3. Matteo Zegreus Agore & Camorra Zarow Roayene

Suasana hangat dan langit yang tampak cerah setidaknya membuat rasa kesal Hazel sedikit memudar. Celsa dan Evie tampaknya kebingungan dan terkejut, gadis yang biasanya mengejar-ngejar Arzhel tanpa ampun bisa melakukan hal seperti tadi.

Hazel juga menyuruh kedua pelayannya itu untuk memesan makanan berat, sementara dia sendiri memesan makanan manis karena sudah sarapan.

Tak bisa ia pungkiri, pertemuannya kembali dengan kedua peran utama itu sangat tidak mengenakan. Kenapa Hazel bisa suka pada laki-laki yang terlalu percaya diri itu? Kalau bukan karena alur cerita dia lebih memilih untuk mencari laki-laki lain saja, tentu banyak yang mengantri, cih.

"Makan yang banyak, kita jalan-jalan lagi setelah ini. Aku terlalu sering berkunjung ke rumah Arzhel sehingga jarang pergi ke tempat-tempat yang lain," ujar Hazel.

"Hari ini benar-benar tidak akan pergi ke rumah Tuan Muda Arzhel?" tanya Celsa memastikan dan Hazel tanpa ragu mengangguk sehingga membuat kedua pelayannya itu saling bertatapan sebentar, Evie menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Suara langkah kaki terdengar mendekat, tapi Hazel tak teralu peduli karena ia pikir pengunjung lain. Sebelum kemudian langkahnya itu berhenti di sampingnya lalu sebuah suara perempuannya menyapa telinganya. "Hazel? Kamu benar Hazel, kan?"

Hazel mengernyit, sebelumnya perhatiannya terarah ke jalanan. Namun ia melihat Celsa dan Evie yang tampak berdiri dan menunduk, lantas Hazel memutuskan untuk menoleh dan mendapati seorang gadis dengan pakaian yang cukup mewah itu tengah menatapnya. Di belakangnya seorang laki-laki dengan rambut silver dan mata kelabu itu tengah berdiri juga menatapnya.

"Ah, iya?" jawab Hazel bingung, lalu sebuah nama muncul di atas kepala gadis itu. Camorra Zarow Roayene, 18 tahun, statusnya sebagai sahabat Hazel.

Camorra tiba-tiba berteriak dan menunjuk pada pakaiannya. "Kenapa, kenapa bajumu simpel begini?! Tidak, tidak mungkin!"

Hazel terdiam, sepertinya kesehariannya benar-benar tidak lepas dari kata mewah sampai Camorra bereaksi sebegitunya pada pakaiannya. "Aku sedang tidak mau repot, Camorra."

Gadis itu tiba-tiba cemberut. "Tumben sekali kamu panggil lengkap? Biasanya hanya Morra, apa aku melakukan kesalahan?" tanyanya.

Hazel merutuki diri, dia tidak berpikir sampai sana. Dia juga memaki Glio karena bisa-bisanya tidak memberikan informasi lebih. "Haha, tidak. Aku hanya mencoba memanggil pakai nama lengkap lagi, ternyata kamu masih menyangka kalau aku menggunakan itu jika sedang marah."

Mantap! Dia bisa memberikan alasan yang agak logis dan setidaknya dapat dipercaya.

"Ngomong-ngomong, kenapa tidak menyapa Matteo juga?" tanya dia lagi seraya menunjuk ke laki-laki di belakangnya, Hazel mendongak dan nama lain muncul di kepala laki-laki itu. Matteo Zegreus Agore, 19 tahun status sahabatnya juga. Sepupu dari Camorra. Ow, mereka sepupuan?

"Ah, ya. Matteo, kalian sedang apa di sini?" tanya Hazel mengulang. Evie dan Celsa lebih dulu inisiatif untuk pindah meja agar Matteo dan Camorra bisa duduk dengan Hazel berhubung kursi dalam 1 meja hanya ada 3 kursi saja.

"Sebenarnya kami berniat untuk menjenguk kamu karena kemarin tidak sempat, tadi sampai ke rumah katanya kamu pergi tapi tidak tahu ke mana. Karena khawatir kami mencari kamu, kebetulan kereta kamu masih di bawah jadi kami segera mencari kamu ke sini," jelas Camorra panjang lebar.

"Bagaimana keadaan kamu?" Matteo tiba-tiba membuka suara membuat Hazel terdiam sejenak. Dia bahkan memesan secangkir teh untuk ia serahkan padanya. "Minum yang hangat."

"Aku sudah membaik, tidak separah itu. Kalian tidak usah khawatir," jawab Hazel seraya meminum secangkir teh itu.

"Aku melihat Arzhel dan Alexa si miskin itu di bawah tengah makan bersama, kamu bertemu?" tanya Camorra.

Hazel memutar bola matanya malas. "Iya, tadi aku tidak sengaja menabrak Alexa karena tidak melihat."

"Lalu?"

"Ya Arzhel marah, aku juga sudah meminta maaf tapi Arzhel tidak mau percaya kalau aku tidak sengaja," jawab Hazel lagi. Matteo hanya menyimak, sepertinya suaranya hanya keluar kalau memang perlu.

Camorra manggut-manggut. "Kamu min-KAMU MEMINTA MAAF?!" Teriakan itu membuat Hazel tersentak, Camorra sampai berdiri sambil membelalak.

"Camorra, duduk." Matteo menarik ujung lengan pakaiannya. Gadis itu tersadar, lantas duduk kembali dengan sopan.

"Ya, aku meminta maaf karena aku tidak sengaja sampai menabrak Alexa," kata Hazel lagi.

