Gadis Di Lampu Merah

Memandangi langit menjadi rutinitas wajib yang akhir-akhir ini selalu Jesslyn lakukan setiap malam, memang tak ada yang salah dengan kegiatan itu. Namun akan berbeda ketika kegiatan itu dilakukannya di tengah malam dan dengan waktu lama hingga berjam-jam.

Jesslyn menatap langit malam salam diam. Angin yang berhembus pelan membelai rambut panjangnya yang terurai, bahkan tidak dia hiraukan rasa dingin yang menusuk hingga ke sum-sum tulangnya.

Tak ada ekspresi pada wajah cantiknya, hanya ada kerinduan serta kesediaan yang terpancar pada mata itu. Jesslyn menutup matanya dan kenangan bersama ibunya kembali berputar di ingatannya.

Flashback:

"Ma, bagaimana menurut Mama? Pantas tidak aku memakai gaun ini?"

Jesslyn berputar di depan ibunya dan meminta pendapatnya perihal gaun yang melekat di tubuhnya. Ibu dan anak itu sedang berada di boutique langganan mereka, sebentar lagi ulang tahun Jesslyn yang ke dua lima dan mereka sedang mencari gaun yang akan dia pakai pada hari jadinya.

Nyonya Valencia tersenyum dan memuji penampilan Jesslyn yang tampak sempurna dalam balutan gaun tersebut. "Perfek. Dari semua gaun yang sudah kau coba, menurut Mama ini yang paling pas dan cocok untukmu. Mama, suka gaun yang ini. Kita ambil yang ini saja." Ucap Nyonya Valencia dan dibalas anggukan oleh Jesslyn.

"Oke, Ma." Jawab Jesslyn sambil tersenyum lebar.

Setelah mengganti gaun itu dengan dress yang dia pakai sebelumnya, kemudian mereka berdua membawa gaun itu ke kasir. "Setelah ini kita pergi ke mana lagi, Ma? Atau sebaiknya kita makan siang? Aku lapar," rengek Jesslyn sambil memegangi perutnya yang keroncongan.

"Boleh juga, kebetulan sebentar lagi sudah masuk jam makan siang." Jawab Nyonya Valencia sambil menganggukkan kepala.

Jesslyn menghentikan langkahnya begitupula dengan Nyonya Valencia ketika mereka melihat orang-orang berkerumun diseberang jalan. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, tetapi sepertinya baru terjadi kecelakaan. Karena penasaran, Jesslyn bertanya pada seorang pria setengah baya yang baru dari sana.

"Paman, maaf mengganggu. Memangnya apa yang terjadi di sana?" tanya Jesslyn penasaran.

"Oh itu, seorang wanita tewas setelah menyelamatkan putrinya yang nyaris menjadi korban tabrak lagi." Jawab pria itu dan pergi begitu saja.

Sontak Jesslyn menoleh dan menatap kerumunan tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan. Hatinya tiba-tiba berdenyut sakit, dia membayangkan jika dirinya yang berada diposisi si anak. Lalu pandangannya bergulir pada Ibunya.

"Ma, berjanjilah kepadaku jika kau tidak akan meninggalkanku apa pun yang terjadi." Ucap Jesslyn pada ibunya.

Nyonya Valencia menggenggam mengusap rambut panjang Jesslyn yang terurai sambil menggelengkan kepala. "Tentu saja tidak, mana mungkin Mama tega meninggalkanmu. Kita akan bersama terus sampai kau memiliki anak dan cucu, Mama janji." Ujar Nyonya Valencia dan membuat senyum Jesslyn mengembang lebar.

Jesslyn berhambur memeluk ibunya. "terima kasih, Ma. Dan Mama harus menepati janji itu." Ucap Jesslyn sambil mengerutkan pelukannya.

Nyonya Valencia tersenyum. Dia mengangkat kedua tangannya lalu membalas pelukan putrinya. "Baiklah, Mama janji."

Flashback End:

Jesslyn membuka kembali matanya yang sebelumnya tertutup dan menghela napas. Cairan-cairan bening tampak bercucuran dari pelupuk matanya dan membasahi wajah cantiknya. Gadis itu mendongakkan kepalanya dan menatap langit malam.

"Kau bohong, Ma. Kenapa Mama tidak menepati janji itu? Mama, malah pergi dan meninggalkanku. Ini tidak adil bagiku, Ma. Ini benar-benar tidak adil." Lirih Jesslyn dengan suara parau.

