Rumah bernuansa klasik dengan tembok bata merah itu memiliki gapura bertuliskan huruf Hanacaraka. Sekilas rumah itu terlihat angker, padahal nyatanya tidak.
Tantra namanya, sebuah tempat pijat refleksi dan akupuntur tradisional. Namun, banyak rumor yang beredar bahwa Tantra memiliki pekerjaan lain selain berkutat di bidang kesehatan.
"Saya dengar, di sini bisa melayani jasa pengusiran makhluk halus," ucap seorang pemuda kurus yang tampak kelelahan. Kantung hitam bertengger di bawah matanya, tanda ia mengalami kesulitan tidur. Sesekali juga ia memijat pelan tengkuknya, seperti menahan pegal.
"Betul sekali!" jawab pria berambut gondrong sebahu dengan poni belah tengah yang merupakan owner Tantra ini. Ia memberikan katalog menu pada kliennya. "Silakan dipilih paketnya."
Mata pria itu memicing ketika membaca menu yang disodorkan padanya.
"Mas, saya ke sini bukan mau pijat apa lagi akupuntur," ucapnya mengeluh. "Saya punya gangguan lain yang lebih urgent."
Si pemilik toko pun tersenyum. "Salah satu dampak dari gangguan ghaib adalah rasa pegal-pegal dan susah tidur. Apa saya salah?"
Pria gondrong itu lihai bicara. Ia memanfaatkan apa pun untuk menarik pelanggan, termasuk permainan tebak-tebakan berdasarkan fisik kliennya.
"I-iya."
'Binggo!' Batinnya.
"Nah! Saya sarankan untuk mengambil paket akupuntur pasti sembuh, Mas. Gimana?"
"Serius pasti sembuh tuh?" tanya pria itu ragu.
"Hohoho dijamin," jawab si pemilik Tantra.
"Seumpama saya masih belum sembuh abis berobat dari sini gimana, Mas? Soalnya saya rasa apa yang saya alami ini berhubungan dengan sesuatu yang ghaib."
"Garansi!"
"Uang kembali 100%?" tanya pria itu.
"Enggak. Dapet diskon aja buat sesi pijat atau akupuntur berikutnya," jawabnya.
"Yeh! Tempat ini serius bisa engg—"
Pria pemilik Tantra menunjuk ke arah pintu. "Seumpama ragu silakan cari tempat lain. Bicara hal ghaib, bicara dengan hal di luar nalar. Seumpama masnya ragu, enggak apa-apa."
Selain lihai berbicara, rupanya ia juga piawai dalam hal menggertak.
'Langkah apa yang akan kau ambil berikutnya, bung?'
Pria kurus itu meneguk ludah. "O-oke deh. Saya ambil paket pasti sembuhnya."
'Hihihi menarik nih orang!'
Si pemilik rumah pun tersenyum. "Saya persiapkan dahulu kebutuhan ritualnya." Ia hendak pergi keluar ruangan, tetapi langkahnya mendadak berhenti tepat di depan pintu. "Nanti waktu saya tinggal jangan panik. Serangan ghaib bisa datang sewaktu-waktu. Tetap tenang dan duduk manis, jangan pernah keluar dari ruangan ini sampai saya datang. Ruangan ini sudah saya mantrai sehingga roh jahat tidak bisa masuk." Setelah memberikan peringatan, ia pun keluar dari ruangan tersebut.
Belum lama klien itu ditinggal seorang diri, tiba-tiba lampu di ruangan yang ia gunakan mati dengan sendirinya.
"Astogeh! Kaget," umpatnya. Matanya kini menatap sekeliling dengan waspada.
Lampu di ruangan itu menyala kembali, kemudian mati lagi, dan terus begitu hingga beberapa detik seolah ada yang sedang memainkan saklarnya. Padahal di sebelah pintu, saklar itu tak tersentuh apa pun.
"Hihihi rasakan itu."
