Hai reader's sebelumnya terimakasih sudah memilih cerita Strangers in Love sebagai salah satu daftar bacaan kalian. Jangan lupa beri like dan komen ya, happy reading :)
.
.
.
Irene memarkirkan mobilnya di parkiran night club, lalu ia segera masuk dan menghampiri bartender. Irene memesan segelas whisky, ia hanya duduk termenung di bar sambil mendengar dentuman musik yang cukup keras.
Yang ada dalam pikirannya sekarang hanya kekhawatirannya karena sekarang ia kembali tinggal di Boston, kota yang hampir menjadi saksi kematiannya tujuh tahun yang lalu jika Alice tidak menolongnya malam itu.
"Ouhhh..." keluh Irene sambil memijit kepalanya yang tak pusing.
"Bisakah aku menikmati kota ini?" Ucapnya lalu menatap gelas kedua whiskynya.
Walaupun sekarang ia berada di keramaian tetap saja rasanya sepi, mengingat tak ada satupun orang yang ia kenal selain Alice di kota ini.
Irene mengedarkan pandangannya menyapu seisi night club, semua orang tengah sibuk menghabiskan waktu mereka. Ada yang asyik menari di dancefloor, ada yang asyik mabuk mabukan bahkan ada yang sibuk bercumbu mesra tanpa menghiraukan keramaian itu.
Tatapan Irene bertemu dengan seorang pria yang terlihat tampan, ralat- begitu tampan bahkan sangat tampan. Ya, dia rasa pria itu menatapnya dengan tatapan mengejek.
Bagaimana mungkin pria tampan itu menatapnya karena tertarik? Lihat saja, Irene yang hanya menggunakan rapper jeans dengan crop t-shir dan sepatu kets serta rambut yg dikuncir sembarang, berantakan sekali.
Irene meneguk gelas whisky ke ketujuh, lalu ia beranjak pergi dari night club itu karna ia merasa sudah terlalu lama duduk terdiam dengan setumpuk beban pikiran akan kota ini.
Irene segera menuju parkiran dan melajukan mobilnya secepat kilat memecah keheningan malam. Ia menyetir dengan kecepatan diatas rata-rata dan sedikit ugal-ugalan. Ya, dia kehilangan akal sehat, mengemudi dalam keadaan mabuk, ralat- sedikit mabuk.
Beberapa menit kemudian terdengar sirine mobil patroli polisi, Irene melihat spion dan benar saja di belakang ada dua mobil patroli polisi yg mengejarnya. Irene menambah kecepatannya, namun sial. Sepertinya kali ini ia tidak bisa lolos dari kejaran polisi, lalu ia segera membanting setir dan menambrak sebuah pohon besar.
🍂🍂🍂
"Ada apa denganmu nona? Kenapa kau mengemudi dalam keadaan mabuk?" tanya seorang polisi yang menatapnya tajam.
"Sepertinya kau sedang patah hati ya" ledek polisi lainnya.
"Kau sedang di jalan bukan di area balap mobil, tidak seharusnya kau mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Jika kau ingin mati lebih baik terjun saja ke jurang, jangan ugal-ugalan dan menyetir saat mabuk itu dapat membahayakan orang lain juga" protes polisi yang tengah menginterogasi Irene, kini ia berada di kantor polisi.
Kuping Irene terasa panas, amat panas mendengar ocehan tiga polisi di hadapannya ini. Ingin sekali rasanya Irene menyumpal ketiga mulut polisi ini dengan sepatunya.
"Maaf pak polisi yang terhormat, tapi alangkah baiknya jika kalian memenjarakan aku saja dari pada kalian menceramahiku seperti ini" ucap Irene kesal.
"Kenapa kau marah nona, kita harus menghubungi keluarga--"
"Aku tidak punya keluarga jadi penjarakan saja aku dan semua selesai" potong Irene.
"Selesai katamu!" seru polisi mengulang perkataan terakhir Irene.
Irene mendelik "Iya, selesai, lalu, apa lagi"
"Kau tidak hanya akan dipenjara tapi izin mengemudimu juga akan dicabut selama 6 bulan" jelas polisi lainnya.
