Perihal Spesial

Tin.. tin..

Ojek online yang saya pesan sudah tiba. Penampilan sudah hampir sepenuhnya rampung. Tinggal menyemprotkan minyak wangi isi ulang ke bagian titik tertentu.

Dan saya pun sudah selesai semua-muanya.

"Atas nama Mbak Maya?"

"Kok tau?" nggak tau kenapa keisengan Aa suka nular ke saya. Si abang ojeknya jadi cengar-cengir plus heran.

"Ayo bang jalan"

"Jangan atuh" Kata abangnya.

"Kok jangan?"

"Naik motor ajalah, jalan mah capek."

Oia ya, saya praktis garuk-garuk kepala. Benar juga kata abangnya. Kami kan mau naik motor kenapa saya ngajaknya jalan. Harusnya,

"Ayo bang kita berangkat."

"Ok siap"

Drama ojek pun telah selesai.

Saya mau ke rumah Aa. Kalimat itu telah membuat saya berdebar berkali-kali. Di sepanjang jalan, sepanjang ban motor menilas jalanan, saya tak hentinya mengenyahkan kegugupan.

Apa yang gugup? nggak tau. Deskripsi rasa nya itu seperti kita nunggu giliran presentasi di depan banyak orang. Semakin dekat giliran, maka degupan jantung semakin tidak menentu. Pun dengan perasaan ini, semakin jalannya mendekati rumah Aa, Deg-degannya malah nggak main-main.

Tuh kan, ini sudah masuk gang ke rumah Aa. Ban motornya melaju terus meledek saya yang sedang ketar-ketir. Kalau dipikir-pikir, kenapa juga saya harus begini? keep kalem May. Santai wae..

Tetep fokus pada rencana awal. Menjelaskan tentang kesalahpahaman ini sekaligus saya mau bercerita tentang Padmana pada Aa. Dimana saat laki-laki itu mengaku bahwasannya dia yang telah mencopet, naluri ini ingin di dekap oleh Aa dan berbisik kalau saya baik-baik saja selama masih di dekat Aa. Mungkin saya sedang rindu jadi haus perhatian begini.

Pagar rumah Aa sudah nampak dalam pandangan. Sebuah rumah bercat cream dengan kebun mini di halamannya berpagar hitam legam. Di situ juga ada motor trail milik Aa yang masih basah. Sepertinya habis di cuci. Dan benar, Aa memegangi selang air menyiram tanaman di kebun mini. Dia belum bisa move on dari Zenun si semangka, makanya Aa tanam beberapa semangka dan juga timun suri.

"Assalamualaikum"

Aa menoleh, reaksinya agak kaget sedikit. Lalu Aa menjawab salam saya.

"Wa'alaikum salam. Eh ada kesayangannya Aa."

Yang jawab salam saya ada dua orang. Aa sama perempuan yang duduk di kursi pojok. Parasnya cantik, memakai celana jeans hitam serta atasan yang cocok di badan dan kulitnya. Rambutnya di kuncir kuda, membuat wajahnya yang oriental terlihat fresh.

Dia tersenyum pada saya. Senyumnya juga gak kalah manis. Saya menelan ludah dan merasa sekujur tubuh memanas. Yang saya lakukan adalah berfikir positif dan menarik nafas relax sebanyak tiga kali.

"Tantri, Kenalin nih cewek gua." ujar Aa pada perempuan yang duduk di pojok bernama Tantri.

"Widiiih, ini toh cewek lu yang sering lu ceritain. Salam kenal Mbak. Saya Tantri Wijayanti. Temen satu PT sama si Boy." Dia mengulurkan tangannya.

Boy?

"Salam kenal juga Mbak, saya Maya pacarnya Aa"

"Mbak manis banget, pantesan si Boy sampai tergila-gila."

Oh jadi Boy ini panggilan untuk Aa ternyata.

Setelah kami kenalan. Aa merapikan selang dan mencuci bersih tangannya. Aa meraih tentengan yang saya bawa, dan menatap mata ini seakan ada yang dia ingin bicarakan. Saya mengikuti Aa masuk ke dalam rumah.

"Ini spesial buat Aa nggak?"

"Iya Aa."

Lalu Aa memasukan isi bungkusan itu ke dalam Kulkas.

"Kalau spesial buat Aa, gak bakalan Aa ijinin orang lain buat makan ini." tegas Aa. Saya ngerti maksudnya. Dia sedang menunjukkan apa yang dia rasa dan saya harus tahu itu. Jadi pertanyaannya, bentuk spesial apa yang tak sengaja saya bagi pada orang lain?

Baru saya mau membuka mulut untuk berbicara lagi, Aa lebih dulu menggandeng tangan saya untuk keluar rumah menemui Tantri. Aa memanggilnya untuk masuk ke ruang tamu agar obrolan kami nyaman. Disinilah kami bertiga duduk dengan kecanggungan.

