“ANAKKU!!!”
Indah terbangun, nafasnya tersengal dia langsung panik, berusaha bernafas merasa tercekik. Beberapa petugas dengan memakan pakaian putih masuk dan langsung menghampiri Indah. Ada yang menahan tangan Indah yang seakan sedang mencekik lehernya sendiri, ada yang memegang tangannya yang lain agar Indah tidak melawan.
”tenanglah nona..”
“ANAKKU…TOLONG SELAMATKAN ANAKKU…” ucap Indah terus meronta
“Nona kami mohon tenanglah..”
Saat sedang meronta, mata Indah menyadari perutnya yang sudah tidak sebesar yang dia ingat. Dia perlahan berhenti, apa yang sudah terjadi? Dan dimana dia? Siapa orang-orang yang saat ini sedang memegangnya?
“Anakku? Dimana anakku? Aku dimana? Kalian siapa?”
Indah terus bertanya tanpa menunggu pertanyaan sebelumnya di jawab, dan bahkan sampai pertanyaan Indah berakhir tidak ada satupun diantara mereka yang menjawab. Kenapa mendadak perasaan Indah tidak enak.
”anakku…tolong katakan dimana anakku?” Sebutir air mata turun membasahi pipinya
“Lepaskan nona itu..”
Indah dan petugas berpakaian putih menoleh dan melihat 2 pria masuk dengan memakai jas putih yang sepertinya jabatannya lebih tinggi dari beberapa staf yang menahan tangan dan kaki Indah saat ini.
“Katakan padaku, anakku.. dimana anakku? Apa kau dokter disini? Apa anakku se…” Indah tidak bisa menyelesaikan ucapannya karena dia sadar tatapan 2 pria di depannya tidak menunjukkan mereka membawa kabar baik
“Maafkan kami nona.. kami sudah..”
“Maafkan aku nona, semua salahku.” Indah tidak mengerti apa maksud pria di belakang pria yang pertama bicara tadi.
“Dimas, apa yang sedang kau lakukan?” Pria pertama memegang pria yang tadi berdiri di belakangnya dan tiba-tiba pria yang meminta maaf tadi berlutut di lantai
“Apa yang…”
“Maafkan aku nona, aku yang bersalah disini. Anak nona… aku yang…”
Indah tidak mendengar perkataan apapun lagi selanjutnya, karena air mata sekarang sudah membanjiri pipinya.
“ANAKKU…MAAFKAN MAMA NAK…”
“Aku akan bertanggung jawab nona, aku akan…”
“BAGAIMANA KAU BISA BERTANGGUNG JAWAB? APA ITU BISA MENGHIDUPKAN ANAKKU LAGI? KEMBALIKAN ANAKKU!!” Indah semakin tidak terkontrol lagi
Indah memeluk erat tubuhnya, menangis, mengeluarkan semua rasa sakit yang dia rasakan. Indah bahkan memukul dirinya sendiri, dadanya untuk bisa menghilangkan rasa kehilangan yang dia rasakan saat ini tapi percuma karena apapun yang dia lakukan tidak membuat anaknya kembali.
“Maafkan aku nona..” sementara pernyataan maaf terus saja terlontar dari pria yang masih berlutut.
***
Kiara turun dari mobil yang di kendarai oleh Kiano di depan sebuah restoran yang cukup terkenal dan butuh melakukan reservasi terlebih dulu untuk bisa melakukan makan malam disini. Kiano memberikan kunci mobilnya pada petugas valet dan setelah itu mereka masuk ke dalam restoran yang langsung menyambut kedatangan mereka. Kiara akhirnya menyetujui ajakan makan malam setelah pria yang berjalan di sampingnya itu memutuskan untuk ‘membatalkan’ pertunangannya dengan anak Raynaldi Brahmawijaya beberapa hari lalu.
Ya Kiara menyetujui makan malam ini setelah kembali mengabaikan semua telpon dan text pria ini. Bahkan Kiano mengirimkan bunga seakan untuk meyakinkan Kiara bahwa dia memang sudah memutuskan pertunangan itu dan sedang ingin menjalin hubungan dengan Kiara. Kalau bukan rencananya, apa menurut pria ini dia akan mau melakukan ini semua?
“Reservasi atas nama Kiara Sasmita..” ujar Kiara melirik Kiano yang nampak acuh, bahkan untuk mereservasi restoran mahal saja pria ini tidak bisa,
Apa yang di lihat oleh wanita-wanita yang pernah dia tipu dari pria ini?
“Silahkan ikut dengan saya nona Sasmita.”
