Jam 22.30, Akhirnya Wirya mengantarkan Sansan ke Kost temannya, karena belum mau pulang, dan yakin kedua orang tua Sansan juga masih emosi, jadi diputuskan malam ini Sansan tidur di Kost temannya dan Wirya tidur di Kost adiknya yang tidak jauh dari Kampus.
Handphone Wirya berdering, ternyata telepon dari adiknya.
"Mas dimana, tadi bapak telepon tanya Mas?" tanya Ega.
"Ya sebentar lagi Mas ke Kostmu." jawab Wirya langsung mematikan teleponnya dan lanjut segera ke Kost Ega.
Wirya memarkirkan motor di garasi motor dan langsung masuk ke Kost Ega.
"Ga, buka pintunya ini Mas!" panggil Wirya sambil ketok pintu.
"Mas masih disini?, tidak pulang ke rumah, memang besok Mas ijin lagi?" tanya Ega.
"Ya, bawel amat kamu hari ini, Mas besok tetap mengajar, tapi malam ini Mas inap dulu ya disini, besok subuh Mas pulang." jelas Wirya.
"Tapi Mas beneran mencurigakan, apa yang Mas lakukan hari ini?" tanya Ega penuh curiga.
"sudah sana tidur, Mas mau mandi dulu terus tidur juga!" menjawab Ega yang masih kepo.
Jam 05.00 pagi, Wirya sudah bangun untuk ibadah dan lanjut segera pulang ke kotanya, jarak kotanya ke kota ini sekitar dua jam perjalanan dengan motor. Sampai di Rumah jam 07.10 pagi, Wirya mengucapkan salam melihat kedua orang tuanya sedang di depan dengan aktivitas seperti biasa, Ibunya sedang merawat bunga-bunga di taman depan Rumahnya dan terlihat Bapaknya sedang duduk di kursi di sampingnya terlihat makanan jadul dan segelas teh.
"Pak, Bu!" sapa Wirya sambil berjalan masuk rumah.
"Wir, kamu darimana bapak semalam telepon tidak kamu jawab?, terus telepon adikmu kata adikmu sempat mampir ke Kost adikmu?" tanya Ibunya penasaran.
"Oh Injih Bu, ngapunten hapene kesupen mboten di cas (dalam bahasa jawa), (artinya:oh iya bu, maaf Hp nya lupa tidak di cas)." jawab Wirya spontan.
"Kamu itu kalau pergi ya kasih kabar biar Ibumu tidak khawatir Wir?" sahut Bapaknya.
"Injih pak, ngapunten!" jawab lagi pakai bahasa jawa (maklum kedua orang tua Wirya masih mempunyai keturunan dari keraton jawa yang masih sangat lekat dengan bahasa, budaya, istiadat jawa)."
"Ya sudah sana masuk, kamu mau ke sekolah buat mengajarkan?" tanya Bapaknya lagi.
"Iya pak, karena kemarin sudah sempat ijin." jawab Wirya sambil segera masuk rumah.
Tidak lupa chat ke Sansan menanyakan sudah bangun belum, dan juga rencananya hari ini mau bagaimana apa mau pulang atau bagaimana?, tapi karena ditunggu sampai selesai mandi belum ada balasan chat dari Sansan, Wirya langsung menelepon Sansan.
"Halo, baru bangun ya?" tanya Wirya.
"Oh sudah dari jam setengah 06.00 tadi, tapi belum cek handphone, baru selesai mandi." jawab Sansan.
"Sama, aku juga baru selesai mandi, ini mau siap-siap ke sekolah buat mengajar." sambung Wirya.
"Hemmm bagaimana?, masih bingung aku mau pulang takut sama Papi Mami masih marah, tapi aku tidak punya baju ganti, paling nanti beli dulu." sahut Sansan yang belum tau harus bagaimana dengan kondisinya.
"Menurutku coba kamu pulang, sekalian melihat reaksi orang tuamu dahulu, apakah masih marah atau bagaiamana?" sahut Wirya.
