Hai reader's sebelumnya terimakasih sudah memilih cerita Strangers in Love sebagai salah satu daftar bacaan kalian. Jangan lupa beri like dan komen ya, happy reading :)
.
.
.
.
.
Visual :
Irene Banner
Alice Banner
.
.
.
7 tahun kemudian
Tokyo, Japan.
Sudah tujuh tahun sejak insiden penembakan Irene Banner di Boston malam itu, Alice memutuskan untuk pindah ke Tokyo. Hingga saat ini ingatan gadis itu tidak ada perubahan, mungkin karena Alice Banner dan Irene Banner tidak tinggal di Boston lagi semenjak Irene keluar dari rumah sakit. Padahal dokter menyarankan agar Irene tetap tinggal di Boston karena dengan begitu ingatannya mungkin akan membaik jika dia mampu mengingat beberapa tempat yang mungkin pernah dia datangi di Boston. Tapi Alice memutuskan untuk pergi jauh meninggalkan Boston karena ia khawatir jika tiga pria itu masih mengejar Irene.
Alice adalah anak yatim piatu, diusianya yang ke delapan belas tahun ia harus merasakan kepedihan yang begitu hebat. Kedua orang tua Alice meninggal dalam sebuah insiden kecelakaan pesawat, sejak itu hidupnya berubah. Alice dapat bertahan hidup hingga sekarang karena warisan dari keluarga Banner yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan ia juga mampu menjalankan bisnis keluarga Banner.
Setelah insiden yang merenggut nyawa kedua orang tuanya, Alice sangat terpuruk bahkan ia sempat ingin bunuh diri. Dua tahun setelah kepergian orang tuanya, ketika Alice genap berusia dua puluh tahun ia menyelamatkan nyawa seorang gadis yang kini telah menemaninya selama tujuh tahun, yaitu Irene Banner. Semenjak Alice hidup bersama Irene semuanya menjadi berubah, pandangan hidup dan arah tujuan hidupnya pun lebih jelas dan pasti. Alice berhasil kembali menemukan arti hidup yang sesungguhnya dan hidupnya menjadi lebih berwarna. Terimakasih Irene.
"Oh c'mon Alice! Kau mengirimku untuk bekerja di Seoul ?" tanya Irene memastikan.
"Bukankah itu adalah impianmu? Kau sudah dewasa dan kau harus mewujudkan mimpimu. Dan aku juga harus kembali ke Boston karena bisnisku di sana" jelas Alice.
Irene menghela napas panjang lalu berjalan menuju balkon dan Alice mengikuti di belakang. Irene menatap langit dan menikmati hembusan angin yang menerpa wajah cantiknya.
"Aku tahu kau marah, kau selalu diam seperti ini ketika kau marah" ucap Alice sambil menatap Irene yang tak mau menatapnya balik.
Alice sangat mengenal Irene, gadis keras kepala dengan sifat cuek dan dingin itu.
Alice menyentuh pundak Irene lalu menatapnya dengan tatapan memelas.
"Irene, ku mohon menurutlah. Yang perlu kau lakukan hanya hidup bahagia, tinggal dan bekerjalah di Seoul. Aku pasti akan mengunjungimu sebulan sekali atau bahkan dua minggu sekali dan kau tidak sendiri di sana. Aku akan mengirimmu bersama beberapa orang suruhanku, kau akan aman di sana dari pada kau ikut denganku kembali ke Boston" jelas Alice panjang lebar tapi Irene cuek saja.
Alice menghela napas panjang lalu memejamkan mata sesaat untuk meredam emosi yang mulai memuncak. Berbicara dengan Irene tentang hal seperti ini tidaklah mudah, gadis itu keras kepala.
"Irene, aku sedang bicara! Tidak bisakah kau mendengarku!" ucap Alice tegas.
Irene memutar bola mata malas lalu menatap Alice kesal.
"Alice! Aku rasa Boston tidak terlalu menakutkan untukku lagi. Aku bisa bekerja di Boston, dan kau bisa mengurus bisnismu di sana tanpa kita harus berpisah. Aku tidak peduli lagi dengan mimpiku untuk bisa bekerja di Seoul, jika kita harus berpisah, aku tidak mau" jelas Irene.
Alice mengusap wajahnya kasar, benar-benar Irene gadis yang keras kepala.
"Tapi aku khawatir jika-"
"Jika ingatanku membaik dan menemukan keluargaku yang sebenarnya lalu aku akan pergi meninggalkanmu begitu saja?" potong Irene, seolah tahu apa yang sebenarnya Alice takutkan jika mereka kembali tinggal di Boston.