Kiara dan Kiano mengikuti petugas restoran yang membawa mereka ke lantai 2 dan masuk ke salah satu ruangan. Restoran dengan ruangan privasi yang memang menjadi keunggulan dari restoran ini karena menjaga privasi siapapun yang ingin makan dengan aman tanpa gangguan.
“Kami pesan 2 set maincourse untuk malam ini.” Kata Kiano mengambil keputusan sendiri tanpa menanyakan apa yang diinginkan Kiara.
“Aku harap kau tidak keberatan kalau aku…” Kiara mengulum senyumnya
“Tentu tidak, aku yakin pilihanmu lezat.”
Pesanan mereka tiba tanpa harus menunggu lama, mereka menikmati makan malam atau lebih tepatnya hanya Kiano yang menikmati makan malam ini karena Kiara hanya bisa memakan kentang dari seluruh isi main course malam ini yang di sediakan malam ini.
“Kau tidak lapar?” Tanya Kiano menghabiskan makanan yang ada di depannya dengan cepat
“Aku hanya bisa makan ini, Dimas sudah bilang kan kemarin kalau aku…”
“Kalau begitu untukku saja..” Kiara mengernyit sesaat kala Kiano benar-benar mengambil makanan Kiara yang tidak dia sentuh kecuali kentang “..aku belum sempat makan, aku langsung bersiap setelah pulang ngegym. Jadi saat ini aku sangat lapar Kiara. Aku harap kau mengerti…”
Tentu saja Kiara mengangguk, Kiara menghela nafasnya. Padahal Kiara tahu kalau cepat atau lambat dia akan melihat sifat lama pria ini keluar lagi tapi apa pria ini memang tidak tahu malu ?
“Makanan restoran disini benar-benar enak, aku sering kesini kalau aku lapar.” Ucap Kiano menyombongkan dirinya
“Kau pasti punya banyak waktu untuk makan disini, sedangkan aku sejak bekerja resmi di hotel, aku tidak bisa melakukan apapun yang aku inginkan.” Kata Kiara berusaha terlihat lelah dengan mengurut lengannya yang baik-baik saja
“Kenapa kau tidak menyuruh pegawai mu itu, siapa namanya? David? Dimas? Kita bisa pergi bersama, lagipula dia bisa bekerja dengan baik, dan kau juga bisa menghasilkan banyak uang tanpa harus turun tangan sendiri.”
Kiara pasti sudah gila karena mau menyetujui ajakan makan malam ini.
“Dia juga punya hal lain yang harus diurusnya, hem seandainya aku punya suami, aku pasti akan….”
“Suami?” Kiara menunduk karena Kiano masuk kedalam perangkapnya, karena Kiara bisa melihat mata pria itu yang membesar saat ini “..aku bisa menjadi suamimu kalau kau mau Kiara…”
Kiara tertawa manis, memukul angin dengan manis dan terlihat malu mendengar ucapan Kiano walaupun dalam hati dia rasanya ingin mendorong meja yang menjadi penghalang mereka ini dan menimpa tubuh pria di sebrangnya ini
“Jangan bercanda Kiano, kau juga baru berpisah dari tunanganmu. Bagaimana kau bisa…? Apa kata orang lain jika kau sudah menikah setelah pembatalan pertunanganmu.”
“Aku tidak peduli…” kata Kiano cepat mencoba terlihat yakin “..aku hanya peduli padamu..dan aku ingin membantumu.. kita bisa mengurus hotel itu bersama nantinya.
Kau hanya peduli pada uang yang mungkin bisa kau dapatkan.
“Kiano ini terlalu cepat, aku…”
Tanpa angin tanpa hujan tiba-tiba Kiano berlutut di depannya. Kiara langsung mendorong kursi yang dia duduki agar menjauh dari Kiano yang sejujurnya membuatnya sangat marah saat ini tapi Kiara harus menahannya.
“Kiara aku serius denganmu, aku ingin bersamamu. Aku tahu kita baru mengenal, tapi apa kau tidak bisa melihat kalau aku memang menyukaimu?aku bahkan meninggalkan tunanganku karena aku lebih menginginkan u…maksudku menginginkan mu dari pada Nadia.”
Ingin sekali rasanya Kiara menampar mulut Kiano yang baru saja mengeluarkan kalimat yang sangat memuakkan itu tapi sekali lagi Kiara harus menahannya.
“Kiano ini tidak benar, aku butuh waktu. Aku juga baru mengenalmu…”
“Kau tidak menyukaiku?”
Aku sangat membencimu, kata Kiara mengumpat dalam hati
“Tentu aku menyukaimu, kau pria pertama selain Dimas yang aku terima ajakan makan malamnya. Jadi kau spesial.” Kiara hampir memuntahkan makanan yang dia makan tadi mengingat kalimat yang dia katakan barusan.
