Hazel mendelik, sengaja tak melihat ke arah Arzhel yang tengah bergandengan mesra dengan Alexa. Matteo diam menyimak, menunggu jika sana Hazel akan menjawab tapi netra gadis itu justru tak terlihat ingin berbicara dengan Arzhel sama sekali.
"Aku yang membawa Hazel ke sini, dia tidak tahu tempat ini," kata Matteo. Sedangkan Camorra menatap tajam pada Alexa, bersiap ingin menyerang karena dia benar-benar membenci gadis itu.
Sebenarnya alasan ia sangat membenci Alexa adalah saat ada pesta dansa sekitar satu minggu yang lalu Arzhel membawa gadis itu ikut serta bersamanya. Mungkin karena tidak terbiasa, Alexa menabrak dan menjatuhkan minuman ke pakaiannya.
Hazel juga menyuruh agar gadis itu meminta maaf, tapi Arzhel datang dan langsung menggenggamnya. Dia mengatakan jika saja itu rencana mereka untuk mempermalukan Alexa, padahal yang melihat ada beberapa orang. Namun karena status keluarga Arzhel yang tinggi, semuanya hanya diam menunggu bagaimana akhirnya.
Alexa meminta maaf, tapi Arzhel bilang agar Hazel dan Camorra juga meminta maaf karena dia yakin itu tak sepenuhnya salah Alexa. Gadis itu seolah korban dari segala korban, menyebalkan. Camorra benar-benar membenci Alexa Hazetta. Matteo saja juga angkat bicara tapi Arzhel sangat membela pujaan hatinya itu.
"Orang buta tidak usah banyak bicara," kata Camorra sedikit menahan rasa geramnya yang sudah memuncak.
"Itu sangat tidak sopan, Nona Camorra Zarow Roayene." Arzhel menekankan. Sementara Alexa tetap diam sembari meremat lengan laki-laki itu dan Hazel melihatnya dari sudut matanya.
"Aku tidak peduli karena itu faktanya, kamu buta memilih gadis yang lebih rendah, dia itu sebenarnya licik tidak polos sekali. Dasar-"
"Duh, Morra, Matteo ... kalian berbicara dengan siapa sih? Kok aku tidak mendengar siapa-siapa selain kita?" Camorra dan Matteo mengernyit mendengar apa yang Hazel katakan. Jelas-jelas Arzhel dan Alexa berdiri di depan mereka.
"Menyebalkan, kalian mengabaikan aku sejak tadi. Ayo pergi berhenti berbicara seolah ada orang lain selain kita," ujar Hazel seraya menarik kedua sahabatnya menjauh.
Keduanya tentu bingung lalu bersama sama memeriksa ke belakang, Arzhel dan Alexa masih berada di sana. "Matteo, kamu melihat dua orang menyebalkan itu bukan?" tanya Camorra memastikan.
"Ya," jawab Matteo, ia lantas sedikit berjalan cepat agar Hazel yang menariknya tidak kesusahan. "Hazel, kamu tidak lihat Arzhel dan Alexa?"
"Tidak."
Netra Camorra melihat ke langit, tampaknya memikirkan sesuatu. Lalu ia menepuk pelan tangan Matteo. "Masa tadi kita bicara dengan arwah? Memang mereka berdua sudah tidak ada?"
"Suttt! Bicaranya sembarangan sekali!" seru Hazel setelah melepaskan kedua tangan mereka dan berbalik. "Aku lihat mereka kok!"
"Terus kenapa kamu bilang tidak lihat, Hazel?!" tanya Camorra dengan nada yang sedikit tinggi. "Kami sampai berpikir jika tadi adalah arwah mereka."
"Hahahaha, aku sengaja. Lain kali pakai cara seperti itu jika kalian bertemu orang yang menyebalkan. Tadi aku malas sekali meladeni, buang-buang tenaga saja," jawab Hazel.
Camorra berpikir sejenak lalu mengangguk. "Benar, harusnya langsung kita pukul saja lain kali."
"Camorra, kamu ini." Matteo mendengus, ia lantas menatap Hazel. "Maaf membawa kamu ke sini."
"Kenapa begitu? Aku suka kok, biarkan saja Arzhel dan Alexa tidak usah dipikirkan."
"Kamu tidak apa?"
"Tenang saja."
Sementara di lain sisi, Arzhel memperhatikan dengan rasa bingung dan kesal sekaligus. "Sial, mereka tidak sopan sekali. Apalagi Hazel, bisa-bisanya dia menganggap kita tidak ada."
"Arzhel, kamu marah karena Hazel mengabaikan kamu? Apa kamu mulai mencintai Hazel?" tanya Alexa tiba-tiba membuat Arzhel langsung menoleh dan mendapati jika air mata sudah lolos dari kedua matanya.
Panik, dia langsung menyeka air mata Alexa. "Tidak, tidak. Aku hanya kesal karena mereka berlaku tidak sopan. Apalagi Camorra yang berbicara seperti itu tentang kamu."
Alexa sedikit terisak, tangannya naik dan menggenggam tangan Arzhel yang berada di pipinya. "Seperti Camorra masih marah padaku soal pesta dansa itu, Arzhel. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau dibenci."
"Alexa, itu bukan kesalahan kamu. Nanti aku akan berbicara dengan Hazel agar Camorra meminta maaf pada kamu, jangan sedih lagi. Berhentilah menangis," ujar Arzhel lalu mengecup kening gadis itu.
Alexa tersenyum, lalu mengusap air matanya da mendekat untuk memeluk laki-laki itu. "Terima kasih, aku tidak tahu harus bagaimana jika tidak ada kamu, Arzhel."
