Tak terasa sudah 2 minggu berlalu dan Marcel belum juga pulang ke rumah. Ingin rasanya Zicka mendatangi hotel tempat ia bekerja, tapi Zicka menahan dirinya sebab ia tidak ingin sampai orang lain mengetahui permasalahan dalam rumah tangganya. Ia sudah berpuluh bahkan ratusan kali mencoba menghubungi Marcel, baik melalui telfon, chat, dan sms tapi tak ada respon sama sekali. Terkadang masalah rumah tangganya ini membuat Zicka menyesal mengenal dan menikah dengannya. Namun Zicka menepis segala rasa sesal itu sebab menyesali sama saja menyesali kehadiran putrinya tercinta, Meyra.
"Mey, kata kamu mau jalan dan renang sama mama papa kamu, tapi kok sampai sekarang belum juga? Kamu bohong yaaa!" ledek Ajeng membuat Meyra yang tadi sedang bermain boneka di teras rumahnya seketika menghentikan kegiatannya.
"Meyra nggak bohong kok, emang nanti Meyra mau jalan trus renang sama mama sama papa juga, tapi kata mama papa masih sibuk jadi jalan dan renangnya ditunda dulu kalau papa udah nggak sibuk lagi," bela Meyra tidak suka diejek sudah berbohong oleh Ajeng.
"Ahhh, udah deh Mey, kamu itu emang tukang bohong. Meyra tukang bohong, Meyra tukang bohong," ejek Ajeng tanpa peduli wajah Meyra sudah merah padam menahan tangis yang hampir saja pecah.
"Meyra nggak bohong! Meyra bukan anak pembohong. Hua ... Hua ... Hua ..." Tangis Meyra yang akhirnya pecah juga karena tak tahan dengan ejekan Ajeng, anak tetangga mereka.
Zicka yang sedang berkutat di dapur sontak saja kaget mendengar tangis Meyra yang terdengar begitu kencang di luar rumah. Dengan cepat Zicka pun segera mematikan kompor dan berlari ke depan takut terjadi sesuatu pada putrinya, Meyra.
"Meyra ... Meyra kenapa, Sayang? Kok nangisnya kenceng banget? Mama sampai kaget tahu di dapur?" tanya Zicka pada Meyra penuh selidik.
"Ma, Meyra bukan anak pembohong. Meyra bukan tukang bohong kan, Ma? hua ... hua ... " Meyra masih saja menangis dengan kencang membuat Zicka kebingungan sendiri. Belum selesai masalahnya dengan suaminya, lalu kini sang anak membuatnya bingung bukan kepalang dan semua permasalahan ini muncul sebab ayahnya yang tak kunjung pulang.
Alhasil Meyra yang sangat ingin jalan-jalan harus menunggu kepulangan ayahnya agar bisa minta diajak pergi jalan-jalan.
"Iya sayang, Meyra bukan anak pembohong. Memang siapa bilang Meyra tukang bohong, hmmm?" Tanya Zicka lembut seraya mengusap puncak kepala Meyra dan menghapus bulir-bulir air mata yang masih saja menetes di pipi Meyra.
"Ajeng Ma, kata Ajeng, Meyra tukang bohong soalnya Meyra bilang Meyra juga nanti mau jalan-jalan sama renang bareng mama papa, terus Ajeng bilang Meyra tukang bohong karena sampe sekarang Meyra belum juga pergi jalan-jalan dan renang," ujar Meyra menceritakan sambil sesegukan.
"Iya sayang, nanti mama bilang ya sama papa kalo Meyra mau jalan-jalan sama renang. Semoga aja Minggu nanti papa nggak sibuk kerja," bujuk Zicka seraya memeluk putri semata wayangnya itu dengan penuh kasih sayang.
"Mama janji ya bilang ke papa!" Ujar Meyra sambil mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Zicka membuat ibu satu anak itu tersenyum.
"Iya sayang, Mama janji." ucapnya sambil memeluk Meyra setelah menautkan jari kelingkingnya di jari Meyra.
Ya, seperti yang Zicka sebut di awal, Meyra memang anak yang pintar. Walaupun usianya baru 3 tahun, tapi bicaranya sudah seperti anak usia 7 tahun. Bahkan di usianya yang baru 3 tahun Meyra sudah bisa menulis walau untuk membaca belum begitu lancar. Namun ia tidak mengeja lagi. Ia sudah bisa membaca kata, hanya tinggal merangkai menjadi kalimat saja yang belum lancar.
