Revenge 2

Pria itu melihat makanan yang ada di atas lantai hanya ada sepiring nasi dan tahu serta segelas air putih. Dia melihat wanita di depannya yang sudah duduk dengan kepala tertunduk tidak berani melihatnya.

“Apa ini?” Tanya pria ini melihat makanan yang ada di lantai “bukankah kau sudah memberikanku makanan yang sama selama 7 hari ini?”

“Ha..hanya ini yang tersisa mas…”

“Tersisa? Kau memberikanku makanan sisa? Bukankah aku sudah memberikanmu uang minggu lalu? Kenapa kau memberikanku makanan tidak layak seperti ini?” Pria itu mencampakkan piring membuat seluruh isinya berhamburan di lantai

Wanita itu hanya bisa tertunduk, tubuhnya bergetar. Dia menutup perutnya yang sudah membesar ketakutan. Melihat itu pria itu langsung tertawa.

“Oh aku tahu, kau memakai uangku untuk anak yang ada di dalam kandunganmu itu kan?”

“A..anak kita mas. Ma..maafkan aku mas ta..tapi aku membeli vitamin untuk anak kita ini mas.”

Pria itu memandang tidak percaya wanita di depannya itu, “anak kita? Dari awal aku sudah bilang padamu aku tidak ingin anak itu.”

Wanita itu melihat suaminya tidak percaya, ini sudah 6 bulan sejak kehamilannya dan dia sudah mendengar keengganan suaminya terhadap anak yang dia kandung. Pria itu berdiri dan mulai menggeledah isi laci dan lemari yang ada di dekatnya.

”ap..apa yang sedang kau lakukan mas?” Tanya wanita itu

“mencari vitamin itu tentu saja.”

Wanita itu langsung panik, dia langsung menahan kaki suaminya yang sedang mencari.

”mas aku mohon mas, anak kita butuh vitamin itu. Dari awal hingga sekarang kita tidak pernah memeriksakan anak kita. Aku tidak mau…”

“KALAU KAU MAU ANAK ITU KAU BISA MENCARI UANG SENDIRI.” Kata pria itu tidak peduli, bahkan walaupun kakinya di tahan istrinya yang sedang hamil dia menyeret wanita itu

“Mas.. kenapa kau bicara seperti itu? Ini anak kamu juga..”

“AKU TIDAK MENGINGINKANNYA INDAH!” Suara pria itu sudah semakin meninggi “SEKARANG BILANG PADAKU DIMANA VITAMIN ITU? AKU AKAN MENGEMBALIKANNYA DAN MEMINTA UANGKU KEMBALI. KAU PIKIR MENCARI UANG ITU GAMPANG?”

“mas… aku mohon jangan…”

Kini pria itu masuk ke kamar dan mulai menggeledah isi kamar yang bahkan tidak punya banyak barang di dalamnya. Saat wanita bernama Indah itu melihat suaminya mendekati lemari plastik yang berisi pakaiannya dan suaminya itu dia semakin panik.

“Mas.. jangan mas. Aku ingin anak kita lahir dengan baik..”

“CIH..” pria itu bahkan meludahi lantai mendengar ucapan istrinya yang memohon padanya “AKU TIDAK PEDULI ANK ITU LAHIR DENGAN BAIK ATAU TIDAK , BAHKAN AKU TIDAK PEDULI JIKA ANAK ITU LAHIR DENGAN SEMPURNA ATAU BAHKAN CACAT. AKU INGIN UANGKU KEMBALI. AKU SUDAH LAPAR INDAH!!!! PINGGIR KAU…”

Pria itu menendang istrinya yang menahan kakinya dengan kuat sampai pegangan wanita bernama Indah itu terlepas dan wanita itu terbanting ke belakang. Kepalanya terantuk dengan pinggiran meja kayu yang ada di dekat lemari plastik dan wanita itu tergeletak tak sadarkan dirinya.