"My, kamu makin manis aja si. Sini sayang, duduknya deketan sama Aa." Aa melingkarkan tangannya ke pinggang saya. Tapi sorot matanya tetap sama. Ada sesuatu yang mau di utarakan berupa kemarahan.

Karena Aa begitu manis pada saya, Tantri lantas tak hentinya meledek kami. Aa sih santai dan sesekali menimpali dengan kata 'hmm apa si lu', dan saya juga tak enak jika tidak masuk dalam obrolan. Jadilah saya akrab hangat-hangat kuku dengan Tantri ini.

Aa mendengus.

Nggak lama berselang Tantri berucap, "Boy, gua balik ah. disini juga gua jadi jomblo ngenes. Mbak Maya, saya pamit pulang ya."

"Iya Mbak, baru juga kita ngobrol-ngobrol sebentar" Saya berbasa-basi.

"Lain waktu kita ngobrol lagi, oke nggak Boy?" Dia minta persetujuan sama Aa. Saya penasaran dia jawab apa ke Tantri.

"Nggak oke" kata Aa.

"Dih, ngeselin banget ni bocah. Gua ketok lu" Tantri mengacung-acungkan HP miliknya. Seperti gerakan menoyor ala-ala genjutsu.

"Berisik banget si wijay. Udah cepetan lu balik. Kelamaan main ke rumah orang laki ntar di cari'in emak lu." Sarkas Aa. Saya akui, Aa ini mulutnya agak pedas kalau ke teman. Ngomong-ngomong kok saya merasa kesindir ya pas Aa bilang 'main ke rumah orang laki' hehehe.

"Iya iya, woilaaah. Mbak Maya kok kuat sih pacaran ama modelan begini?"

Saya hanya bisa tertawa.

"Bisa kan lu pulang sendiri? bisa lah datang aja bisa sendiri." Aa bertanya dia juga yang menjawab.

"Iye bisa. Tenang aja."

Drama kepulangan Tantri pun sudah selesai.

............... ...

Di rumah ini, tinggalah kami berdua saling terdiam. Perangai Aa berubah yang tadinya bersikap manis sekarang hening tak bersuara. Aa memantik api lalu di sundut ke ujung rokok miliknya. Perlahan-lahan ia menghisap dan membumbungkan asap keterdiaman.

Saya yang harus bersuara.

"Aa, terimakasih atas bunganya. Yang kemarin maaf nggak sempat My tanam. Tapi yang sebelum-sebelumnya My tanam dan tumbuh subur di samping rumah."

Atensi Aa teralihkan. Ia menghisap kembali rokoknya sebelum menimpali kalimat saya.

"Terus?"

Mungkin maksudnya Aa pengen tahu kali ya, apakah saya sudah tahu penyebab dia sebenarnya datang tapi membuang bunga itu. Saya jawab gini aja,

"Malam itu My kedatangan tamu yang sebelumnya My nggak kenal. Tapi ternyata dia adalah orang yang waktu itu My tolong pas mau ketabrak."

"Terus?"

"Dia cuma mau ngucapin terimakasih a. Namanya Padmana. Sekaligus mau balikin dompet My yang dia copet. Dia copet yang lagi beraksi tapi malah petaka yang datang."

"Terus?"

Hah, Aa masih marah. Dia masih bilang terus dan terus berarti Aa belum nemu jawaban yang tepat dari mulut saya.

Saya diam dulu buat berpikir.

Dan berpikir

Dan,

"Maaf Aa, bale (bangku) tempat malam minggu Aa dia duduki. Habis My bingung dia harus duduk dimana."

"TUH..KAN" Aa bicara pakai nada tinggi. Saya sampai terkaget-kaget.

"Sesuatu yang spesial itu seharusnya nggak bisa di bagi ke orang lain. Simpan dan makan buat kita sendiri. Kaya kue dari kamu tuh, Aa nggak mau berbagi sama Tantri. Sampe sini paham My?"

Oooh jadi spesial yang aku kasih ke orang itu berupa bangku. Aku mengerti.

"Tuh bale tempat Aa bersinggasana di malam minggu. Aa raja di hati kamu. Dan bale itu seharusnya masuk ke daftar yang 'spesial' aset kerajaan. Eh tiba-tiba Aa lihat ada laki-laki lain duduk disitu, gimana Aa nggak sewot."

Ya ampun Aa, Saya meleleh mendengar omelan Aa tau nggak. Hehehe. Kamu tetep raja di hati My kok.

Akan selalu tetap tanpa ada raja-raja yang lain.

"Iya a, maafkan My."

"Awas aja kalau begitu lagi. Aa bakal lepasin paku-pakunya."

"Nggak akan terulang a."

"Bagus! sekarang kamu ikut Aa masuk ke kamar"

Hah, seseorang disini apakah ada yang bisa bantu saya selamat dari situasi ini?

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Sena judifa

Sena judifa

oalah perkara kursi

2023-10-14

1

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Ya elah ada yg Cowok model begini
Luar biasa dah mah

2023-08-21

1

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Ya elah gara bangku itu ternyata mah

2023-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!