Bab 3

"Tenang dulu, Yu. Kita bicarakan semua ini baik-baik. Semua masalah pasti ada jalan keluar." Mama Dio mencoba menenangkanku yang sejak tadi hanya menangis saja.

Sial. Apes. Malang. Itu yang aku rasakan saat ini. Kenapa hal ini harus terjadi padaku? Apa yang harus kukatakan pada kedua orang tuaku nanti?

"Yu. Om selaku Papa Dio minta maaf sama Ayu atas apa yang Dio telah lakukan. Om tau maaf dari Om tidak akan mengembalikan segalanya seperti semula. Namun satu yang pasti, Om akan memastikan Dio mempertanggungjawabkan semua perbuatannya sama kamu. Pasti!" Papa Dio yang sejak tadi diam menyaksikanku menangis akhirnya angkat bicara.

"Dio! Cepat mandi dan ganti bajumu sana! Kita ke rumah Ayu sekarang. Pertanggungjawabkan perbuatanmu hari ini!" perintah Papa Dio.

"Tapi Pa..." Dio masih berusaha mengelaknya.

"CEPAT! SEKARANG!" teriak Papa Dio.

Melihat Papanya yang sudah mulai keluar tanduk saking marahnya, Dio langsung berlari ke kamar mandi. Ia tidak mau kena gampar kedua kalinya. Wajahnya masih perih.

*****

Dio

Agdio Permana Putra. Anak satu-satunya keluarga Bapak Putra Laksana, pengusaha ekspor impor kelapa sawit yang lumayan besar di Indonesia.

Sejak kecil, Bapak Putra mendidik Dio dengan sangat disiplin. Sekolah pun mengikuti yang diperintahkan Bapaknya. Otoriter.

Sebagai seorang anak tunggal dari keluarga terpandang, Dio harus mengikuti semua perintah Papanya. Harus.

Jangan dipikir dengan menjadi anak keluarga pengusaha terkenal hidup Dio bergelimang harta. Tidak seperti itu. Papa Dio bahkan menyuruh anaknya bekerja sebagai staff biasa di salah satu anak perusahaannya.

Dengan gaji layaknya kacung kampret, Dio menerima saja takdir hidupnya. Keinginannya untuk menjadi seorang pengusaha furniture home industri harus Ia singkirkan dahulu. Ia harus mengumpulkan modal untuk memulai usahanya tersebut karena itulah Ia tetap bekerja di perusahaan Papanya.

Beruntung Papanya masih baik dan mengijinkannya tinggal di apartemen miliknya. Dengan tinggal sendiri Dio lebih bisa bernafas lega. Ia bisa lebih menikmati hidupnya tidak tinggal dibawah tekanan seperti dulu.

Menjadi kacung kampret di perusahaan Papanya sendiri tanpa ada seorang pun yang mengenali kalau dirinya adalah anak dari pemilik perusahaan. Perlakuan atasannya dan seniornya yang memuakkan membuatnya ingin memblow up statusnya yang sebagai anak pemilik perusahaan.

Tapi teringat ancaman Papanya jika statusnya sampai diketahui oleh orang lain maka Ia akan batal menjadi pewaris perusahaan. Lalu cita-citanya membuat showroom furniture terbesar akan gagal karena tidak ada modal. Terpaksalah Ia menerima perlakuan semena-mena atasannya demi mewujudkan cita-citanya tersebut.

Dio habis diomeli atasannya habis-habisan. Ancaman akan menerima surat teguran membuat pikirannya mumet. Pulang kerja tak tahu apa yang harus dilakukannya lagi. Ia pun mandi dan pergi ke diskotek dekat apartemennya tinggal.

Dentuman musik kencang membuat pikirannya lebih rilexs. Ia tidak suka turun ke lantai diskotek. Ia hanya menikmati para pencari hiburan menghibur dirinya dengan berjoget bebas.

Dio mencari kursi kosong namun karena jumat malam banyak karyawan yang datang sepulang kerja, diskotek lebih ramai dari hari biasanya. Mata Dio melihat ada kursi kosong di samping seorang gadis bergaun merah maroon.

Ia tidak ada niat sekalipun menggoda gadis tersebut. Dalam pikirannya tidak ada wanita baik-baik yang akan main ke diskotek. Kuno memang pemikirannya tapi biarlah toh itu haknya sendiri mau berpikir apa.

Dio berjalan menghampiri gadis bergaun merah maroon itu.

"Aku boleh duduk disini?" tanya Dio terlebih dahulu sebagai bentuk sopan santun. Takutnya gadis itu datang dengan pacarnya. Ia tidak mau menambah masalah dengan menggoda pacar orang lain.

"Iya. Silahkan." jawab gadis itu.

Cantik. Bukan gadis cantik seperti model atau pacarnya Stella. Gadis ini cantik namun enak dilihat dan tidak ngebosenin jika dipandang lama-lama.

"Aku traktir kamu ya. Kan kamu udah bolehin aku duduk disini." Dio merasa Ia harus membalas kebaikan gadis itu dengan membiarkannya duduk di sampingnya. Susah mencari kursi kosong. Daripada terus berdiri lebih baik Ia duduk saja. Dio lalu memesan dua buah minuman yang dulu biasa Ia minum kalau main ke diskotek.

"Aku Dio." Dio pun mulai memperkenalkan dirinya. Tidak ada salahnya kan kenalan dengan gadis cantik?

"Ayu." jawab gadis itu sambil menyambut uluran tangan Dio.