Di sisi lain, si gondrong berponi belah tengah pemilik Tantra sedang terkekeh sambil memainkan saklar ruangan tersebut dari luar. Ada dinding rahasia di mana tempat saklar itu disembunyikan guna menakut-nakuti pelanggan yang sedang menunggu di dalam.
"Sampe kapan mau nipu orang, Mas Har?" tanya seorang gadis bertubuh sintal yang membuat setiap lelaki meneguk ludah ketika menatap body dan parasnya.
"Oh, Hitta. Gimana? Udah beres peralatan akupuntur nya?" tanya si gondrong itu pada salah satu pegawainya.
"Nih." Hitta memberikan semua kebutuhan yang Mas Har butuhkan.
Hari tersenyum. "Hihi terimakasih, cantik."
Pria itu mengambil peralatan yang Hitta berikan, lalu membuka pintu tempat kliennya menunggu dan masuk kembali dengan wajah penuh keseriusan.
"Maaf lama. Gimana, gimana? Aman?"
"Wah, kacau! Ini gangguan terparah selama saya diganggu. Lampu hidup mati sendiri. Giliran mas udah balik lampunya anteng lagi," jawab si klien.
"Memang, salah satu kemampuan setan adalah mengacak frekuensi dan memainkan benda elektronik seperti lampu."
"Ta-tapi bisa serius bantuin saya, kan, Mas?"
"Hohoho serahkan pada ahlinya!" Hari menutup pintu untuk melakukan akupuntur pada pasiennya.
Sementara itu Hitta menghela napas sambil menggelengkan kepala atas tingkah laku bosnya.
...****************...
Kurang lebih satu jam sudah berlalu. Prosesi akupuntur pun selesai.
"Gimana? Lebih seger sekarang?"
Si klien menggerakkan bahunya yang sempat merasa pegal. "Aman, Mas."
Hari tersenyum. "Pembayarannya bisa di meja resepsionis ya. Sampai jumpa, semoga lekas sehat."
"Tapi sembuh beneran, kan, Mas?"
Pria gondrong dengan poni belah tengah itu menghela napas, lalu duduk sejenak.
"Metode yang saya gunakan itu namanya akupuntur esoteris yang mencakup unsur-unsur mistis. Akupuntur esoteris berhubungan dengan konsep-konsep seperti energi tubuh, spiritualitas, atau aspek-aspek metafisik lainnya. Pengobatan ini bukan hanya mempengaruhi kondisi fisik, tetapi juga memiliki dampak pada aspek-aspek non-fisik seperti energi, emosi, dan pikiran. Metode ini memainkan titik cakra untuk mengatasi masalah kesehatan fisik sekaligus menghasilkan perubahan dalam energi atau keadaan spiritual pasien. Masih butuh penjelasan lain?"
"O-oke. Saya bayar dulu di depan." Klien pun keluar ruangan menuju meja resepsionis.
Hari menghela napas, lalu menatap ke pojok ruangan.
"Silakan duduk, Mbak," ucapnya, "sekarang baru sempet ngurusin klien utamanya nih, maaf, ya."
Seorang wanita berpakaian serba putih berdiri di pojok ruangan dengan mata melotot ke arah Hari. Kakinya tak menapak di lantai hingga terlihat mengambang di udara.
"Keluarkan saya dari sini!" balas wanita itu dengan nada gusar.
"Jangan dong, nanti klien saya yang barusan bisa balik lagi marah-marah," balas Hari. "Saya kan udah janji mau ngusir kamu dari dia."
Wanita itu masih memandang Hari dengan wajah penuh amarah.
"Iya, iya, iya, maaf saya bohong tadi. Saya bilang kalau roh jahat enggak bisa masuk. Padahal nyatanya bisa, tapi enggak bisa keluar aja. Kamu marah gara-gara merasa ketipu?"
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya sosok itu.
"Mahari Sagara." Pria itu tersenyum. "Seorang Arkana."
Arkana adalah julukan bagi mereka yang memerangi kegelapan dan mampu mengendalikan atma. Menumpas roh jahat, para pengguna ilmu hitam dan membantu memulangkan arwah yang tersesat di dunia menuju alam kematian.
"Keluarkan saya dari sini. Pria yang tadi itu pacar saya!"
"Ehh—maksudnya mantan pacar?" celetuk Mahari.
"Saya belum putus! Saya masih sayang dia dan dia masih sayang saya!"
"Kalo masih sayang, kenapa kamu nempelin dia, hah? Kamu mau dia mati biar kalian bisa bersama lagi? Kamu tuh udah mati, udah enggak ada hubungan lagi."
"Cinta itu abadi! Tidak mengenal jarak dan waktu, bahkan tidak mengenal alam!""
'Duh, piye iki.'
Hari menggaruk kepala bagian belakangnya. "Oke, oke, cinta kalian abadi, tapi hubungan kalian enggak. Sebab, ketika seseorang meninggal dunia, hubungannya dengan dunia ini sudah terputus termasuk asmara. Kamu kalo nempel sama dia tuh, secara enggak langsung kamu malah nyakitin dia. Lihat aja, dia enggak bisa tidur dan badannya pegel-pegel. Kalo kamu beneran sayang, ikhlasiin dia."
Wanita itu mendadak sendu. Kemarahannya berganti kesedihan.
"Dua hari lagi dia ulang tahun, tapi sialnya tepat lima hari sebelum dia ulang tahun, saya kecelakaan. Seenggaknya, saya mau ngasih dia hadiah terakhir."
"Setelah itu kamu bisa tenang dan pergi, oke?" tanya Mahari.
Sosok wanita itu mengangguk setuju.
"Oke, saya bantu. Setelah urusan dan beban kamu sirna, silakan pergi ke alam kematian."
...****************...
Dua hari berlalu. Seorang pria bertopi memencet bel di salah satu rumah perkomplekan. Tak lama berselang, dari balik pintu keluar seorang pria kurus.
"Ya, cari siapa?"
Pria bertopi itu menatap pemilik rumah. "Dengan Pak Agung?"
"Iya, saya Agung," balas si pemilik rumah.
"Ada kiriman paket untuk bapak."
Agung berjalan ke pagar dan menatap kurir ekspedisi di depan rumahnya. "Dari siapa?"
"Fatmawati," jawab si kurir.
"Jangan bercanda kamu. Orang yang baru aja anda sebut namanya itu sudah meninggal beberapa hari lalu."
Pria kurir pun memicing. "Mana saya tahu, saya cuma menjalankan pekerjaan saya sebagai jasa ekspedisi. Kemungkinan paket ini dikirim minggu lalu sama pengirimnya pake paket regular, makanya hari ini baru sampai ke tujuan."
Akhirnya Agung menerima kiriman paket tersebut. Setelah paket berhasil diterima, tukang ekspedisi pun pergi berjalan menuju mobilnya yang terparkir di sebrang jalan.
Agung masuk ke dalam rumah membawa sebuah paket yang cukup besar. Karena penasaran, ia segera membuka bungkusan itu dan terkejut melihat isinya.
Kembali terngiang-ngiang ucapan almarhum pacarnya beberapa hari sebelum ia meninggal. Fatmawati berkata bahwa ia ingin melihat Agung menggapai impiannya menjadi seorang pelukis. Sebab itu, ia hadiahkan satu set alat lukis untuk pacarnya tersebut. Selain satu set alat lukis, ada sepucuk surat yang menunggu untuk dibaca.
Selamat ulang tahun, sayang. Semoga kamu suka sama hadiah yang aku kasih ya. Aku berharap kamu bisa jadi pelukis seperti apa yang pernah kamu bicarakan ketika kita duduk berdua. Aku ingin terus berada di samping kamu, menemani setiap proses perjalanan kamu menuju apa yang kamu impi-impikan. Semangat terus ya, dari aku yang selalu mencintaimu. Fatmawati.