Irene diam sambil menatap ketiga polisi itu dengan wajah yang sama sekali tidak menampakan raut wajah takut atau khawatir.
"Dan, aku tidak peduli" ucap Irene mengalihkan tatapannya, menatap kuku indahnya lalu menatap kembali ketiga polisi itu.
Ketiga polisi itu mulai geram menghadapi gadis keras kepala dan super cuek ini.
"Jacob! Masukan dia ke sel" titah salah satu polisi.
Awal yg buruk, baru beberapa jam Irene tiba di kota ini sudah disambut oleh penjara. Irene bisa saja membebaskan diri hanya dengan menelpon Alice, tapi Irene malas mendengar ocehan Alice nantinya. Jadi Irene memutuskan untuk tetap diam hingga Alice mencarinya. Irene akan tetap mendengar ocehan Alice tapi setidaknya tidak malam ini, malam yang sial.
Irene menatap arloji yang melingkar indah di tangan kirinya, sudah pukul satu pagi. Alice pasti lelah dan tertidur hingga dia lupa menelpon adiknya.
Irene duduk menghela napas lalu menatap ke luar sel, tiba-tiba ada seorang polisi yang berjalan mendekat menuju selnya.
"Nona! Anda dibebaskan, ada seseorang yang memberi jaminan atas kebebasan anda" ucap polisi yang tengah berdiri di depan sel tahanan itu, lalu membuka sel dan mempersilahkan Irene keluar.
Dengan segera Irene beranjak pergi dari penjara terkutuk itu, ia tidak peduli siapa yang sudah membantunya, itu tidak penting baginya. Irene sangat cuek yang terpenting sekarang ia bisa bebas.
Irene berjalan cepat keluar dari kantor kepolisian itu, ia menunduk memperhatikan bayangan seseorang yang berjalan di belakangnya.
"Sebentar nona, sepertinya kau melupakan sesuatu" ucap pria yang berjalan di belakang Irene.
Sontak Irene menoleh dan ia ingat, pria itu adalah pria dengan tatapan mengejek di club tadi. Kenapa pria itu ada di sini?
"Maaf sebelumnya. Aku tidak melupakan sesuatu apapun itu, aku sedang terburu-buru. Dan, ya, aku juga tidak mengenalmu" ucap Irene cuek saja.
Pria itu tersenyum miring lalu mengulurkan tangan kanannya, memperkenalkan diri.
"Zean. Arzean--"
"Aku tidak bertanya namamu, bodoh!" Potong Irene cepat, ia tidak menghiraukan atau menjabat tangan pria itu, ia malah berbalik dan melanjutkan langkahnya.
Zean mengepalkan uluran tangan kanannya tadi dengan kesal, benar-benar gadis yang sedang ia hadapi bukanlah gadis polos pada umumnya.
"Tidak bisakah kau mengucapkan terimakasih pada orang yang telah membebaskanmu dari penjara!" ucap Zean lantang.
Irene menghentikan langkahnya lalu berjalan mendekati pria itu.
"Ohh.. jadi kau yang membantuku?" tanya Irene santai.
Zean tak menjawab, menatap Irene dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa kau membantuku, bahkan aku tidak meminta atau memohon agar kau membantu membebaskanku dari penjara sialan itu. Jadi, kenapa aku harus berterimakasih padamu!" jeda Irene.
"Lagi pula, apa alasanmu membantuku? Bahkan kita tak saling mengenal!" sambungnya.
Zean menghela napas lalu memejamkan mata perlahan, ia bisa gila mendengar ocehan gadis di depannya ini.
"I have a reason" ucap Zean akhirnya setelah mendengar ocehan panjang gadis itu.
"Tell me a reason!" seru Irene.
"Sebaiknya kau belajar untuk mengecek kendaraanmu sebelum mengemudi, nona" ucap Zean.
"Apa maksudmu?" tanya Irene.
"Aku tau. Kau sengaja menyerahkan diri. Sebenarnya kau bisa melarikan diri dari kejaran polisi itu dengan menambah kecepatan karena kau sangat handal mengemudi, tapi kau memilih untuk membanting setir dan menabrak pohon itu karena kau tak punya cukup bensin untuk melaju lebih jauh lagi" jelas Zean.