"Sendirian aja?" Dio mulai mencari tahu apakah gadis itu bersama pacarnya atau tidak. Jika bersama pacarnya Dio akan langsung mundur. Ia tidak mau mencari ribut karena dikira menggoda pacar orang. Bukan tidak berani tapi malunya itu loh. Uhh...

"Gak kok. Sama teman satu team."

Oh jadi Dia pergi sama teman-teman kantornya. Orang kantoran ternyata. Gak kaget juga sih. Hari jumat malam memang banyak orang kantoran yang clubbing sepulang kerja.

"Kenapa gak gabung sama teman-teman kamu? Malah asyik mojok disini." komentar Dio lagi.

"Aku gak suka dance gitu. Lebih baik liatin aja dari jauh. Kamu sendiri sendirian aja?" gadis itu mulai bertanya balik tentang Dio.

"Iya. Lagi ngilangin bete aja." minuman yang dipesan Dio pun datang. Dio lalu memberikannya segelas pada Ayu.

Ayu meminum minuman yang Dio berikan. Sepertinya Ia lebih menyukai minuman pesanan Dio dibanding jus yang Ia pesan tadi. "Mau lagi?" Dio menawarkan lagi minuman yang sama. Ayu pun mengangguk. Dio memesankan lagi minuman tadi untuk dirinya sendiri dan Ayu.

"Oh. Biasa kesini kalau bete?" tanya Ayu pada Dio.

"Kalau dulu Ia. Sekarang sudah tidak. Sudah makin tua makin males clubbing." jawab Dio dengan jujur. Dio sudah 28 tahun. Sudah terlalu tua menurut Dio kalau sering ke diskotek.

Dio dan Ayu sama-sama menikmati minuman mereka. Tanpa sadar sudah beberapa gelas yang mereka habiskan. Dio mulai mabuk. Ayu malah sudah sejak tadi mabuk dan menaruh kepalanya di meja.

"Hei.. Yu.. bangun..." Dio menggoyangkan bahu Ayu namun Ayu tidak bergeming.

"Hmm..." jawaban Ayu hanya itu saja.

"Kamu pulang sama siapa? Mana teman team kamu?" Dio menggoyangkan bahu Ayu lagi.

Tangan Ayu menunnjuk ke atas. Menunjuk ke segala arah. Kepalanya pun diangkat dari meja. "Itu....itu....itu... semuanya teman Ayu. he...he..."

"Aduh gawat, Dia mabuk lagi. Gimana antar pulangnya nih? Mana rame banget. Nyari temennya dimana?" gumam Dio. Dia pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal berharap masalahnya berkurang saat Ia menggaruk kepalanya.

Dio lalu menopang tubuh Ayu. Untunglah Ia tidak begitu mabuk. Ia membawa Ayu keluar dari diskotek. Ia memesan taksi dan naik taksi bersama Ayu.

"Rumah kamu dimana Yu?" tak ada jawaban. Tidak mau membiarkan supir taksi menunggu lama, Dio pun memberikan alamat apartemennya sebagai rute mereka.

Ayu masih bersandar di dada Dio. Sesekali tangannya mengelus lembut dada Dio seperti mengelus seorang bayi. Bagi Ayu yang mabuk mungkin sedang membayangkan meninabobkkan anak bayi. Namun bagi Dio yang seorang laki-laki normal itu sama saja membangunkan macan tidur.

Taksi pun berhenti di lobby apartemen. Setelah membayar taksi, Dio pun menopang tubuh Ayu dan masuk ke dalam apartemennya.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kasihan sekali Dio,kalo dunia nyata mah gak juga segitu kejamnya Ortu terhadap anaknya,..

2023-09-29

0

𝐙⃝🦜 𝐙𝐈𝐅𝐄𝐈

𝐙⃝🦜 𝐙𝐈𝐅𝐄𝐈

ga bosen baca berulang ulang

2023-09-29

0

Telik sandi Megantara

Telik sandi Megantara

aslinya anak² yg manis

2023-09-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Attention
25 Bab 24
26 Bab 25
27 Bab 26
28 Bab 27
29 Bab 28
30 Bab 29
31 Bab 30
32 Bab 31
33 Bab 32
34 Bab 33
35 Bab 34
36 Bab 35
37 Bab 36
38 Bab 37
39 Bab 38
40 Bab 39
41 Bab 40
42 Bab 41
43 Bab 42
44 Bab 43
45 Bab 44
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 Bab 48
50 Bab 49
51 Bab 50
52 Bab 51
53 Bab 52
54 Bab 53
55 Bab 54
56 Bab 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 Bab 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Epilog
103 Epilog
104 Epilog
105 Bermuka Dua
106 Cinta Setelah Perceraian
107 Delima
108 Novel Baru
109 JENAKA
110 Novel Selanjutnya
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Attention
25
Bab 24
26
Bab 25
27
Bab 26
28
Bab 27
29
Bab 28
30
Bab 29
31
Bab 30
32
Bab 31
33
Bab 32
34
Bab 33
35
Bab 34
36
Bab 35
37
Bab 36
38
Bab 37
39
Bab 38
40
Bab 39
41
Bab 40
42
Bab 41
43
Bab 42
44
Bab 43
45
Bab 44
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
Bab 48
50
Bab 49
51
Bab 50
52
Bab 51
53
Bab 52
54
Bab 53
55
Bab 54
56
Bab 55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
Bab 62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Epilog
103
Epilog
104
Epilog
105
Bermuka Dua
106
Cinta Setelah Perceraian
107
Delima
108
Novel Baru
109
JENAKA
110
Novel Selanjutnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!