Wajah Kiano berubah, senyumnya menghilang, “apa kau memang sedekat ini dengan pria itu? Apa kau tidak terlalu mengistimewakan karyawanmu itu?”
“Kami tinggal satu rumah, tentu saja kami sedekat itu…”
“Ap..” Kiano berdiri tampak tidak percaya dengan pendengarannya “..kau satu rumah dengan pria itu? Apa itu tidak terlalu… kau dan pria itu hanya sebatas atasan dan…”
Kiara menunggu Kiano menyelesaikan ucapannya, “maksudku.. bukankah aneh kalau kau sampai tinggal dengan pria…pria yang bukan pasanganmu…”
Kiara tahu betul maksud Kiano, tapi Kiara hanya tersenyum lembut.
“Kau cemburu?”
“Tentu saja aku cemburu, Dimas bisa mengancam…”
“Mengancam?” Kiano nampak panik saat sepertinya di keceplosan bicara sesuatu yang tidak perlu
Kiano berbalik, mencoba mencari alasan yang bisa dia pakai. Ingin sekali rasanya Kiara pergi meninggalkan Kiano karena dia sudah muak mendengar ucapan pria ini.
”Kiano apa maksudmu dengan mengancam?” Kiara bertanya lagi
“Tentu saja mengancamku Kiara, kau dan dia bisa saling menyukai jika kalian sering bersama.”
Kiara tertawa mendengar ucapan itu, tapi kenapa dia merasa ketawanya terdengar aneh, bahkan di telinga Kiara sendiri.
“Kami…”
“Dengarkan aku Kiara…” Kiano kembali berlutut kali ini di tambah dengan memegang tangan Kiara “..berikan aku kesempatan untuk bersamamu, aku tidak ingin kehilangan mu. Aku merasa kita sudah di takdirkan Kiara.”
Kiara kembali tersenyum, “berikan aku kesempatan Kiara, aku akan membuktikannya bahwa aku pantas bersamamu dan menjadi pendampingmu.” Lanjut Kiano
apa yang harus Kiara jawab, Kiara belum mempersiapkan jawaban untuk pernyataan tiba-tiba ini karena apa yang terjadi saat ini, maksudnya acara pengakuan ini terlalu cepat, jelas diluar rencana Kiara yang berfikir bahwa membuat Kiano seperti ini akan sangat mudah.
”biarkan aku memikirkannya..” Kiano masih ingin mencoba meyakinkan Kiara tapi Kiara dengan cepat berdiri “ayo kita pulang, aku ingat aku punya pekerjaan lain yang harus di lakukan. Ada investor asing yang harus aku ajak bicara malam ini, kau tahu perbedaan waktu..”
Kiara memilih keluar lebih dulu, berjalan menuju meja kasir. Kiara tahu kalau Kiano tidak akan keluar mengikutinya, sehingga dia memutuskan untuk membayar makan malam mereka. Setelah membayar 5 menit kemudian pria itu muncul entah dari mana berpura-pura mengeluarkan dompetnya.
“Baiklah, berapa? Biar aku membayarnya..”
“Maaf tuan, tapi nona ini sudah membayarnya.” Kata petugas yang berada di meja kasir
“Benarkah?” Pria itu terlihat terkejut dan melihat Kiara “kenapa kau melakukannya? Harusnya sebagai seorang pria aku yang…”
“Kau sudah menyetir, jadi aku yang membayar makan malamnya.” Kiara tersenyum manis “lagipula tidak selamanya laki-laki harus membayarkan wanita kan?”
Kiano melihat Kiara yang tersenyum manis padanya.
“Aku harus mendapatkan mu Kiara..”
“Wah aku tidak menyangka pemikiranmu seperti itu, kau cukup langka. Nadia tidak akan melakukan itu, kau tahu.. dia…”
“Ah itu mobil kita,” Kiara lebih suka tidak mendengar lanjutan cerita itu “ayo, Kiano.”
Kiano menerima kunci mobil dari petugas valet tanpa memberikan sedikit uang tip pada pria yang masih tergolong sangat muda. Kiara memutuskan memberikan selembar uang dan mengucapkan terima kasih pada pria muda itu. Pria muda itu membalas Kiara dengan membukakan pintu mobil dan membantu Kiara masuk ke dalamnya.
“Lain kali kau tidak perlu memberikan uang pada pria seperti itu ?” Kiara menaikkan alisnya “dia sudah digaji, lagipula hanya mengambil mobil di parkiran yang sudah tersedia Kiara, apa susahnya?”