“Akhirnya ketemu..” kata pria itu setelah membongkar isi lemari plastik itu dan menemukan sebuah botol kecil “kau pikir bisa menyembu…”

Pria itu langsung menutup mulutnya saat melihat wanita yang beberapa detik lalu masih menahan kakinya sekarang sudah tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir dari belakang kepalanya.

“Ya.. Indah..” pria itu menyentuh tubuh istrinya dengan ujung kaki untuk memeriksa keadaan wanita itu

Tubuh wanita itu tidak bergerak, darah terus saja mengalir. Keringat di dahi pria itu mulai keluar, bagaimana ini? Sekali lagi dia menyentuh tubuh wanita itu dengan ujung kakinya dan wanita itu benar-benar tidak bergerak. Akhirnya pria itu memutuskan untuk melangkahi tubuh wanita itu dan kabur dari tempat ini.

“Kiara?”

Kiara tersadar dari lamunannya, Dimas sudah berdiri di sampingnya tampak khawatir.

“Kau baik-baik saja?” Kiara tidak menjawab

Dimas menghela nafasnya, “muncul lagi?”

Kiara hanya menjawabnya dengan sebuah senyuman dan itu sudah cukup untuk membuat Dimas mendapatkan jawaban atas pertanyaan itu. Kiara tidak tahu harus mengatakan apapun, lamunan tadi padahal tidak pernah muncul cukup lama karena Kiara merasa sudah menghapus semua kenangan menyakitkan itu dalam tapi pertemuannya dengan pria itu lagi sepertinya membuat kenangan itu naik untuk mengingatkan Kiara apa yang sudah di perbuat pria itu dalam hidupnya.

“Sebaiknya kau pulang saja Kiara, biar aku yang mengurus semuanya.”

“Bagaimana rapatnya? Maaf aku merepotkanmu kembali..”

Kiara ingat harusnya tadi dia memimpin rapat di hari pertamanya bekerja resmi sebagai pemilik asli hotel ini tapi rupanya lamunan tadi mampu menyita semua konsentrasinya. Padahal banyak sekali yang ingin dia sampaikan tadi.

“Aku sudah memberikan penjelasan tentang semua yang kau rencanakan dan kau tuliskan sesuai yang kau mau. Mereka akan melapor langsung padamu setelah ini.”

“Terima kasih Dimas sepertinya aku harus menaikkan gajimu 2 kali lipat mulai dari sekarang.”

“Aku mohon lakukanlah ibu direktur.” Kiara hanya tersenyum mendengar ucapan Dimas

Tiba-tiba tangan Dimas terletak di dahi Kiara, membuat Kiara sempat terkejut tapi dengan cepat mengatur wajahnya kembali.

“Kau terlihat pucat, tapi tidak demam. Bagaimana dengan makanan manis sebelum kau memulai rapat lainnya dengan manajemen SDM?”

Kiara mengangguk setuju. Dimas lalu langsung pergi meninggalkan Kiara di ruangannya sendiri. Kiara memeriksa dokumen dan hasil rapat yang seharusnya dia pimpin tadi dan membaca laporan Dimas yang tentu saja lengkap dan mudah di mengerti. Salah satu kehebatan Dimas yang membuat Kiara kagum adalah bagaimana seorang dokter bisa memberikan laporan materi meeting dengan sangat lengkap dan mudah di mengerti seperti Dimas yang membuatnya karena Kiara tidak punya latar belakang pendidikan bisnis sama sekali.

Sebuah ketukan menarik perhatian Kiara, sekretarisnya muncul dan mendekati meja Kiara.

“Maaf bu, tapi ada seorang pria di lobi yang ingin bertemu dengan ibu.” Kata sekretarisnya

“Pria? Siapa?” Siapa pria yang akan menemuinya sepagi ini? Apa Dimas lupa mengabarinya tentang janji temu dengan seseorang?