Alice hanya diam tertunduk, apa yang dikatakan Irene benar. Sebenarnya itulah alasan kenapa Alice tidak ingin Irene kembali ke Boston, selain alasan karena kekhawatirannya terhadap tiga pria asing itu. Sedikitpun tak pernah terlintas di pikiran Alice, apa jadinya jika kelak ingatan Irene kembali dan ia pergi meninggalkan Alice? Hidup Alice pasti akan sangat hancur dan kembali terpuruk seperti dulu ketika ia kehilangan orang tuanya.
Irene menatap Alice yang sibuk berkutat dengan pikirannya. Irene mendekat lalu memeluk Alice begitu erat. "Don't be afraid, you're my sister and no one can change that" bisik Irene.
Mendengar itu, Alice menangis dalam pelukan Irene. Ia begitu menyayangi adik angkatnya itu. Alice berjanji tak ada satupun orang di dunia ini yang bisa memisahkan mereka, selain kematian.
Alice menghela napas panjang lalu menghapus jejak air mata di pipinya.
"Okey. Kita akan kembali ke Boston hari ini juga" putus Alice.
🍂🍂🍂
Boston Logan International Airport 10.45 pm
"I miss this place" ucap Alice ketika mereka tiba di bandara.
"I hate this place" sahut Irene.
Alice langsung melempar tatapan dingin pada gadis itu. Irene hanya membalas tatapan dingin Alice dengan senyum tanpa dosa.
"Just kidding, ma sist" ucap Irene memeluk Alice.
Di depan sudah ada supir yang menanti kedatang mereka. Jujur, Irene sedikit merasa takut kembali ke kota ini mungkin karena efek dari ingatan masa lalunya yang kembali memutar bayang bayang ketakutan di malam yang gelap yang hampir menjadi saksi kematiannya.
Dan gadis itu mulai memikirkan, bagaimana ia akan menjalani hari-harinya di kota yang sangat ia takuti tujuh tahun yang lalu. Bahkan ingatan Irene sama sekali belum kembali, tidak ada yang ia kenal di kota ini selain Alice, kakak angkatnya.
"Aku akan merasa bosan karna tidak punya teman di Boston" keluh Irene.
Alice yang tengah sibuk membantu supir memasukan salah satu koper ke bagasi menghentikan kesibukannya lalu menatap Irene.
"Sebentar lagi kau akan bekerja jadi kau pasti memiliki banyak teman nantinya, jangan khawatir" hibur Alice.
Irene cemberut, lalu detik kemudian ia tersenyum seolah menemukan ide dalam pikirnya.
"Alice" panggil Irene dengan nada manja.
"Hm"
"Bisakah kau membiarkan aku pergi ke club barang sebentar? Aku benar-benar merasa sangat suntuk" pinta Irene dengan puppy eyesnya.
"No" ucap Alice tanpa pikir panjang.
Irene langsung memeluk Alice sambil merengek kecil.
"Ayolaaaa, Alice! Ijinkan aku pergi ke club, sebentar saja, ya, ya" rengeknya.
Sedangkan semua perhatian di lobby bandara itu tertuju pada mereka. Alice bisa merasakan mereka menjadi pusat perhatian karena tingkah kekanak-kanakan Irene.
"Irene, dengar! Kita baru saja sampai apa kau tidak lelah? Lagi pula ini sudah larut mal-"
"Aku berjanji, hanya sebentar. Kau bisa menelponku jika aku lewat dari dua jam" potong Irene cepat, jika ia tidak memotong pembicaraan Alice sudah pasti kakak angkatnya itu akan mengoceh sepanjang sungai nil.
Alice yang mulai risih dengan tingkah adiknya itu, akhirnya mengalah dan mengijinkannya pergi ke club.
"Baiklah, gunakan mobil ini dan aku akan naik tax-"
"Terimakasih, Alice!!" potong Irene cepat lalu masuk ke mobil, pergi meninggalkan Alice dan supirnya yang masih berdiri mematung dengan satu koper milik Alice yang belum ia masukan ke bagasi mobil.
Irene memang keras kepala dan pintar merengek, dua sifat inilah yang tak mampu Alice taklukan dari adik angkatnya itu. Namun, semenyebalkan apapun Irene, Alice tetap menyayanginya bahkan sangat menyayangi adik angkatnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Fira Ummu Arfi
semangattttt kakkk
salam ASIYAH AKHIR ZAMAN 💃💃💃💃💃
2021-03-20
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat..
semangat..
like ya😘
2021-01-23
0
IKA 🌹SSC🌷💋plf
Alice kka yg baik, Irene adek yg keras kepala
2021-01-09
0