Mulut Camorra terbuka lalu menatap Matteo sekilas. "Serius kamu meminta maaf? Harusnya sekalian kamu tabrak saja pakai kereta."

Waduh, kenapa Camorra tampak benci sekali. Kenapa ya? Matteo berdeham sampai membuat Camorra cemberut lagi. "Aku sangat kesal dengan gadis tidak tahu diri itu. Padahal dia tahu jika kamu dengan Arzhel sudah dijodohkan tapi masih saja menempel ke sana kemari, tidak tahu malu itu namanya."

"Oh, ya biarkan sajalah. Lagian kami dijodohkan bukan saling mencintai, kalau dia mencintai Alexa yasudah. Aku tidak ingin membuang-buang waktu." Perkataan itu membuat Camorra mengernyit dan menatap Matteo lagi.

"Ini benar Hazel kan? Apa kami salah orang? Tapi kamu bersama kedua pelayanmu itu." Camorra menunjuk ke arah Celsa dan Evie yang sejak tadi diam sambil berdiri menjauh dari makanan mereka karena takutnya tidak sopan.

Hazel mengernyit. "Kenapa dari tadi diam? Kalian lanjut makan saja, tak apa." Dia lalu kembali menoleh pada Camorra dan Matteo. "Ini aku benar Hazel kok."

"Aneh," kata Camorra sembari mendengus. "Oh, ya? setelah ini mau ke mana?"

"Aku ingin berkeliling, aku bosan ke rumah Arzhel terus." Hazel memasukkan kembali sesendok kue itu.

Matteo tiba-tiba tersenyum. "Aku tahu tempat bagus yang jarang orang kunjungi."

Mata hijau Hazel berbinar mendengarnya. "Di mana? aku ingin ke sana, pokoknya berkeliling saja sampai aku lelah."

"Kamu tidak mau berbelanja?" Camorra mengernyit, dia lebih senang bepergian untuk mencari pakaian pakaian cantik lain yang cocok baginya.

"Bagaimana kalau berbelanja terlebih dahulu lalu pergi ke tempat yang Matteo katakan tadi?"

"Baiklah, demi kamu Hazel. Aku sebenarnya malas kalau selain berbelanja," katanya sedikit lesu.

"Good, mau pergi sekarang? kalau iya aku akan menyuruh Celsa dan Evie untuk pulang."

"Lho, Nona tidak mau kami temani?" tanya Evie, tumben sekali mereka berdua disuruh pulang. Camorra dan Matteo juga bingung mendengarnya.

"Kalian berdua pulang saja, nanti sore jemput aku lagi. Aku kan bersama Matteo dan Morra," ujar Hazel.

"Tapi kami takut Tuan dan Nyonya marah jika tidak menemani Nona Hazel."

Hazel menggeleng. "Tidak, ini aku yang mau kalian tenang saja."

"Ya, bisa pakai kereta kuda kita saja. Bertiga pakai kereta kuda," kata Matteo kemudian, tapi gadis dengan netra hijau itu malah mengernyit. Matteo pun bertanya, "Kenapa?"

"Aku ingin jalan kaki. Bagaimana?"

"JALAN KAKI?!"

.

.

.

Mereka sebelumnya mampir ke butik ternama langganan mereka terlebih dahulu, berbelanja seperti yang Camorra mau. Hazel hanya membeli beberapa pakaian yang berbeda warna agar isinya tidak dominan merah lagi, dia juga memilih yang tidak terlalu mahal tapi Camorra malah memarahinya.

Kenapa tidak membeli yang mahal seperti biasanya? Apa paman Betrix melarang kamu berbelanja lagi? Ya ampun ... Hazel sebenarnya tidak berniat berbelanna hari ini, tapi lain hari.

Matteo membelikannya sebuah topi, karena dia bilang tempat yang akan mereka kunjungi berada di luar ruangan. Hazel juga lupa tidak membawa topi jadi kebetulan sekali. Setelah itu Hazrl dan Matteo berjalan kaki ke tempat yang ingin mereka tuju karena sudah deket, sedang Camorra memilih untuk tetap menggunakan kereta kudanya. Dia bilang tidak kuat panas.

Sesampainya di tempat yang Matteo maksud, gerbangnya terbuka lebar. Hanya ada beberapa kereta kuda sekitar 1-4 buah saja, mungkin memang tempat yang jarang dikunjungi atau hanya beberapa orang yang tahu. Jalan kemari memang cukup terpencil sih.

Namun tempatnya nampak terawat, seperti taman bunga yang di tengah hutan. "Camorra, mau turun tidak?" tanya Matteo, gadis di dalam kereta itu sedikit mengintip melihat keadaan luar.

"Ini aman?" Camorra bahkan tampak ragu untuk turun. "Sepatuku akan kotor tidak?"

"Tidak, pasti aman selagi kamu tidak terpeleset," jawab Matteo dan itu membuat Hazel tertawa kecil. Camorra sepertinya memang menjunjung tinggi penampilan.

Gadis itu cemberut sebelum kemudian memutuskan untuk turun, dengan hati-hati melangkah agar tak menimbulkan masalah. Benar saja, di sini adalah taman bunga, di tengahnya terdapat sebuah danau. Cantik sekali dan itu membuat Hazel senang.

Mereka hendak mendekati danau, tapi dari arah samping terdengar suara langkah kaki yang mendekat.

"Kamu bahkan mengikutiku sampai sini."

Terpopuler

Comments

gyu_rin

gyu_rin

dih pede banget lu bang

2023-09-28

2

gyu_rin

gyu_rin

matt kamu psiko ya ? enak bener ngomong nya 😭

2023-09-28

2

Fushito UwU

Fushito UwU

Ceritanya keren banget, thor. Sangat menginspirasi!

2023-08-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!