Air mata pria itu berlinang ketika ditampar realita bahwa wanita pujaannya sudah tidak bersamanya lagi untuk selamanya. Namun, bukan saatnya untuk patah. Dengan hadiah dari Fatmawati, Agung justru membara. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya mampu menjadi apa yang ia bicarakan di samping Fatmawati kala itu. Bahwa Agung akan menjadi seorang pelukis hebat dan terkenal.
"Aku akan buat lukisan tentang kamu, Fatma. Aku janji ... suatu saat nanti lukisan itu akan terpajang di museum sebagai karya terbaik sepanjang masa ... aku janji .... terimakasih untuk hadiah terakhir ini ... terimakasih ...," gumam Agung sambil terisak menahan getir.
...****************...
Kini sosok hantu wanita bernama Fatmawati itu tersenyum menatap Mahari yang duduk di kursi depan mobil bersama seorang pria botak.
"Terimakasih," tutur Fatmawati.
Mahari tak berkomentar. Ia hanya melepaskan senyum pada sosok wanita yang perlahan pudar menjadi serpihan debu berwarna putih kebiruan tersebut.
"Dia udah pergi," ucap Wibowo.
"Ya, dia pergi tanpa beban di hatinya," balas Mahari.
"Sekarang kita mau ke mana?" tanya Bowo.
"Lu mau makan apa deh? Sini gua traktir," tanya Mahari balik.
Bowo terkekeh. "Nah! Itu baru namanya BOS BESAR!"
"Jangan yang mahal-mahal, ya. Maksimal sepuluh ribu," balas Hari.
"Cih! Lu niat ngasih traktiran enggak sih, woy?!" sahut Bowo sambil berdecak kesal.
"Uang akupuntur cowoknya enggak setimpal sama harga satu set alat lukisnya, coy. Gua aja jadi nombok!"
"Malah diungkit! Berarti enggak ikhlas nih?" tanya Bowo.
Mahari terkekeh. "Bukannya begitu, Wo. Cuma ya, tau diri aja."
"Lagi juga gua bilang apa, jangan ngurusin arwah enggak jelas begitu dah," ucap Bowo. "Fokus aja sama roh jahat, karena mereka berbahaya dan bisa mencelakai banyak orang, Mas."
"Wo, Wo," timpal Hari sambil terkekeh. "Udah banyak orang yang tugasnya ngusir roh jahat selain kita. Udah ada organisasinya kelompok yang memerangi para pengguna ilmu hitam. Tapi, Wo ... enggak banyak yang mau nuntun arwah penasaran ke alam kematian. Lu tau, kan? Kalo tempat mereka itu bukan di sini lagi, hah? Lu pikir roh jahat tercipta dari apa? Dari arwah penasaran yang terlalu lama di dunia dan terkontaminasi dengan kebusukan dunia ini, Wo. Orang-orang mati itu menyimpan kegelisahan, keresahan, dendam ... udah jadi tugas kita, Arkana, buat mencegah kebangkitan roh jahat, kan? Lebih baik mencegah daripada mengobati."
"Intinya jadi makan enggak? Pinter bener ngomong lu, Mas," sahut Bowo. "Kagak mempan jurus lu sama gua mah."
Mahari tertawa. "Warteg, ya?"
"Iya dah, berangkat."
Mereka berdua pun pergi dengan mobil transportasi Tantra menuju warteg langganan yang biasa memberikan nasi gratis kepada kurir dan ojek online saat Jum'at berkah.
"Sialan lu, Mas! Lu manfaatin baju kurir ini buat dapet nasi gratis, ya?! Parah lu! Jatah orang itu!" ucap Bowo ketika menyadari ke mana mereka akan berlabuh.
"Intinya mau enggak?" tanya Hari.
"Berangkat dah," balas Bowo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Tiara
bowo manggil mahari 'mas' lucu amat dah
2023-08-24
1
kitiwiss
Gertakan pembisnis biar laku dan gak berpaling ya hahaha. lanjutkan bung
2023-08-23
1