"Bapak?" Nanas berjalan ke arah Anthony walaupun ragu karena pria itu hampir saja merenggut kehormatannya tadi. "Bapak kenapa?"
"KENAPA GAK BISA BERDIRI!" teriak Anthony, keringat di wajahnya semakin deras membuat rambutnya basah kuyup.
Nanas berpikir sejenak, dia melirik jam digital yang ada di ruangan itu, sudah jam sebelas malam, dan kantor benar-benar kosong sekarang, mungkin hanya ada mereka berdua dan juga Pihak keamanan di luar sana.
"Kita harus ke rumah sakit, Pak!" Nanas meraih sebuah jas yang dia yakini milik Anthony, kondisi bajunya yang robek tadi tidak memungkinkan untuk tampil di depan umum sehingga membuat Nanas memakai jas itu untuk menutupi badannya.
Nanas juga meraih kemeja dan celana panjang milik Anthony untuk dia pakaikan ke pria berusia Tiga Puluh Delapan tahun itu.
Nanas membangunkan Anthony ke posisi duduk agar dia bisa memakaikan Anthony kemejanya. "Sabar yah, Pak!"
"Ini hari ulang tahun saya! Pertama tidak ada yang peduli dengan saya, yang kedua kenapa saya harus mengalami hal ini, saya ini Pria!"
Nanas terdiam, dia tidak tahu kalau ini adalah hari ulang Tahun Boss-nya juga, tidak ada yang peduli, Nanas tidak yakin dengan kalimat Anthony tadi.
"Kenapa!"
Nanas tidak menjawab, dia fokus mengancing kemeja Anthony kemudian meraih celana Anthony dan memakaikannya, Nanas tidak bisa mengelak lagi, dia bisa melihat aset Anthony, harusnya dengan kondisi Anthony yang tengah overdosis obat perangsang, aset itu sudah bereaksi tapi ini tidak sama sekali.
"Tidak ada yang peduli dengan saya, kamu paham gak!"
"Saya peduli kok, Pak, gausah pikirin apa yang terjadi dengan kehidupan kita Pak, biarin aja gak ada yang peduli dengan detail kehidupan kita, kan kita yang menjalani, bahagia itu mudah, bahagia hanya perlu dirasakan tanpa harus dicari," ujar Nanas memapah tubuh Anthony untuk berdiri.
Anthony tidak menjawab, Napas Anthony semakin memburu, Nanas merasakan bahwa Anthony mengalami overdosis karena dia menelan enam pil sekaligus untuk dirinya dan ini menyerang pernapasan Anthony.
"Kita, harus ke kamar mandi, Pak!" ujar Nanas memapah tubuh Anthony menuju kamar mandi didalam ruangan itu, Nanas harus memberikan pertolongan pertama kepada Anthony, kini mereka berdua sudah berada di dalam kamar mandi, Nanas segera menyalakan Wastafel yang membuat keran air disana mengeluarkan air yang dingin.
"Maaf yah, Pak!" Nanas mengarahkan kepala Anthony ke wastafel itu agar terendam oleh air dingin, setidaknya agar Anthony tidak kehilangan kesadarannya.
Cukup lama Nanas melakukan itu sampai Anthony tiba-tiba memberontak yang membuat mereka berdua terjatuh ke lantai ke kamar mandi.
"A-apa yang terjadi?" bisik Anthony pada Nanas karena mereka berdiri terjatuh dalam kondisi Nanas menindih Anthony.
Nanas segera bangkit, Napas Anthony masih memburu tapi dia sudah bisa mengawal emosinya. "Kamu?"
"Nanti saya jelaskan, Pak, kita harus segera ke rumah sakit," jawab Nanas kembali memapah tubuh Anthony untuk berdiri.
Anthony tidak menjawab, badannya yang lemas hanya bisa pasrah di papah oleh Nanas berjalan menuju keluar dari gedung kantor ini.
"Kenapa kamu melakukan ini, biarkan saja saya mati disana," bisik Anthony kepada Nanas.
"Bapak tuh Gila," jawab Nanas kembali memapah tubuh Anthony dan terus berjalan.
Anthony menyandarkan kepalanya di bahu Nanas kemudian mengatur napasnya. "Biarin aja saya mati, gak ada yang peduli dengan saya!"
"Banyak Pak, Bapak gak boleh berpikir kalau Bapak harus mati," jawab Nanas pelan.
"Apa yang sudah saya lakukan sama kamu?"
Nanas tidak menjawab, dia mendudukkan Anthony di sebuah kursi saat mereka sudah sampai di luar gedung, Nanas berusaha mencari satpam disana tapi tidak menemukan siapapun disana.
"Bapak tunggu disini yah, saya nyari bantuan duiu!"
"Biarin aja saya mati, kenapa harus repot-repot," jawab Anthony lemas.
Nanas tidak meributkan soal itu, keinginan mati dan semacamnya, dia tidak peduli dengan hal ini, seberat apasih cobaan hidup dari orang kaya seperti Anthony itu.
Nanas kembali ke kursi Anthony, dia tidak menemukan bantuan apapun sehingga membuat Nanas berpikir untuk membawa Anthony ke rumah sakit dengan motornya.
"Bapak tahan yah, kita naik motor saya aja ke rumah sakitnya," ujar Nanas memapah tubuh Anthony ke arah motornya, sesampainya disana Nanas langsung memakaikan helm yang biasa dia pakai kepada Anthony.
Dengan hati-hati Nanas, mengendarai motor itu dengan kondisi membonceng Anthony, Anthony yang pasrah hanya bisa menyandarkan kepalanya di bahu Nanas sementara Nanas memegang kedua tangan Anthony agar tetap melingkar di pinggangnya menggunakan tangan kiri sedangkan tangan kanannya menjaga gas motor.
•
•
•
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Afternoon Honey
impoten....
2023-10-10
0
Natha
wahhh... Aset Anthony Thor?🤔
Aset kan terbagi 2.. bergerak dan tidak bergerak... trus aset sibosasuk kategori mana Thor?🤔🤣🤣✌️
2023-10-03
3
Mey-mey89
...
2023-09-13
1