Mata Irene membulat penuh, 'bagaimana dia tau?' batin Irene bertanya tanya.
"Aku pergi terburu-buru jadi aku tidak sempat mengecek, lalu apa hubungannya dengan kau membantuku?" tanya Irene penasaran.
Di jaman sekarang begitu langka untuk menemukan manusia yang menolong tanpa pamrih, Irene yakin pasti ada maksud tertentu pria asing ini membantunya.
"Aku sudah memperhatikanmu sejak di bar tadi, kau bukan gadis biasa. Dan aku suka saat kau menyetir dalam kondisi mabuk, begitu seksi dan menawan" ucap Zean terang-terangan.
"Sepertinya kau sedang mabuk tuan, baru saja kau mengucapkan hal konyol !" seru Irene lalu beranjak pergi namun tangan kekar dan besar Zean mencekal lengannya.
"Aku sungguh-sungguh bahkan aku sangat sadar saat ini" ucap Zean dengan tatapan serius.
Irene membalas tatapan Zean dengan tatapan dingin dan wajah datarnya.
"Maaf sebelumnya, boleh aku tau berapa usiamu?" tanya Irene sopan.
"27“
"Baiklah orang asing berjas yang terhormat, sepertinya kau salah menggoda gadis seusiaku. Aku baru genap berusia dua puluh dua tahun beberapa minggu yang lalu dan aku gadis baik-baik bukan seperti ****** yang bisa kau tiduri dengan hanya bermodalkan rayuan dan bayaran. Bahkan aku baru saja pindah ke kota ini beberapa jam yang lalu dan besok aku akan mulai melakukan interview di beberapa perusahaan" jelas Irene panjang lebar.
Zean hanya diam sambil menatap bibir gadis di depannya yang sedang bicara panjang lebar padanya tapi ia tak peduli. Jujur, Zean mengakui walau gadis ini terlihat biasa saja dan sederhana tapi ia memiliki aura yang kuat, gadis ini mampu memikatnya.
"Apa kau menolakku?" tanya Zean dengan suara serak yang terdengar begitu seksi.
"Iya benar, aku menolak mu!" seru Irene dan beranjak pergi, namun Zean segera menariknya hingga tubuh mereka berdekatan dan langsung mencium bibir gadis itu.
Sedari tadi itulah yang ingin Zean lakukan, ia tak bisa menahan lebih lama hanya dengan melihat bibir ramun gadis yang telah menarik perhatiannya sejak di night club tadi. Mungkinkah ini cinta pada pandang pertama?
Zean bisa dikatakan makhluk Tuhan paling sempurna di mata para gadis. Bagaimana tidak, rambut coklat gelap dengan alis tebal dan mata coklat yang tajam serta bentuk rahang yang terpahat indah mampu memikat setiap gadis hanya dengan menatap dan semua gadis akan takluk begitu saja, tapi tidak dengan gadis yang satu ini.
Zean mencium Irene begitu lembut namun gadis itu berusaha keras mendorong Zean untuk menjauh darinya dan,
PLAK !!! satu tamparan mendarat tepat di pipi Zean.
"Are you crazy, stranger?" Ucap Irene penuh emosi.
Zean menyentuh pipinya yang terasa perih akibat tamparan gadis itu. Ini adalah kali pertama ia mendapat tamparan dari seorang gadis, bahkan Zean tidak tau siapa nama gadis ini.
"Yess, I'm crazy !" jawab Zean.
Lalu Zean menarik gadis itu untuk menciumnya lagi namun dengan segera Irene menendang ******** pria asing itu dan berlari sekencang mungkin untuk menjauh dari orang asing gila itu.
Zean meringgis kesakitan.
"You such a crazy girl!!!" teriak Zean sambil mengacungkan jari tengahnya ke udara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
ouch main sosor kena tendang dech pusakanya 😄😄😄
2021-08-15
1
IKA 🌹SSC🌷💋plf
Irene keras kepala tapi juga bermartabat suka suka suka
2021-01-09
0
Conny Radiansyah
suka karakter Irene..
2021-01-07
0