Siang itu

Apa yang terjadi pada dirimu...

Apa yang terjadi pada hatimu...

Na... Na.. Na.. Na.. Na..

Abaikan Zenun yang lagi nyanyi.

Sentuhan itu terasa kembali menjelajah bibir saya yang kelu. Saya hanya bisa terdiam merasakan setiap gerakan lembut yang Aa Fais lakukan untuk membuat saya terbang. Di awang-awang saya menjumpai kolonial kupu-kupu beterbangan di atas rimbunnya bunga mawar putih. Mereka menyapa saya dengan riang gembira.

Mawar putih adalah bunga kesukaan saya. Karena itu, Aa selalu memberikan mawar putih pada saat moment penting kami. Hemm.. Apa? Kalian tanya moment penting itu apa aja? Baiklah, malam minggu bagi kami termasuk kategori moment penting itu hehe. Lebay ya? Gak apa-apa. Yang penting Aa dan saya senang.

Di tengah pagutan kami yang semakin mendalam, tangan Aa menyibak bagian kerah baju saya. Ini tidak benar, saya harus menghentikan sebelum terjadi hal di luar dugaan. Tetapi ketika saya mau mendorong pelan tubuh Aa Fais, dia sudah melepaskan saya duluan lalu menatap nyalang pada leher dan baju milik saya.

"Eh, enak banget lu semut!, gerayangiin cewek gua sampe kesitu. Gua aja belom!" Hardik Aa pada seekor semut yang katanya bergerilya di tubuh saya. Saya terhenyak, ini benar-benar hal di luar dugaan.

"Aa"

"Iya My, maaf Aa lagi ngelabrak semut ini. Sebelum dia gigit kamu, Aa amankan terlebih dahulu. " Kata Aa dengan tangannya yang sibuk mencomot semut. Rasa-rasanya semut itu pun sudah pingsan di tangannya.

Saya merapikan penampilan. Dari mulai bibir saya yang basah serta perasaan saya yang tidak karuan. Ketika memasak nasi di magicom tiba-tiba listrik padam, maka tidak ada aliran panas yang dapat mematangkan nasinya. Bisa sih saya memindahkannya ke mode masak manual menggunakan kompor agar nasinya bisa matang sempurna. Tetapi prosesnya akan menjadi lebih ribet, dan saya tidak tahu tingkat kematangan sudah sampai mana. Hampir matang kah? Masih berupa aron kah? Atau mungkin saja mentah belum mencapai aron. Dan saya bukan berbicara tentang memasak nasi.

Perasaan kikuk sempat hinggap memonopoli saya. Saya betul-betul bingung harus apa agar situasi kembali kondusif. Yang saya lakukan hanya mengalihkan perasaan tidak enak, dan seraya mengajak Aa Fais untuk bergegas siap-siap perjalanan pulang ke Bekasi. Tetapi yang saya dapatkan justru tubuh saya limbung jatuh ke dalam pelukannya.

"Maafkan Aa sayang."

"Maaf untuk apa a?"

"Untuk rasa gak nyaman ini? Mau di ulang?"

Ya ampun, saya berdecak dalam hati. Kenapa musti di tanya seperti itu yang semakin membuat pipi saya memanas? Mau diulang? Apanya yang mau di ulang hahaha. Saya terlalu malu untuk mengaku bahwa saya sempat kecewa karena jatuh dari ketinggian. Biarkan itu menjadi rahasia yang akan saya simpan rapat. Lagi-lagi agar situasi kembali kondusif maka saya pura-pura tidak tahu soal apa yang akan diulang.

"Apanya yang mau di ulang? Hayo a, geura atuh kita balik ke Bekasi."

Sengaja saya sisipkan senyum-senyum ramah agar pengalihan saya berjalan dengan sempurna. Tetapi yang namanya keberuntungan tidak mau hinggap barang sebentar saja. Pepatah mengatakan "sesak berundur-undur, hendak lari malu, hendak lambat tak berlalu". Artinya sudah tidak sanggup melawan, tetapi pura-pura masih sanggup bertahan.

Sama seperti saya. Biarpun sudah ketahuan, tapi apa salahnya bertahan untuk berpura-pura. Aa masih menatap yang semakin membuat saya gusar. Kemudian dia berkata seperti ini: "My, kalau nanti kamu ngerasa nggak baik-baik aja, tolong bilang ke Aa. Jangan kamu tutupi seolah gak ada masalah. Seakan kamu membuat senang orang lain secara semu."

Tapi... Tapi.. Eummph..

Benar kan, nasinya kembali dimasak ulang. Dan ini bukan lagi tentang memasak nasi.

............. ...

Di sepanjang perjalanan pulang, yang saya lakukan ada tiga macam. Mengobrol dengan Aa, berdiam diri sambil melempar pandangan keluar melihat jalanan yang seakan sedang berlari, dan yang terakhir bernyanyi dengan suara pas-pasan. Lagu yang sering di request Aa judulnya Not You dari Alan Walker. Saya menyanyi untuknya tanpa pernah bosan.

Di tengah keseruan saya, mata ini tidak sengaja membaca papan petunjuk jalan dengan nama kota Bekasi timur. Itu artinya, kami sedikit lagi sampai di rumah. Dan benar, kami sudah keluar tol lalu memasuki jalan umum. Pada jalan yang seharusnya lurus saja menuju rumah, Aa membanting setir ke kanan masuk ke rumah makan. Ah iya, saya lupa kalau kami berdua belum makan siang. Saya yang tidak pernah meminta apapun pada sang pacar, sering kali mengabaikan kebutuhan kita sebagai manusia.

"Kita makan siang dulu ya Neng Maya, karena buat menghadapi kenyataan gak cukup pake cinta aja. Kudu pake nasi juga" Kata Aa dibubuhi gelak kecil.

"Hehehe iya a, My juga laper ternyata. My mau ke indomaret sana dulu, mau beli sesuatu." Pamit saya. Karena saya mau membeli lipgloss yang tiba-tiba hilang entah kemana. Sedangkan saya harus tampil prima di depan Aa Fais.

"Jangan lama-lama, nanti Aa kangen."

"Iya siap"

Butuh menempuh jarak lima puluh meter untuk sampai di tempat tujuan. Sementara Aa fais sudah hilang ditelan keramaian demi memesan makan siang kami. Kami berdua sedang berpisah dalam jarak yang tidak jauh, tapi perasaan ini malah terasa tidak karuan. Saat langkah kaki ini sudah ada di pertengahan jalan,

"Awaas.."

JDEERR...

Gemetar berderap cepat menyerbu seluruh tubuh tanpa terkecuali. Rasanya, Saya tidak sanggup lagi untuk berdiri.

.

.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Maya●●●

Maya●●●

ternyata semut🥺

2023-08-21

1

Maya●●●

Maya●●●

sadar fais, sadar woyy

2023-08-21

1

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Hahahaha🤣🤣🤣
Masak pacar makan angin sih

2023-08-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!