Jesslyn masih belum bisa merelakan kepergian ibunya. Wanita itu begitu cepat meninggalkannya, padahal dia sudah berjanji akan menemaninya sampai dirinya memiliki anak dan cucu. Tapi kenyataannya apa, dia malah meninggalkannya.

Jesslyn menyeka air matanya. Kemudian dia beranjak dari balkon dan kembali ke kamarnya. Tiba-tiba dia mengantuk dan ingin cepat tidur. Jesslyn merasakan lelah pada sekujur tubuhnya, sebenarnya bukan hanya fisiknya saja yang lelah, tapi batinnya juga. Jesslyn sangat-sangat berharap ketika bangun nanti semua yang terjadi dalam hidupnya ini hanyalah mimpi buruk saja.

xxx

Cahaya keemasan perlahan merangkak naik di ujung ufuk timur. Sang Surya telah merangkak naik menuju cakrawala. Siap untuk menyapa kota Seoul dengan kehangatannya, serta membangunkan para manusia kelelahan dari tidur lelapnya supaya tidak melewatkan momen indah yang tercetak di pagi ini.

Kelopak mata itu terbuka perlahan, memperlihatkan sepasang mutiara berwarna kecoklatan. Pandangannya lalu bergulir pada jam yang menggantung di dinding kamarnya dan waktu telah menunjuk pukul 06.30 pagi.

Pria itu menyibak selimutnya lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket oleh keringat. Setelah mandi dan berpakaian lengkap, dia melenggang keluar meninggalkan kamarnya. Alisnya saling bertautan melihat keberadaan seorang wanita di rumahnya, dia sedang berbincang dengan kakeknya.

"Amanda, sedang apa kau disini?" pertanyaan itu menginterupsi obrolan Kakek Qin dan perempuan bernama Amanda tersebut. Keduanya sama-sama menoleh dan mendapati Lucas sedang menuruni tangga dan berjalan menghampiri mereka berdua.

"Lucas, apa-apaan pertanyaanmu itu? Itu terlalu kasar, Amanda disini karena Kakek yang menyuruhnya datang." Sahut Kakek Qin menanggapi pertanyaan Lucas.

"Tapi aku tidak suka dia disini, jadi sebaiknya Kakek usir dia atau aku sendiri yang akan mengusirnya!!" ucap Lucas melayangkan ancaman. Lalu pandangan Lucas bergulir pada Amanda. "Sebaiknya kau pulang saja karena kedatanganmu tidak diterima disini."

"Lucas, kenapa kau sangat membenciku? Memangnya kesalahan apa yang aku perbuat padamu?" tanya Amanda dengan mata berkaca-kaca.

"Siapa yang membencimu? Aku hanya tidak suka padamu." Jawab Lucas menimpali. "Kalau Kakek tidak mau dia pergi dari sini. Biar aku saja yang pergi." Ucap Lucas dan melenggang pergi. Dia berencana untuk sarapan diluar saja, kedatangan Amanda membuat Lucas kehilangan moodnya.

Amanda menghampiri Kakek Qin lalu memeluk lengannya. "Kakek, bagaimana ini? Sepertinya Lucas tidak menyukaiku," ucapnya dengan sedih.

"Sebaiknya kau pulang saja. Kalau Lucas tidak suka padamu dan menolak, Kakek juga tidak bisa berbuat apa-apa." Ucap Kakek Qin.

Kakek Qin tidak berniat untuk menjodohkan Amanda dengan Lucas, dia hanya salah satu kandidat yang Kakek pilihkan untuk Lucas. Tapi karena sang cucu menolaknya, maka Amanda gugur sebagai kandidat sebagai calon istri Lucas. Dan tentu saja Kakek Qin masih memiliki banyak stok kandidat terbaik sebagai calon Lucas.

xxx

"Jesslyn, disini."

Jesslyn menoleh dan mendapati orang yang dia cari melambaikan tangan padanya. Gadis itu tersenyum dan menghampiri orang itu yang tak lain dan tidak bukan adalah sahabatnya. Perempuan itu baru saja pulang dari luar negeri ,dan dia langsung mengajaknya untuk bertemu.

Ketika hendak menghampiri sahabatnya itu. Tanpa sengaja Jesslyn bertabrakan dengan seseorang hingga membuatnya terhuyung ke belakang.

Beruntung orang itu dengan sigap menangkapnya sehingga Jesslyn tidak perlu mengalami hal memalukan. Dan insiden itu membuat mata mereka saling bersirobok. Kedua mata orang yang menabrak Jesslyn sedikit membelalak.

"Gadis di lampu merah?"

xxx

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!