"hemmm...!, iya deh, hari ini aku ada kelas sampai jam 14.30, langsung pulang saja, pasti Papi belum pulang dari kantor juga." jawab Sansan.
"Ya sudah, kamu siap-siap ke kampus aku juga mau segera berangkat ke sekolah ya?, nanti kalau ada apa langsung kabarin ya?" sambung Wirya mengakhiri telepon.
Dalam perjalanan ke sekolah tempat Wirya mengajar, Wirya berpikir bagaimana caranya untuk memperkenalkan Sansan ke orang tuanya, belum lagi masih ingat kemarin orang tua Sansan reaksinya begitu, bagaimana dengan orang tuanya, masih berpikir bagaimana tidak sengaja Wirya baru sadar dia sudah melewati sekolahan tempatnya mengajar, dalam hati ketawa sendiri karena sampai kelewatan padahal dia mengajar di sekolahan ini sudah lebih dari 2,5 tahun walaupun sampai sekarang dia masih honorer juga, maklum di negeri ini untuk menjadi seorang PNS tidak semudah itu dan juga belum hokinya Wirya sudah 2 kali ikut ujian CPNS belum juga lolos, tapi karena Wirya suka bidangnya dalam mengajar tetap dia bertahan tidak mencari pekerjaan lain. Setelah putar balik akhirnya Wirya sampai di parkiran sekolah tempat dia mengajar.
Jam 12.00 waktu istirahat dan makan siang Wirya coba chat Sansan kembali, menanyakan kapan bisa kamu kesini untuk ketemu dengan kedua orang tuanya.tapi sampai hampir jam 13.00 belum juga ada balasan chat dari Sansan.
tapi Wirya masih menunggu sore saja dia akan telepon Sansan agar lebih jelas. Jam 15.30 handphone Wirya berbunyi ternyata Sansan telepon.
"Halo, Wir maaf baru lihat handphone tadi siang banyak tugas jadi makan siang sambil kerjain tugas." sahut Sansan menjelaskan.
"Hah iya tidak apa-apa?" jawab Wirya.
"Kamu sudah selesai mengajar?, sudah di rumah atau masih di sekolah?" tanya Sansan.
"Iya baru sampai rumah, baru mau ibadah terus mau telepon kamu selesai ibadah kamu sudah telepon duluan, hehehhe." jawab Wirya sambil cengengesan.
"Iya , aku lihat chat kamu langsung aku telepon karena aku lihat sudah dari jam 12.00." sambung Sansan.
"Hahahha takut aku marah ya?" Wirya terdengar tertawa sambil meledek Sansan.
"Huuuuh, ya sudah lain kali tidak telepon biarin!" jawab Sansan ketus.
"huhuhhuhuhu.....begitu saja ngambek." ledek Wirya lagi.
"Eh maksudmu, kapan ketemu orang tuamu, bagaimana?" tanya Sansan.
"Haaaa, ya kita ketemu orang tuaku, kan kemarin kita sudah ketemu orang tuamu, sekarang gantian ketemu orang tuaku, biar Bapak Ibuku tau, calon menantunya cantik impor lagi hahahah." sambung Wirya menjelaskan sambil masih cengengesan.
"Kok Impor? apa yang di impor?" tanya Sansan bingung maksud Wirya.
"Hahahha kan kamu itu impor bukan di produksi di Indonesia?" sambung Wirya masih sambil melawak.
"Yeee siapa bilang, jelas aku made in Indonesia cuma gen aku impor hahahah!" sambung Sansan sambil menanggapi lawakan Wirya.
"nah itu berarti tidak orisinil, hahahha!, ada bahannya yang di impor hahahha!" sambung Wirya masih melanjutkan lawakannya.
"Iya juga, tapi dibuat disini bukan semua impor, hahahahha!" lanjut Sansan.
"Jadi bagaimana, calon istriku yang campuran impor wkwkkwkw?" sambung Wirya sambil ketawa ngakak.