.
.
.
"Kalian tidak mau mampir dulu?" tanya Hazel setelah turun dari kereta Arzhel dan Camorra. Sebenarnya tadi dia berniat untuk meminta Celsa dan Evie menjemputnya, tapi kata Matteo biar sekalian saja.
"Tidak, aku ingin segera pulang untuk berendam," jawab Camorra yang seperti manatap jijik dirinya, mungkin karena keringat dia sangat merasa lengket.
"Ya, aku bersama Camorra, takut dia tiba-tiba pingsan karena tidak kuat sudah kotor," kata Matteo yang mengundang tatapan sinis dari sepupunya. "Apa? kamu memang sering pingsan karena tidak kuat badan kamu belum berendam."
Camorra mendengus, mau marah tapi memang iya. Dia paling anti dengan kata kotor. Tidak mau pokoknya. Hazel kemudian mengangguk paham. "Ya sudah, tidak apa-apa. Hati-hati."
Gadis rambut hitam dan netra cokelat itu tersenyum lalu naik ke kereta lebih dulu, sementara Matteo malah menatap Hazel agak lama lalu mengusak puncak kepalanya. "Hati-hati jika menaiki tangga."
Hazel mengernyit, ohh dia baru ingat jika sebelumnya terjatuh dari tangga. "Tenang saja."
"Baiklah, aku dan Camorra pulang dulu." Hazel mengangguk dan setelah itu Matteo pun naik ke kereta yang langsung pergi dari kediaman Betrix. Hazel menghembuskan nafas lega, agak lelah tapi cukup menyenangkan di hari 'pertamanya' memulai kembali. Agak kesal sedikit tapi tidak apa apa karena dia ada Matteo dan Camorra.
Hazel pun berbalik dan ia harus dikejutkan dengan kehadiran Evie. "Oh, ya ampun!" Langkahnya sedikit mundur dengan tangan memegangi dadanya. "Kamu mengagetkan."
"Maaf," kata Evie sembari tersenyum kecil. "Aku sudah menyiapkan air hangat untuk kamu berendam, seperti biasa dengan wangi jasmine."
"Kemana Celsa?" tanyanya karena tak melihat pelayannya yang satu lagi itu. Biasanya memang mereka selalu berdua, kan?
"Celsa dipanggil kepala pelayan untuk menyelesaikan sesuatu, mungkin nanti akan segera kembali."
"Baiklah." Hazel melenggang dan Evie mengikuti, ia lantas masuk dan mendapati kedua orang tuanya tengah bersantai. Harmonia terlihat membaca buku dengan santai, sedang Theodore tengah bersandar dengan pelayan lain yang sedang memijat bahunya.
"Ah, Hazel!" Harmonia menyadari kepulangannya, ia mendongak tanpa merubah posisi sedikitpun. "Kenapa pergi tidak bilang-bilang? untung Celsa memberitahu jika kamu bertemu dengan Camorra dan Matteo."
"Aku lupa, Ibu. Maaf ...." Hazel tersenyum kecil. "Aku pamit ke kamar ingin segera berendam, dah Ibu! dah Ayah!" seru Hazel dan kembali pergi.
Sementara Harmonia dan Theodore saling bertatapan. "Hazel aneh, ya?" ujar Harmonia.
Suaminya tertawa sebagai respon. "Biarkan saja."
Hazel sudah siap untuk berendam, ia menatap kolam mandi yang diisi air hangat itu dengan pikiran yang entah kemana. Lalu dia teringat sesuatu. "Evie, tolong bawakan pemberian dari Arzhel. Aku ingin lihat."
"Oh, iya. Apa kamu butuh sesuatu lagi? Biasanya kamu ingin disiapkan teh hangat," lirih Evie.
Gadis bermata hijau itu mengangguk. "Itu juga, simpan saja langsung." Kemudian langkah kaki terdengar meninggalkan tempat itu. Hazel turun ke kolam dengan hati-hati, perasaan tenang menyeruak saat air hangat itu menyentuh tubuhnya.
Ia kemudian menyandar dan memejamkan mata. Langkah kaki mendekat, terdengar sesuatu yang disimpan kemudian langkah itu menjauh lagi. Hazel membuka mata dan melihat sebuah kotak merah dengan surat di atasnya.
"Surat?" Hazel mengernyit, sedikit menaikkan badan dan segera mengambil surat itu tanpa peduli tangannya yang basah.
'Hazel, semoga kamu lekas sembuh. Tidak usah berpikir jika aku mengirimkan ini karena aku khawatir, aku terpaksa jika bukan karena permintaan Alexa, lihat kan? Alexa bahkan masih memikirkan kamu yang sudah jahat padanya, ini juga sebagai formalitas. Perjodohan ini aku pastikan akan batal, jangan ganggu aku dan Alexa lagi. Kami bahagia. Terimakasih.
Salam, Arzhel.'
Hazel berdecak, lalu tertawa mengejek setelah melihat kertas itu. Dasar laki-laki gila, mau batal juga dia tidak peduli.
Namun, dia juga terpikir. Apa dia harus tetap maju pada perjodohan itu karena itu sudah alurnya? Walau Glio bilang lakukan sesukanya, dia tidak bisa bertindak segegabah itu karena pasti akan berdampak besar.
"Baiklah, aku akan tetap bertahan dengan perjodohan ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
gyu_rin
heleh ya udah sono kalian nikah aja , siapa juga yg mau ganggu pd amat lo
2023-09-30
2
gyu_rin
oh tipe nya si arzhel tuh yg cengeng gini toh , cuma gitu aja nangess. gk kaget deh kalo ternyata dia muka dua
2023-09-30
2