Pagi hari menyapa, lalu lalang kendaraan mulai terlihat ramai. Bus-bus sekolah sudah kembali terparkir di halaman sekolah, pertanda sang supir sudah selesai menjalankan tugasnya.
Taani melangkahkan kaki menuju kantor tempat nya bekerja. Oh bukan, lebih tepatnya kantor tempat ayahnya bekerja. Ia hanya menggantikan pekerjaan selama beliau di rumah sakit.
Sungguh baik hati sang pemilik perusahaan itu.
"An." Suara pria yang sudah tidak asing terdengar, berhasil membuat langkah kakinya terhenti.
Ya Tuhan, tolong jangan sekarang.
"Bagaimana keadaan Ayahmu?" Pria itu kembali bersuara saat posisi keduanya sudah berdekatan.
Taani berdehem, kemudian menatap lawan bicaranya.
"Sudah lumayan membaik."
"Syukurlah, sore ini saya tidak ada lembur. Apa kau mau ikut bersamaku ke rumah sakit?"
Taani memicingkan mata, ujung bibirnya sedikit berkedut, ingin sekali ia mengumpat laki-laki di hadapannya ini. Menumpahkan segala kekesalannya.
"An.."
"Tidak, aku harus pulang ke rumah."
"Baik, apa ada sesuatu yang ingin kau tanyakan?" Pria itu bertanya saat melihat raut wajah Taani yang masam.
"Tidak ada, aku harus ke ruangan ku sekarang." Taani berbalik, dan meninggalkan pria yang masih berdiri menatapnya.
Apa apaan, kenapa sepagi ini aku harus bertemu dengannya. Membuat mood ku berantakan saja!
Dan, Oh ya Tuhan. Lihat kemeja kebesarannya, apa dia tidak punya kemeja yang pas di tubuhnya.
***
Rizwan Aditya.
laki-laki kebanggaan ayahnya Taani
Sejak kecil Rizwan hidup di panti asuhan yang selalu dikunjungi ayah Taani di sore hari ketika akhir pekan.
Dibesarkan di panti asuhan, menjadikan Rizwan laki-laki yang pekerja keras.
Ayah Taani mengenal Rizwan dari kecil, bahkan sebelum ia lahir.
Ini pertemuan kedua kalinya. Setelah tiga hari kemarin keduanya bertemu di rumah sakit tempat Ayah Taani di rawat.Tentu dengan ketidaksengajaan.
Oh tidak, pertemuan kedua hanya untuk Taani, karena jauh sebelum Taani tumbuh menjadi seorang gadis cantik, ada pria pendiam yang hanya berani menatapnya dari kejauhan.
Meski sudah satu bulan Taani bekerja di satu perusahaan yang sama dengannya tak membuat keduanya bertemu,
atau lebih tepatnya Taani yang selalu menghindar.
Karena Taani benci laki-laki yang sering di banggakan ayahnya.
****
Sore harinya, Rizwan berjalan menyusuri lorong rumah sakit, menuju kamar tempat ayah Taani di rawat.
Rizwan terdiam mematung di depan pintu kamar rumah sakit, mengintip di balik kaca pintu. Dengan hati yang terus berharap semoga pria yang sedang berbaring itu selalu baik baik saja.
Mendengar suara pintu terbuka, Ayah Taani menoleh, seketika senyum tercetak di wajah pucat nya.
"Riz.." Suara ayah Taani terdengar parau.
"Kemarilah."
Rizwan berjalan mendekati ranjang rumah sakit.
"Kemari, mendekat lah!" Menepuk pinggiran kasur, tempatnya berbaring.
Rizwan beranjak untuk duduk di kursi yang menghadap langsung pada pria tua yang tengah terbaring lemah itu.
"Bagaimana pekerjaan mu di kantor."?
"Baik pak, semuanya baik baik saja." Rizwan meraih tangan laki-laki berharga dalam hidupnya untuk ia genggam.
Ya Tuhan, kenapa waktu terasa begitu cepat, perasannya seperti baru kemarin Rizwan asyik bercerita tentang kenakalan Dika sahabatnya di panti, atau tentang buku-buku yang di bacanya.
Rizwan akan selalu menceritakan segala hal yang terjadi dalam satu pekan di panti ketika Ayahnya Taani berkunjung.
"Geet will soon, Ayolah Bapak terlihat jelek kalau sakit." Rizwan terkekeh, berusaha menyembunyikan sesak di dadanya.
Hening.
Hanya bunyi monitor ICU yang terdengar berbunyi.
"Kau sudah bertemu dengannya bukan, apakah dia cantik? dia gadis pemalas, tapi dengan bodohnya kantor itu mau menerimanya bekerja." Pria tua itu terkekeh, menggenggam tangan pemuda yang tengah duduk menatapnya.
"Tapi, hanya gadis pemalas itu harta berharga yang aku punya." Tersenyum saat wajah Taani terbayang.
"Tapi dia bisa memasak, meski empat hari yang lalu dia memasak sayur asam yang terasa seperti sayur basi."
"Dia gadis yang baik." Puji Rizwan, meski ia tahu gadis itu tidak menyukainya.
"Menikahlah dengan Taani, agar Bapak bisa pergi dengan tenang, setelah memastikannya hidup dengan baik bersamamu."
Rizwan hanya tertunduk dalam.
Untuk kesekian kalinya laki-laki paruh baya ini memintanya untuk menikahi gadis yang benar-benar membencinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Venny
menarik
2022-07-23
0
Syarifah Renny
sedih banget😭😭😭
2020-12-20
1
Afifa Afifauzma
nyesek thor...😭😭😭😭
lanjut....
2020-10-05
2