"Ampun campuran impor apa coba? hemmm menurutmu kapan enaknya ketemu orang tua mu?" jawab Sansan sambil mikir lagi.
"Sabtu atau Minggu bisa tidak? nanti aku jemput kesitu?" tegas Wirya memastikan waktunya.
"Sepertinya lihat reaksi orang tuaku hari ini, aku pulang ya, bagaimananya aku kabarin lagi." jawab Sansan karena masih bingung memutuskan.
"Ya sudah tidak apa-apa, kamu sana pulang dulu, hati-hati!" jawab Wirya sambil mengakhiri telepon.
Tidak disadari oleh Wirya Ibunya sudah di depan Pintu kamarnya dan mendengarkan obrolannya di telepon dengan Sansan.
"Wir, siapa itu, calon menantu Ibu ya?" tegur Ibunya sambil mendekati Wirya.
"Hah....hah!, apa Bu?" Wirya kaget dan gelagapan menjawab Ibunya.
"Wir, kamu mulai nakal ya sembunyi-sembuny sama Ibu dan bapakmu!, Ayo siapa itu tadi yang ditelepon?" tanya Ibunya lagi.
"Hah, bukan Bu itu tadi anak-anak saja nanyain tugas PR tadi yang aku kasih." jawab Wirya sekenanya.
"Maksudnya kamu pacaran sama anak muridmu sendiri?, walah apa tidak terlalu muda kamu pacaran sama anak SMP Wir?" tegas Ibunya salah paham.
"Haduhhh runyammm!" sambil memegang kepalanya!, Wirya salah kasih alasan.
"Apanya yang runyam Wir?, Ya runyammm kalau kamu pacaran sama muridmu sendiri?" tegas ibunya melihat tingkah anak sulungnya.
"Tidak begitu Bu, maksudnya Ibu salah paham, bukan pacaran sama muridku, Wirya bilang lagi bahas tentang PR, malah ibu bilang pacar?" jelas Wirya.
"Hemmmm kamu bohong sama Ibu?, Ibu tadi dengar kamu tidak bicarain Pekerjaan Rumah atau tugas sekolah." tegas Ibunya.
"Wah Ibu dengar semuanya? (Ekspresi muka Wirya sudah panik dan bengong polos)." sahut Wirya.
"Nah kan kamu ketahuan bohong sama Ibu?" tegas ibunya lagi melihat raut muka anaknya yang polos.
"Haduhhh bagaimana jelasin nya ya Bu, bingung Wirya jelasinnya?, hari minggu saja nanti saya kenalin saya ajak ke rumah ini ya Bu?, tapi jangan kaget ya Bu, dan jangan marah?" Akhirnya Wirya menjelaskan karena Ibunya sudah curiga mau menutupin lagi juga sudah bingung.
"kalau buat Ibu yang penting itu perempuan baik-baik, ibadahnya baik, sopan, sayang sama kamu, mengerti adat istiadat kita dan bisa mendampingi kamu sampai kalian kakek nenek." jelas Ibunya.
"Hah sullittt....!, tapi dia impor Bu, bagaiamana?" tegas Wirya lagi karena dia mikir ini sulit beneran dari dua keluarga benar-benar sulit.
"Impor maksudnya Impor bagaimana Wir?" tanya Ibunya karena penasaran.
"Wirya jelasin pas hari minggu besok pas ketemu ya bu?, biar lebih jelas lagi?" tegas Wirya karena sudah bingung mau jelasin juga malahan nanti bapaknya tau bisa-bisa tidak dibolehin kesini.
"Ya sudah sana kamu mandi dulu, terus ibadah sana!" suruh Ibunya.
Jam 5 sore Sansan sudah sampai di depan rumahnya, tapi mau masuk masih ragu-ragu, sampai adik laki-lakinya pulang main sepakbola di lapangan dekat rumahnya.
"Ci...!, Cici ngapain disini tidak masuk?" suara dari belakang mengagetkan Sansan.