“He’s joking, right?
Sepanjang perjalanan pulang, Kiara memilih tidak bicara. Semua stok kalimat yang dia siapkan di rumah tadi sudah hilang entah kenapa karena muaknya Kiara pada pria yang ada di sampingnya itu. Kalau bukan karena dendamnya mungkin saat ini dia sudah mengungkapkan kebusukan pria ini.
Kiano memberhentikan mobilnya di rumah berpagar tinggi tempat dia menjemput Kiara tadi. Kiara langsung mengambil tas yang dia bawa dan turun dari mobil, tapi lagi-lagi Kiano menghentikan Kiara. Kiano melihat Kiara dalam lalu perlahan mendekatkan wajahnya ke Kiara.
“Selamat malam Kiano, terima kasih untuk malam ini.”
Kiara dengan cepat melepaskan tangan Kiano yang tadi menahannya dan turun tanpa berbalik lagi meninggalkan Kiano yang tersenyum penuh kemenangan.
“Aku akan mendapatkan mu Kiara.”
***
Kiara langsung menutup pintu rumah dan bersender kesal mengingat apa yang baru saja terjadi beberapa saat lalu. Dia mendengus tidak percaya atas apa yang coba dilakukan Kiano terhadapnya, Kiara mengumpat pria itu dalam hatinya saat ini. Berani sekali pria breng..pria itu ingin menciumnya padahal mereka seperti baru mengenal selama sekitar 1 minggu. Apa menurutnya semua wanita semudah itu terpikat padanya?
“Nona sudah pulang?”
Seorang pekerja Kiara datang membawakan segelas air putih yang memang sangat di butuhkan Kiara saat ini.
“Dimas?”
“Tuan Dimas di ruang kerja nona.”
“Terima kasih..” Kiara harus menceritakan ini semua pada Dimas, Kiara langsung menuju keruang kerja yang nampak masih terang karena Kiara bisa melihat lampu menyala dari celah bawah pintu ruang kerja di depannya.
“Dimas aku mau ce…” Kiara langsung kembali menutup mulutnya saat melihat Dimas yang sedang tertidur dengan posisi duduk dan buku terletak di dadanya.
Kiara tersenyum, kebiasaan pria ini yang selalu tertidur setelah terlalu lama membaca buku. Lagipula siapa yang tidak akan tertidur setelah membaca buku super tebal yang ada di dadanya itu. Dimas pasti sangat merindukan saat dirinya masih menjadi dokter, karena walaupun selama 10 tahun ini mendampingi Kiara, Dimas tidak berhenti belajar tentang ilmu kedokterannya. Walaupun sesekali dia mengurus rumah sakit milik keluarganya yang kini dia alihkan pada manajemen untuk fokus membantu Kiara.
Kiara mengatur lampu ruang kerjanya agar lebih redup, mengambil buku yang ada di dada Dimas dan meletakkannya diatas meja. deru nafas Dimas yang terdengar tenang dan teratur membuat Kiara, Dimas sudah tertidur cukup lelap. Berapa lama dia sudah tertidur disini? Kiara membuka kacamata Dimas yang selalu dia gunakan setiap kali sedang membaca, mengambil bantal sofa dan membantu Dimas untuk merebahkan badannya.
“Hem..Kiara…”
Kiara berhenti sesaat mendengar Dimas yang meracau memanggil namanya tapi hanya itu setelah itu Dimas mencari posisi tidurnya yang menurutnya nyaman. Kiara berlutut di samping sofa Dimas, melihat pria yang sudah membantunya selama ini. Wajahnya sangat tampan, tentu saja. Ada satu bekas luka di dahi Dimas yang tidak bisa hilang, Kiara menyentuh bekas luka itu.
“Kalau saat itu aku tidak bertemu denganmu… kalau saat itu kau tidak bersikap seperti itu apa kita akan seperti saat ini Dimas?” Ucapnya pelan sambil mengelus bekas luka yang memang sangat kecil.
GREP!!
Kiara membatu saat tangannya saat ini di tahan oleh Dimas yang matanya kini melihat tepat pada Kiara. Untuk beberapa saat mereka saling bertatapan,
“Kenapa kau sangat cantik Kiara?” Ucap Dimas pelan membuat Kiara hanya diam
Kiara menarik tangannya agar bisa terlepas dari tangan Dimas yang memegangnya tapi Dimas tetap menahannya, matanya masih melihat Kiara tanpa berkedip.
“Kenapa aku sangat menginginkanmu Kiara?” Lalu mata Dimas perlahan menutup kembali dan dia kembali tertidur.
—————————————————————————————————————————————————————————————————————————————-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments