5.

Hari ini, Aldric mengikuti Alena dan Evi yang menikmati sore menjelang malam di pantai Haeundae, di Busan. Mereka menyusuri pesisir pantai yang sangat indah diwarnai semburat merah menutupi senja. Perlahan senja menampakkan kerlip lampu warna warni. Bahkan jembatan Suspension Bridhe Gwangan tampak dari kejauhan turut menambah keindahan juga dengan adanya gedung gedung tinggi di sekitar pantai... Sungguh Aldric turut terbuai dengan suasana ini. Memandang Alena yang berjalan bersama Evi diatas pasir putih, rambut yang kini dibiarkan tergerai ditiup angin. Terrbuai angin sore... Aldric membayangkan dirinya yang berjalan disana. Bergandengan tangan atau akan merengkuh tubuh itu ke dalam pelukannya.

"****..." Aldric mengumpat kecil. Ia ingin menangis atau malah menertawakan dirinya.

Ia terbawa suasana sore yang berkilau indah. Dirinya merindukan saat-saat ini bersama seseorang. Dan seseorang itu tidak jauh darinya sekarang. Apalagi yang ditunggunya? Ia harus melakukan nya sekarang atau ia akan menyesali dirinya nanti.

Aldric melangkah perlahan mendekat kearah Alena dan Evi berada. Ia belum menemukan kalimat yang akan dipakai untuk alasan kemunculan nya. Ia hanya mengikuti keinginan hatinya. Ia tidak sanggup, dari hari ke hari perasaan rindu kian besar dan menyesakkan dadanya. Aldric merasa sedih telah membiarkan semua lewat begitu lama. Pekerjaan dan keadaan menyita seluruh waktunya dan ia bermain main dengan perasaan nya sendiri. Ia selalu ingin berfikir positif, bahwa ini hanya bagian dari hatinya yang memiliki simpati pada seseorang. Seorang gadis yang memiliki 2 wajah sekaligus, wajah ceria penuh tawa namun di lain waktu penuh kabut bergantung di pelupuk matanya. Mungkin hanya Aldric yang pernah melihat itu karena ia kemudian tahu, kalau Alena begitu pandai merubah kondisi wajahnya.

Ketika mereka tiba-tiba berjumpa kembali di satu sore di pusat Latihan pencak silat. Aldric tidak akan tahu kalau Alena anggota disana. Ia sebelumnya diundang sebagai tamu oleh temannya pemilik pusat Latihan karena mengetahui keberadaannya di kota ini.

Saat sampai suasana sedang ramai suara anak-anak berlatih. Suara bergema di seluruh ruangan. Ruangan yang di bentuk dengan beberapa pendopo memungkinkan pesertanya di bagi-bagi dalam kelompok latihan.

Aldric bertemu janji bertemu Bastian disini. Sepupu sekaligus temannya itu sempat terpisah lama karena kesibukan. Aldric mengajak Bastian ikut bekerja dengannya dan pemuda tangguh itu menyanggupi untuk menjadi asisten Aldric.

Aldric berjalan menghampiri Bastian yang tengah melatih anak-anak. Langkahnya yang tegap dan tubuh tingginya menjulang perkasa membuat gadis - gadis muda yang sedang berlatih menjadi tidak fokus pada latihan.

Namun yang menjadi perhatian Aldric justru pada satu sosok yang berjalan di sudut taman sembari mengangkat baskom. Melihat pakaian nya Aldric bisa menebak kalau ia juga murid di tempat pelatihan ini, namun sepertinya sedang mengerjakan tugas lain atau malah sedang menjalani hukuman.

Rambutnya yang dikuncir kuda membuat Aldric segera mengenali lekuk wajahnya.

"Alena... " gumam Aldric pada dirinya sendiri. Langkahnya tetap ke depan namun sudut matanya terfokus pada siluet yang kini terlihat manis dimatanya.

Entah mengapa, ada getaran halus yang menjalari sekujur tubuh Aldric serta hatinya tiba-tiba menghangat dan membuncah senang, menemukan nya disini. Sungguh Aldric tidak bisa menjabarkannya. Dirinya tahu itu jelas bentuk rasa senang, meski belum jelas kenapa, ia menjadi begitu girang seperti anak remaja yang telah jatuh cinta pertama kalinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!