"Selamat datang, Tuan Muda."
Beberapa pelayan berjajar dan membungkuk menyambut kedatangan Tuan Mudanya. Hal itu merupakan rutinitas wajib yang selalu mereka lakukan ketika Tuan Mudanya tiba di rumah.
"Paman Hong, Di mana Papa?" tanya pemuda itu pada sang kepala pelayan yang turut menyambut kepulangannya.
"Beliau ada di kamarnya, Tuan Muda." Jawab paruh baya itu sambil membungkuk tipis. Dan dia pergi begitu saja setelah mendapatkan jawaban dari Marcus Hong.
Sammy Lim, dia adalah seorang Tuan Muda dari keluarga Lim. Dia putra sulung di keluarga Lim dan calon pewaris utama, dia juga digadang-gadang akan menggantikan posisi Ayahnya sebagai CEO di Lim Group ketika Lim Dan turun jabatan.
Sammy memiliki sifat yang sombong, arogan dan suka pamer. Dia juga suka membuat keributan dan mencari masalah dengan orang lain. Beberapa kali dia terlibat skandal dengan para model terkenal. Namun karena keluarganya memiliki kekuasaan, maka semua skandalnya hilang begitu saja.
"Pa, apa kau sudah melamar perempuan itu untukku?" tanya Sammy tanpa basa-bas.
Lim Dan menggeleng. Dia bangkit dari kursinya lalu menghampiri sang putra. "Belum. Kita tidak bisa melamar gadis itu, kau cari gadis lain saja." Jawab Tuan Lim dan membuat Sammy terkejut.
"Apa Papa bilang? Kenapa kita tidak bisa melamarnya, apa dia telah memiliki suami? Jika iya, buat mereka berpisah dan kemudian paksa keluarganya untuk menerima pinangan kita. Karena aku hanya mau dia, bukan yang lainnya!!" ucap Sammy menegaskan.
"Masalahnya saingan kita sangat berat, dan kita tidak mungkin bisa menang jika bersaing dengannya. Papa, tidak mau ambil resiko dan membahayakan perusahaan. Jadi urungkan saja keinginanmu untuk menikahi perempuan itu!!" ujar Tuan Lim menegaskan.
Sammy menggeleng. "Tidak bisa!! Memangnya siapa saingan kita sampai-sampai Papa begitu ketakutan?" tanya Sammy penasaran.
"Keluarga Qin. Tuan Qin , datang melamar gadis itu untuk cucunya. Jika bukan mereka, Papa pasti mencari cara supaya kau bisa menikahi gadis itu. Tetapi karena saingan kita adalah Keluarga Qin, maka Papa memilih untuk mundur. Papa, tidak ingin kehilangan semua kontrak kerja sama dengan keluarga Qin lalu menghancurkan hubungan baik keluarga kita dengan mereka. Jadi kubur dalam-dalam keinginanmu untuk meminang gadis itu." Pinta Tuan Lim dengan tegas. Dia memberitahu Sammy alasannya menolak untuk melamar gadis pilihan putranya.
Gyuttt...
Sammy mengepalkan tangannya. Lagi-lagi karena Keluarga Qin. Memang apa hebatnya mereka, sampai-sampai semua orang begitu menghormati mereka. Sammy tidak akan menyerah, dia pasti akan mendapatkan gadis itu bagaimana pun caranya. Dia tidak akan kalah dari keluarga Qin yang hebat itu.
"Baik, Pa. Aku tahu." Kemudian Sammy beranjak dari hadapan ayahnya dan pergi begitu saja.
xxx
Jam dinding sudah menunjuk angka 24.00 tengah malam. Tetapi Kakek Qin masih saja terjaga, dia sedang menunggu kepulangan cucu tercintanya yang pastinya adalah Lucas. Dia tidak tahu kemana perginya cucu kesayangannya tersebut, sampai-sampai dia belum pulang sampai sekarang.
"Aish, ponselnya malah tidak bisa dihubungi." Keluh Kakek Qin. "Bikin orang cemas saja." Ucap Kakek Qin menambahkan.
Tiba-tiba terdengar deru suara mobil memasuki halaman. Kakek Qin buru-buru keluar untuk melihat siapa yang pulang, benar Lucas atau bukan. Dan kakek Qin bisa menghela nafas lega, melihat cucunya pulang dalam keadaan baik-baik saja.