"Hah Jiu....!, tidak mau masuk ini!" Sansan kaget dan reflek jawab adiknya. (nama adik kedua Sansan Oie Jiu yen atau Jiyo Winata)
"Cici semalam tidur dimana? Hotel atau dimana? jangan bilang tidur sama Mas-Mas yang kemarin ya?" tanya Jiu kepo sambil meledek Cicinya.
"Hah, ya tidak, aku tidur ditempat Vely! (nama teman kampus Sansan)." jawab Sansan"Oh Jiu kira tidur.....!" Jiu masih meledek Sansan.
Mobil Papinya sudah masuk gerbang rumahnya, Sansan takut tapi juga bingung harus hadapin Papinya seperti apa?, adiknya menggandengnya ajak masuk.
"Mi, cici pulang nih," teriak Jiu memanggil Maminya.
"Kamu masih tau dimana rumahmu San?, Mami kira kamu sudah lupa dan tidak akan balik kerumah ini lagi?" tegas Mami nya masih emosi.
"Maaf Mi, Sansan hanya mau minta restu Mami buat merestui hubungan Sansan dengan Wirya tidak minta apa-apa lagi Mi," tegas Sansan.
"San....San!, kemarin Papi dan Mami sudah jelas, kamu keluar dari rumah ini berarti kami sudah tidak menganggap kamu sebagai anak, kenapa kamu kembali lagi, kalau kamu mau minta restu jelas tidak akan kami kasih restu? sudah sana silahkan kamu ambil pakaianmu barang-barangmu bawa keluar dari rumah ini jika kamu masih memilih bersama laki-laki itu?" tegas Papinya sambil masuk rumah tanpa basa-basi.
Sansan menangis sambil masuk ke dalam kamarnya dan segera merapikan pakaian dan barang- barang yang dia akan bawa keluar dari Rumahnya. Di dalam pikirannya juga bingung harus kemana, mau tidak mau inap di tempat Vely lagi sambil cari Kost sendiri.
Sansan segera keluar dari rumah dan memesan taksi online untuk ke Kost Vely, sambil menangis Sansan telepon Wirya.
"Halo, Wir aku keluar dari rumah ya!" masih dengan sesegukan menelepon Wirya.
"Hah, Mami Papi masih marah? ya sudah kamu kemana, apa aku jemput kesitu kamu ke Kost Ega dulu aku jemput ya?" Wirya langsung segera kasih solusi.
"Tidak usah, aku tidur ditempat teman ku kemarin, besok baru cari Kost sendiri, kamu tidak usah kesini, lagian lusa juga kamu mau jemput aku kan?" tegas Sansan.
"Iya tapi kamu beneran tidak apa-apa?" Wirya khawatir.
"Iya tidak apa-apa, seperti kamu dari awal kita sudah pasti tau keadaannya seperti apa dan pasti tidak mudah." jelas Sansan menenangkan karena dari suaranya Wirya terdenger khawatir.
"Ok, semangat pasti kita berjuang bersama sampai kita dapat restu dari kedua orang tua kita ya." Wirya menyemangati Sansan.
Wirya semakin bingung sebelumnya Ibunya sudah ingatin untuk calon menantunya harus paham adat istiadat dan ibadahnya bagus. Jika Ibunya tau Sansan pindah agama karena kenal dia dan bahkan adat istiadatnya berbeda dengan dia, dan keluarganya bagaimana?, ada kekhawatiran, tapi teringat kata-kata Wirya sendiri jika takut melangkah kenapa harus memulai, dan Wirya tau jelas ini perjuangan akan sangat panjang bahkan tidak bisa dia prediksi sampai berapa bulan berapa tahun, dia mulai menata hati dan pikirannya kembali dengan apa yang pernah dia sampaikan ke Sansan bahwa jika dihadapin berdua pasti akan bisa melaluinya sesulit apapun perjuangan mereka.
Lanjut Part 4 ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments