi kebiasaan.
“Sayang kamu gak apa kan? Coba Mama lihat mana yang sakit.” Meriska menatap sendu penuh cemas pada Cia.
“Aku tidak butuh belas kasih darimu Nyonya. Jadi menjauhlah dariku!” ucapnya ketus.
Kiki yang melihat hal itu semakin merasa murka. Walau dirinya saat itu masih marah kepada Meriska, yang mengakui Cia sebagai salah satu putrinya yang lain. Namun, dalam lubuk hati terdalam ia juga masih teramat sayang dengan wanita yang ada dihadapannya tersebut.
“Mama, kenapa masih saja membela anak haram ini? Jelas-jelas karena dia keluarga kita hancur berantakan!” ketus Kiki sembari menatap tajam pada Cia.
“Cukup Kiki! Mama sudah pernah katakan untuk bisa menerima dia sebagai adikmu sendiri,” ucap Meriska tegas.
Cia yang menyaksikan hal itu, hanya bisa terseyum kecut sembari mencoba bangkit dari lantai tersebut. Dengan sigap Meriska pun ikut membantu ia dengan tatapan lembut. Kiki yang melihat itu juga semakin membenci dengan kehadiran Cia, karena dia kasih sayang Mama-nya terbagi begitu saja.
“Sini Mama bantu sayang,” ucapnya lembut.
“Tidak perlu, menjauhlah dariku!" Cia menatap tajam pada Meriska.
Puncak kemarahan Kiki sudah tak terbendung lagi, wajahnya kini sudah berubah menjadi sangat merah dan dengan segera melayangkan pukulan keras mendarat di wajah Cia, yang masih lebam akibat pertengkaran mereka kemarin di sekolah.
Bugg ….
“Dasar anak haram, gak ada akhlak loe, Ci!” bentak Kiki.
“Br*ngsek loe! Gue sengaja gak cari rebut hari ini tapi loe cari gara-gara sama gue ternyata, jadi jangan salahin gue untuk gak lagi berbelas kasih lagi sekarang!” Maki cia sembari berusaha bangkit dan langsung menerkam Kiki dengan ganas.
Bugg … Bugg … Bugg ….
Akhirnya mereka berdua saling baku hantam kembali, tak ada rasa takut ataupun iba dalam setiap pukulan keduanya, mereka seolah lupa jika di sana masih ada Papa dan Mama-nya, dan beberapa pelayan yang menyaksikan kebrutalan anak dari pengusaha sukses di kota S. Ya, seperti biasa mereka berbicara dalam dunia baku hantam.
“Loe punya nyali ternyata, beraninya Nyokap gue loe sentuh, haa!” pekik Kiki.
Sembari terus meladeni setiap pukulan kiki Cia terus saja berbicara tanpa henti.
“Berisik!”
“Kurang ajar, dasar anak haram!”
“loe bilang apa, br*ngsek!” pekik Cia sembari melayangkan pukulan kerasnya kepada Kiki hingga mereka berdua tetap melanjutkan perkelahian tersebut.
Agung yang melihat kedua putrinya berkelahi semakin naik pitam. Aliran darahnya semakin cepat terasa, nafasnya semakin tak beraturan, ia merasakan jika oksigen di dunia semakin menyempit dan membuat ia merasa tak nyaman sama sekali.
Sedangkan Meriska hanya bisa tercengang, melihat kedua putrinya bertengkar dengan memakai kekerasan. Mereka saling baku hantam tanpa mengenal batas, dan para pelayan juga semakin asik bergosip, suasana semakin tak terkendali saja.
“Wah ... wah, kakak adik itu membuat pertunjukan bagus.”
“Kau benar, bagus sekali. Kita jadi semangat bekerja. Haha.”
“Kira-kira, siapa yang akan menang ya?”
“Tentu saja Nona Kiki, kau lupa jika Nona Kiki sering kali menang dalam ajang internasional dalam bidang takwondo.”
“Aku tau itu, tapi anak haram itu juga sudah punya predikat sebagai iblis. sering terdengar rumor jika ia pimpinan suatu geng preman tersebar di kota ini.”
“Ouh iya kau benar juga, ya siapapun yang menang akan sama-sama membuat hati kita senang kan,” ucap pelayan itu sumringah.
Agung dan juga Meriska semakin cemas dengan kedua putri kecilnya itu, hingga saat Papa mereka angkat bicara.
“Berhenti kalian berdua!” bentak Pak Agung.
Ucapan Agung sama sekali tidak mereka gubris, mereka masih saja saling melampiaskan amarah dalam dunia baku hantam. Meriska semakin cemas dan Agung terlihat semakin kesal.
“Papa bilang berhenti sekarang! Atau jika tidak kalian berdua akan Papa kirimkan ke asrama sekarang juga!!” jelas Agung.
..._Bersambung_...
...BUDAYAKAN MEMBACA DAN DUKUNGLAH KARYA INI DENGAN SEPENUH HATI....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
D.R.S
mama meriska baik bneran atau bohongan yach?
2021-02-14
0
D.R.S
103
2021-02-14
0
Epron Putra
ini dia tarung kalian sma sma juara kan
2020-12-11
1