Dan Ajeng, dia adalah anak tetangga di seberang rumah Zicka. Usianya sudah 6 tahun. Meyra dan Ajeng itu berteman. Tapi yah namanya juga anak-anak, terkadang akur terkadang juga bertengkar karena hal sepele. Tapi Zicka tak pernah mempermasalahkannya, asalkan pertengkaran itu masih dalam hal yang wajar. Namanya anak-anak, bertengkar itu wajah kecuali sudah melakukan kekerasan baru orang tua perlu turun tangan untuk membantu menyelesaikan.
Hari ini sudah hari Sabtu, Zicka sudah berjanji pada Meyra kalau besok akan mengajaknya jalan dan berenang dengan sang ayah, Marcel. Tapi hingga sekarang Marcel belum juga dapat dihubungi. Uang bulanan Zicka juga sudah menipis. Seharusnya minggu lalu sudah ditransfer, tapi hingga sekarang Marcel belum juga mentransfer uang bulanan untuk istrinya. Zicka menyesali satu hal, mengapa dulu ia harus resign dari hotel itu. Hotel yang mempertemukan Zicka dan Marcel. Padahal jenjang karir Zicka saat itu cukup bagus. Tapi Zicka terpaksa resign demi menghormati calon suaminya yang kini benar-benar jadi suaminya karena alasannya sesama karyawan hotel tidak boleh menjalin hubungan. Marcel bilang karena ia calon kepala rumah tangga, kewajibannya lah mencari nafkah jadi Zicka pun terpaksa mengalah dan resign dari pekerjaannya yang kini membuatnya begitu menyesal. Seandainya ia masih bekerja mungkin ia takkan begitu bergantung dalam hal keuangan pada suaminya itu.
"Ya Allah Mas, kamu kemana sih? Kok kamu seperti melupakan kami kayak gini? Kamu anggap kami apa, Mas? Apa kamu nggak khawatir sedikit pun pada kami? Apa kamu nggak kangen sama anak kamu?" gumam Zicka lirih seraya mengotak-atik ponselnya. Seakan tak pernah putus asa, Zicka terus berusaha menghubungi Marcel untuk menanyakan keadaan dan keberadaannya. Dimana dia? Kemana saja selama 2 Minggu ini? Tidur dimana dia? Bagaimana dengan makannya? Ia sehat atau sakit? Sungguh, Zicka begitu mengkhawatirkannya.
Ingin ia menghubungi ibu Marcel tapi ia tak mau memperumit masalah. Yang ada justru dirinya yang akan semakin disudutkan oleh ibu mertuanya itu. Entah ada kesalahan apa ia di masa lalu sehingga ibu Marcel tidak begitu menyukainya. Ada saja sesuatu yang salah di mata ibu mertuanya itu. Hanya Marvin saja tempatnya berbagi cerita. Namun, ia pun harus sadar diri untuk menjaga jarak sebab Marvin hanyalah iparnya. Meskipun Marvin selalu bersedia membantunya, tapi ia tak bisa merepotkannya.
'Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau di luar jangkauan. Mohon hubungi beberapa saat lagi.'
Lagi-lagi operator yang berbicara saat Zicka mencoba menghubunginya membuat Zicka frustasi sendiri. Sebagai seorang istri, ia seperti tidak dihargai sama sekali. Ia benar-benar kecewa. Sangat kecewa.
"Ma, kok papa nggak pulang-pulang sih?" Tanya Meyra saat melihat Zicka sedang mencoba menghubungi Marcel.
"Emmm ... Papa ... Papa sedang sibuk, sayang. Meyra kangen sama papa ya?" tanya Zicka sambil mendudukkan Meyra di pangkuannya.
Meyra mengangguk, "iya, Ma. Mey kangen banget sama papa. Papa sibuk terus sih. Mey kesel sama papa," gerutu Meyra sambil mencebikkan bibirnya membuat Zicka tersenyum geli melihatnya.
"Meyra yang sabar ya, Sayang. Papa pasti sedang sibuk banget makanya nggak sempat pulang," ujar Zicka mencoba memberikan pengertian pada putri semata wayangnya.
...HAPPY READING ❤️❤️❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Dewa Rana
coba Tanya sama adiknya
2025-01-06
0
Pisces97
sesabar itulah seorang istri...
kalau dibilang nyesek pasti siapa gk nyesel dapat suami gk bertanggung jawab...
tidak nafkahi , sibuk sendiri, egois dan bla² 😏
2024-07-30
0
Raufaya Raisa Putri
mey..bpkmu tuker tambah aj
2024-06-29
0