My Secret Marriage
"Gue benci hujan!" Kalimat pertama yang dilontarkan oleh gadis itu adalah mengumpat pada langit yang mendung dan mulai meneteskan air hujan yang perlahan membasahi gaunnya.
Oh Tuhan, dari sekian banyak hari, mengapa harus hari ini hujan turun?
Sunny hanya dapat mengeluh kesal. Bagaimana ia tidak mengeluh karena hujan turun diwaktu yang sangat tidak tepat, diwaktu ia memakai gaun berwarna kuning cerah seperti bunga matahari namun hujan malah turun. Sangat bertolakbelakang dengan perkiraan hari cerah yang sudah gadis berusia 20 tahun itu bayangkan.
Apa tidak bisa hujan turun besok saja? Menyebalkan!!!
Sekali lagi ia melihat arloji di pergelangan tangannya yang terus bergerak cepat sedangkan bus yang ia tunggu tidak kunjung datang sementara air hujan terus turun bercampur dengan debu yang membuat sepatu putihnya menjadi kotor seketika. Belum lagi angin yang berhembus dengan sesuka hati membuat tatanan rambutnya yang sudah susah payah ia blow sejak subuh tadi sukses menjadi berantakan.
Untung saja bus yang ia tunggu akhirnya datang juga. Sunny lantas segera masuk kedalam bus sebelum gaunnya basah kuyup, tapi sialnya ternyata kursi favoritnya sudah ditempati orang lain dan hanya tersisa dua kursi kosong dibarisan belakang. Setidaknya ia tidak harus berdiri sampai tiba di kampusnya.
Dengan segera Sunny mengambil posisi duduk tepat disebelah jendela, terlihat kaca jendela yang mulai berembun karena hujan semakin turun dengan deras.
"Sialan..." Sunny mengumpat lagi tepat disaat ia merasakan seseorang baru saja duduk di sebelahnya.
Yang dapat Sunny lakukan sekarang hanya mencengkram roknya erat-erat. Rasa begitu memalukan mengumpat dan orang lain mendengar itu, apalagi orang itu bukan hanya orang biasa, tapi seorang laki-laki berparas tampan.
Laki-laki itu luar biasa tampan walaupun tidak ada senyuman menghiasi ekspresi wajahnya yang datar bahkan terkesan dingin. Justru pesona sulit dijangkau itu mampu mendebarkan jantung Sunny hingga terasa menyengat.
"Apa?" Laki-laki itu bertanya dengan nada dingin seraya menoleh.
"Ya?" Sunny seketika tertegun. Jarak tipis diantara mereka langsung mengukir kecanggungan yang membuat Sunny menahan nafasnya.
"Selain mengumpat, lo juga suka natap wajah orang terang-terangan, huh?" Laki-laki itu bicara lagi, tapi tidak bisa... Sunny tidak bisa mencerna ucapannya karena tersihir oleh pesona kuat laki-laki itu.
Jarak ini terlalu dekat hingga Sunny bahkan dapat melihat kedua bola matanya yang terang dengan iris berwarna coklat gelap padahal di luar langit berwarna abu-abu hingga suasana menjadi temaram, tapi sinar mata laki-laki itu tidak redup sama sekali.
Rambut laki-laki itu sedikit berantakan, tapi justru memiliki poin plus dengan kesan bad boy yang kuat apalagi dengan anting di kedua telinganya. Belum lagi garis hidungnya mancung tanpa celah, bibir bawahnya memiliki belahan dan berwarna peach alami, ada pricing di sudut bibir bawahnya, dagunya terbentuk sempurna dengan garis rahang yang tegas dan memukau. Seolah Tuhan menciptakannya tanpa celah sedikitpun.
Laki-laki itu sungguh terlihat seperti pria sempurna yang melompat dari dalam novel idaman yang sering Sunny baca.
Oh, Tuhan... Kenapa tubuhku membeku?
Laki-laki itu bergerak semakin mendekat bahkan terlalu dekat hingga tubuh Sunny bergerak menarik diri kebelakang dan kepalanya membentur kaca jendela.
Kedua mata Sunny berkedip beberapa kali, tapi bukan karena gatal melainkan karena syok ketika laki-laki yang terlihat seumuran dengannya itu terus bergerak mendekat. Sunny dapat merasakan nafas hangat mereka beradu menciptakan ketegangan yang tidak bisa Sunny hindari.
Rasanya seperti berada dalam alur novel romantis yang manis, dia pria sempurna yang sangat cocok menjadi pemeran utama pria dalam novel yang berkesan. Apakah Tuhan sebaik ini padaku?
Angan-angan Sunny melayang jauh. Di luar cuaca buruk, tapi berbagai tatapan dengan jantung yang berdebar-debar membuatnya merasa seperti pemeran utama wanita dalam novel yang sama dengan laki-laki itu.
Takdir tidak semanis ini, kan?
Oh Tuhan... Oh Tuhan... Dia tersenyum!
Dia tersenyum padaku! Apa yang harus aku lakukan sekarang?
"Maskara loe luntur...," ucap laki-laki itu sebelum menarik dirinya dan kembali duduk tegak menatap lurus ke depan.
Ucapannya membawa Sunny pada kenyataan pahit jika semua cerita dalam novel manis yang selama ini ia baca hanyalah sebuah karangan fiktif dan itu tidak akan mungkin pernah terjadi di dunia nyata.
Jatuh cinta pada pandangan pertama hanyalah mitos belaka.
Seketika Sunny menyesal karena telah terpesona pada laki-laki yang saat ini sedang menertawakannya diam-diam.
Tapi dia sangat tampan, Tuhan ... Mengapa engkau menciptakan pria idaman yang selama ini berada dalam khayalanku dengan sifat angkuh yang menyebalkan?
Sungguh tidak adil karena Sunny merasa sangat malu sekarang.
Apa tiket ke Mars sudah bisa di pesan sekarang? Ia ingin pergi meninggalkan bumi sekarang juga!
Dengan cepat Sunny memalingkan wajahnya yang sudah pasti merah padam karena rasa malu.
Tanpa membuang waktu, ia segera mencari cermin kecil di dalam tasnya dan benar apa laki-laki itu, jika maskara yang ia pakai luntur. Wajahnya nampak seperti kuntilanak kesiangan sekarang. Duh!
Semua karena uang jajannya habis untuk membayar kegiatan pariwisata yang akan diadakan pada akhir pekan ini hingga Sunny hanya mampu membeli maskara biasa yang tidak waterproof dan akhirnya sekarang... Sudahlah jangan dibahas!
Sunny kembali menunduk lesu seolah telah kehilangan separuh nyawanya karena merasa frustrasi sebab bukan hanya karena maskara yang luntur, tapi ia juga lupa membawa tissue basah.
"Gue Rain, fakultas manajemen. Jangan lupa cuci sebelum dibalikin," ucap laki-laki yang ternyata bernama Rain itu. Ia melemparkan saputangan putihnya diatas tas Sunny sebelum beranjak keluar dari dalam bus.
Untuk sesaat Sunny kembali tertegun, Rain begitu cepat dan sudah menghilang sebelum Sunny sempat mengatakan apapun.
Sunny lantas segera turun dari dalam bus, berharap masih bisa mengejar langkah laki-laki itu, namun Rain sudah cukup jauh menghilang menuju kerumunan mahasiswa lainnya.
Dengan menggenggam erat sapu tangan pemberian Rain, Sunny tidak pernah tahu ada pria yang sangat tampan dan juga dingin seperti Rain yang kuliah di universitas yang sama dengannya.
laki-laki misterius yang bahkan Sunny tidak dapat merasakan emosi dari nada suaranya. Semua yang Rain ucapkan terdengar datar di telinganya sama halnya dengan ekspresinya. Sikapnya menimbulkan banyak rasa penasaran bagi Sunny, tapi kemudian ia kembali teringat akan maskara yang luntur hingga ia segera berlari pergi menuju toilet sambil menutupi wajahnya sebisa mungkin.
Sampai akhirnya ia tiba di dalam toilet. Sunny menutup pintu rapat-rapat, mencoba meredam debaran jantungnya yang semakin kencang.
Sunny dan Rain, nama mereka mungkin bertolak belakang. Meskipun singkat, tapi pertemuan di dalam bis memberikan kesan yang tidak dapat Sunny gambarkan. Perasaan senang dan malu dalam waktu yang bersamaan sekaligus penasaran.
Ini tidak mungkin jatuh cinta pandangan pertama, kan?
.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
AisyahPena
yes, sunny is a sun. and rain is a rain. Berlawanan, tp awas aja kalo gak happy ending.
2023-08-23
1
Diana Amalia
semangat up thor ku dukung karyamu👍😃
mampir juga yuk😃
2023-08-20
1