Ponsel Kiara diatas meja berbunyi dan nama Dimas muncul di display ponselnya itu, Kiara mengangkatnya.

“Rencanamu ternyata terjadi lebih cepat dari yang kau perkirakan. Dia disini.” Dia? Untuk sesaat Kiara bingung dengan dia yang di sebut oleh Dimas, tapi mengingat ucapan Dimas yang lain Kiara bisa menebak siapa dia.

Kiara mematikan panggilan dari Dimas dan melihat lagi sekretarisnya, “bilang pada pihak lobi biarkan dia naik, dan minta bagian keamanan untuk menghidupkan semua CCTV yang ada di ruanganku.”

Sang sekretaris mengangguk, dan dia keluar. Tidak butuh waktu lama, 10 menit kemudian pintu ruangan Kiara kembali diketuk dan sekretarisnya masuk kembali dengan seorang pria yang sedikit ragu untuk masuk kedalam ruangannya itu. Sekretaris Kiara kembali menutup pintu ruangan Kiara kembali saat dia keluar, membuat pria yang kemarin menariknya ke tangga darurat berdiri disana tanpa bergerak.

“Kau datang hanya untuk berdiri di ruanganku? Aku terlalu sibuk menanggapi orang iseng sepertimu” Kiara berpura-pura mulai bekerja seakan dia sedang sibuk

“Ak..aku kesini ingin minta maaf..” ucapnya dan Kiara tersenyum mendengar permintaan maaf yang keluar dari mulut pria ini “..ku kehilangan kendali ku, aku pikir kau…maksudku kau sangat mirip dengan…”

“Apa wajahku ini pasaran?” Mendengar itu pria itu mulai panik

“Bukan…bukan begitu maksudku nona Sasmita. Aku…wajahmu mengingatkanku pada wanita yang menghancurkan hidupku..”

Apa? Menghancurkan hidupnya?

Kiara menahan emosinya mendengar ucapan pria bernama Kiano ini, tangannya bahkan sudah terkepal kuat namun dia sembunyikan di balik meja kerjaku.

“Maafkan aku…” ucap Kiano lagi cepat “aku tidak bermaksud menyamakanmu dengan wanita itu. Kau jelas berbeda dari wanita itu…”

Kiano memberanikan dirinya melihat Kiara, “kau jauh sangat berbeda dari wanita itu.” Ucapnya mengagumi Kiara

Kiara mengulum senyumnya walaupun hatinya terpaksa melakukannya, dia harus bertahan. Saat ini dia sudah setengah jalan, dan akan sia-sia semuanya jika Kiara hanya memikirkan emosinya sendiri.

“Duduklah…” Kiara mempersilahkan Kiano untuk duduk, dan Kiara berdiri berjalan menuju pantry ruangannya dan menyiapkan minuman untuk pria itu.

“Aku punya wine, gin, vodka, dan beberapa vermouth, tequila dan …”

“Maaf tapi apa aku boleh minta air putih saja? Aku sudah berhenti minum beberapa tahun ini.” Kiara tersenyum dan mengangguk

Kiara mengambil gelas dan menuangkan air putih kedalam gelas itu dan meletakkan di atas meja di depan Kiano.

“Apa aku memang sangat mirip dengan wanita itu?” Air yang Kiano minum langsung tersembur keluar dari mulutnya, untung saja Kiara tidak duduk di depannya “ah..maafkan aku Kiara, aku tidak sengaja..” Kiano mengambil beberapa helai tisu dan mengelap meja yang sudah basah karena semburannya.

“Maafkan aku Kiara, aku hanya terkejut kau bertanya tentang wanita itu lagi.”

Kiara tersenyum, “aku penasaran dengan wanita itu. Apa kami memang terlihat sangat mirip sampai kau mengira kalau aku ini adalah wanita itu. Apa dia sangat berarti bagimu? Aku pikir Nadia cinta pertamamu karena kalian berdua sangat serasi..”

Kiano tidak langsung menjawab, dia tertunduk. Kiara bisa melihat matanya sedih.

“Dia wanita yang spesial..” Kiano mulai bercerita dan Kiara mendengarkannya. “..sebenarnya Kiara, aku malu untuk menceritakan ini padamu. Kita baru mengenal, tapi entah kenapa aku merasa sudah sangat mengenalmu sejak lama.” Kiara sekali lagi tersenyum mencoba terlihat tersanjung dengan ucapan pria ini “aku pernah menikah sekali..”

Kiara tertegun sesaat mendengar ucapan Kiano, kenapa dia tiba-tiba berbicara jujur setelah semua Kebohongan yang dia ucapkan.

“Nadia tahu, aku tidak ingin menyembunyikan apapun dari tunanganku…”

“itu bagus Kiano. Kau memang harus melakukan itu jika ingin membangun komitmen dengan seseorang yang kau inginkan.”

“Aku sedang mengusahakannya,” kata Kiano “walaupun aku tidak yakin apa Nadia memang yang aku inginkan.” Lanjutnya berbisik

Kiara mendengarnya, here we go. Kiara mencoba tidak tersenyum.

“Lalu ?”

Kiano melihat Kiara bingung, “lalu apa lanjutan ceritamu? Kau kesini tidak hanya untuk mengatakan kalau kau pernah menikah kan?”

“Oh itu, ya aku pernah menikah. Aku menikah dengan wanita yang aku cintai.” Senyum Kiara menghilang digantikan wajah datar mendengar cerita pria bernama Kiano ini “aku melakukan semuanya untuk wanita ini, awalnya kami bahagia..”

Benarkah kau bahagia?

“Tapi…” kemudian wajah Kiano berubah sedih sementara Kiara hanya menatap datar menunggu cerita yang sedang pria di depannya bicarakan “..dia mengkhianati ku. Di saat aku bahagia menanti kelahiran anak yang aku pikir adalah anak kami, ternyata anak itu bukan anak kami.”

Kiara menahan dirinya untuk bereaksi, emosinya meningkat. Jadi seperti ini rasanya mendengar langsung cerita karangan pria ini yang membuat wanita tersenyum dan merasa simpati padanya.

“..dia kabur dengan selingkuhannya yang lebih banyak uang, meninggalkanku yang saat itu masih berjuang..” Kiano menaikkan wajahnya melihat Kiara dan Kiara langsung membuat wajahnya sedih seakan cerita itu menyentuh hatinya “tapi dia tidak hanya meninggalkanku dengan pria lain, beberapa bulan aku mencari keadaannya tapi ternyata hari dimana dia kabur dia dan kekasihnya itu kecelakaan dan istriku mati…”

”oh maafkan aku Kiano..” suara Kiara langsung merendah, dia bahkan langsung duduk di samping Kiano mengelus tangannya. “…kau pasti sangat kehilangan. Kenapa wanita itu bisa meninggalkan suami sebaik dirimu.”

“Mungkin karena saat itu dia terlalu lelah hidup dengan pria miskin sepertiku.” Ucapnya dan Kiara bisa melihat setetes air mata jatuh dari mata pria ini dan Kiara langsung mengusap itu

Kiano refleks menyentuh tangan Kiara yang ada di pipinya membuat mereka saling memandang sebentar, “aku yakin Nadia akan bisa menjadi obat penghibur, dan obat penyembuh lukamu.” Ucap Kiara

Diam sesaat, karena Kiano masih memandang Kiara.

Kiara berusaha agar wajahnya tetap sama karena saat ini rasanya dia ingin menampar wajah pria di depannya ini dan menjerit sekeras mungkin. Kenapa ada pria sebreng*ek ini?

“Aku merasa ada yang aneh saat pertama kali bertemu denganmu Kiara..maafkan aku tapi aku boleh memanggilmu Kiara kan?” Kiara mengulum senyumnya lembut dan mengangguk sekali “..aku merasa kau seperti mantan istriku tapi dalam versi lainnya.”

Ketukan pintu mengejutkan Kiano dan wajah Dimas masuk membuat Kiara langsung lega. Dimas masuk disaat yang tepat untuk menyelamatkan Kiara berada lebih lama dengan pria ini yang sudah membuatnya muak tapi Kiara tetap harus bertahan agar semua bisa berjalan dengan baik

“Maaf kalau aku mengganggu, tapi Kiara kau ada jadwal rapat 5 menit lagi dan para staf sudah menunggumu di ruang rapat.”

“Ah aku baru ingat. Maafkan Kiano, aku ada hal penting yang harus aku lakukan saat ini.”

Kiano langsung berdiri dan wajahnya langsung merasa bersalah, tapi melirik Dimas dengan tajam. Dimas menyadarinya tapi dia tidak peduli.

“Aku yang harusnya meminta maaf karena mengganggu waktu orang sibuk sepertimu dengan ceritaku yang tidak terlalu penting.”

Lagi-lagi Kiara terpaksa mengulum senyumnya, “tidak, kau sama sekali tidak menggangguku, aku malah senang bertemu denganmu.”

“Ayo Kiara kita harus rapat.” Kata Dimas lagi

“Maafkan aku, tapi aku harus pergi Kiano.”

Ayo lah pergi sekarang, apa kau tidak bisa membaca situasi kalau saat ini kau sedang diusir ? Kata Kiara dalam hati

“Ehem…” Kiano berdeham “..apa aku boleh meminta nomormu? Tapi kalau tidak boleh juga tidak apa-apa..” kata Kiano cepat

“Nomorku?”

”maafkan aku Kiano,” Kiara dan Kiano melihat Dimas yang tiba-tiba masuk kedalam pembicaraan mereka “Kiara di tunggu oleh staf yang lain karena ini hari pertamanya bekerja, jadi banyak sekali yang harus Kiara lakukan. Aku akan menghubungimu untuk memberikan nomor Kiara.”

Kiara melihat Kiano kembali dan tersenyum, sementara Kiano melihat Kiara ingin membantah ucapan Dimas.

“Dimas akan menghubungimu dan memberitahu nomorku. Maaf tapi aku harus rapat sekarang.” Ucap Kiara yang lalu melewati Kiano menuju meja kerjanya mengambil asal dokumen diatas meja

“Baiklah, kalau begitu aku pergi.” Kata Kiano lalu dia berhenti di depan Dimas “segera hubungi aku!” Ujarnya seperti memerintah

Kiano berbalik dan kembali tersenyum pada Kiara setelah itu baru pergi. Saat pria itu sudah hilang dari ruangan Kiara, dia langsung menghela napas lega, senyumnya sudah hilang.

“Akhirnya dia pergi juga..” kata Kiara kembali menuju sofa dan duduk

Dimas ikut bergabung di sofa dengan Kiara, “apa yang dia katakan?”

Kiara mengingat apa yang di dengarnya keluar dari mulut pria itu beberapa saat lalu, “cerita kebohongan yang selalu dia katakan pada orang lain.”

“Cerita versi yang mana dia ceritakan padamu?” Tanya Dimas lagi

“Cerita dimana dia sangat mencinta istrinya yang kabur dengan pria lain disaat hamil dan meninggal karena kecelakaan.”

Dimas melirik Kiara ingin melihat bagaimana reaksi wanita ini mendengar cerita itu, karena sebenarnya ada banyak kali versi cerita pria itu yang dia umbar pada orang lain.

“Aku sempat berfikir dia menyesali perbuatannya saat dia bilang dia mencintai istrinya.” Kata Kiara memandang kosong ke depannya “tapi ternyata cerita selanjutnya membuatku semakin ingin menghancurkannya Dimas.”

———————————————————————————————————————————————

Terpopuler

Comments

Linechoco

Linechoco

Jelek banget.

2023-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!