"Apa yang sedang Kakek lakukan di sini? Kenapa belum tidur?" tanya Lucas saat tiba di depan Kakeknya. Alhasil satu jitakkan mendarat mulus di kepala berhelain Blonde miliknya. "Ck, kenapa malah menjitak ku?!" keluh Lucas sambil mengusap kepalanya yang baru saja dijitak oleh Kakeknya.
"Dasar bocah ini!! Jelas-jelas Kakek di sini karena menunggumu, kenapa kau hobi sekali membuat orang tua khawatir? Apa kau tahu berapa kali Kakek bolak-balik cuma untuk melihatmu sudah pulang atau belum, apalagi ponselmu tidak bisa dihubungi." Celetuk Kakek Qin panjang lebar.
Lucas menghela napas panjang. "Ponselku habis batre. Sebaiknya Kakek cepat masuk dan istirahat. Aku juga mau istirahat," Lucas menepuk bahu Kakeknya dan pergi begitu saja.
Kakek Qin berbalik badan dan menatap kepergian Lucas dengan sebal. Pria tua itu menghela napas, menghadapi sikap cucunya itu memang membutuhkan kesabaran ekstra. Dan sering kali Lucas membuatnya naik darah. Untung saja dia tidak memiliki tekanan darah tinggi.
xxx
Hari yang masih pagi. Namun orang-orang telah sibuk berlalu lalang dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ada yang bertugas menyiapkan sarapan, membersihkan seluruh ruangan, merawat bunga-bunga di taman dan masih banyak lagi.
Seorang pria akhir empat puluh tahunan dalam balutan setelan jas rapi menuruni tangga dan berjalan menuju meja makan. Seorang pelayan segera membungkuk mengucapkan selamat pagi padanya.
"Selamat pagi, Tuan Besar. Sarapan sudah siap." Ucap pelayan tersebut.
"Di mana, Jesslyn? Apa dia masih belum bangun?" tanya Tuan Valentino.
Pelayan itu menggeleng. "Sepertinya belum, Tuan Besar. Saya akan melihatnya," ucap pelayan itu dan di balas anggukan oleh Tuan Valentino. Dia akan menunggu Jesslyn di meja makan sambil menikmati kopinya.
"Tidak perlu, aku sudah bangun." Sahut seseorang dari belakang. Tuan Valentino dan pelayan itu sama-sama menoleh dan mendapati Jesslyn menuruni tangga. "Pagi, Pa." Sapanya setelah tiba di depan ayahnya.
"Pagi juga, Sayang. Ayo sarapan," ucap Hans Valentino dan dibalas anggukan oleh Jesslyn.
Keheningan menyelimuti kebersamaan ayah dan anak tersebut. Sejak kepergian Ibunya, Jesslyn memang menjadi agak pendiam dan jarang bicara. Dia hanya bicara seperlunya saja , bahkan itu pada ayahnya sendiri. Dia memang sudah tidak sedih lagi seperti hari-hari sebelumnya, tapi duka kehilangan masih terlihat jelas dari kedua matanya.
Jesslyn mengangkat wajahnya dan menatap sang ayah dengan bingung. "Ada apa , Pa? Kenapa kau terlihat gelisah? Apa terjadi sesuatu?" tanya Jesslyn melihat kebimbangan di mata ayahnya.
Tuan Valentino bingung bagaimana harus mengatakannya pada Jesslyn jika Tuan Qin datang untuk melamarnya. "Kenapa diam saja, Pa? Memangnya ada apa?" tanya Jesslyn sekali lagi.
"Jess, Tuan Qin datang menemui Papa." Ucap Tuan Valentino.
Jesslyn memicingkan matanya. "Terus?" dia bertanya dengan bingung.
"Dia datang untuk melamar mu. Tuan Qin, ingin supaya kau menjadi cucu menantunya." Jawab Hans Valentino sambil menutup rapat-rapat matanya.
"Aku tidak mau!!" Jesslyn menjawab cepat. "Aku masih belum siap untuk menikah apalagi berumah tangga. Jadi sebaiknya Papa tolak saja," ucap Jesslyn menambahkan.
Tuan Valentino mengigit bibir bawahnya. Dia sudah memperkirakan bila Jesslyn akan langsung menolaknya. Tuan Valentino dilanda kebimbangan. Di satu sisi dia tidak ingin memaksa Jesslyn, tapi disisi lain dia tidak ingin mengecewakan Kakek Qin yang notabenenya adalah sahabat baik dari mendiang ayahnya.
Sepertinya Tuan Valentino harus memutar otak dan mencari cara supaya Jesslyn mau menerima pinangan tersebut.
"Baiklah, Papa akan menolaknya."
xxx
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments