5
“Ada toko kue yang baru buka nggak jauh dari sini. Mampir yuk” Angel merangkul lengan Haura, “Aku yang traktir deh. Mumpung lagi promo”
Haura tersenyum sumringah, “Wah aku emang lagi kepingin makan makanan manis”
Keduanya berjalan beriringan, ikut berbaur dengan teman-teman sekelas yang keluar kelas untuk segera pulang ke rumah. Ada yang baru Haura sadari, Haura diperlakukan baik oleh teman sekelasnya. Jadi mungkin memang gadis itu tak semenyebalkan yang dipikirkan orang-orang.
“Maaf Ra, aku nggak sengaja”
Haura terlalu syok untuk sekedar mencerna apa yang baru saja terjadi. Kejadiannya begitu cepat. Matanya melebar dengan mulut terbuka melihat pakaiannya terkena sampah. Baunya beneran menyengat. Sepertinya itu sampah kemarin. Dan ketika Haura mendongak, sosok Sofia-lah yang berdiri dengan wajah memelas didepannya.
“Lo nggak punya mata ya?!” suara Angel. Gadis itu menatap Sofia dengan kilatan marah yang kentara.
“Aku nggak sengaja, Angel”
Kini mereka jadi pusat perhatian. Anak-anak yang semula berjalan tergesa, mendadak memelankan langkah dan mengerubungi Haura, Angel dan Sofia. Mereka menduga, sepertinya Haura akan benar-benar marah besar kepada Sofia karena ketidaksengajaan gadis itu.
“Aku bakal bersihin”
“Jangan sentuh!” Angel menepis tangan Sofia yang hendak membersihkan sweater Haura. “Jauhkan tangan kotor lo dari Haura” tangan Sofia memang kotor.
“Maaf”
Haura dan Angel sama-sama melotot melihat Sofia berlutut didepan Haura. Gadis itu mulai menangis dengan suara keras sambil menggumam kata maaf. Haura masih belum paham mengapa hal seperti itu membuat Sofia sampai menangis dan berlutut didepannya sampai suara bernada dingin itu masuk kedalam telinganya.
“Membuat masalah lagi, Haura?”
Sofia pengecualian. Gadis itu satu-satunya yang diperbolehkan mengekori Aydhan. Paling berani. Tapi sebenarnya dia sangat lemah, hanya didepan Aydhan and the gank. Dasar muka dua!
“Gadis ini emang nggak bisa dikasih hati dikit langsung ngelunjak”
“Nggak bisa sehari aja nggak usah ngebully anak lain?”
“Aku nggak tahu bagimana otak kamu berpikir sampai hal begini saja membuat kamu marah dan nyuruh Sofia buat berlutut”
Tunggu!
Haura mendengus, hilang semua keterkejutannya. Gadis itu melipat tangan didepan dada, menatap satu persatu pemuda yang pada saat jam istirahat tadi satu meja dengannya. “Sudah seharusnya dia minta maaf setelah melempar isi tong sampah ke pakaianku. Bukan membuat drama menangis kayak begini”
“Aku tadi udah minta maaf, Ra”
“Aku nggak ngomong sama kamu!” suara Haura naik se oktaf.
“Bawa Sofia ke kamar mandi dan beliin dia baju ganti” Aydhan memberi perintah, seorang siswa menarik Sofia untuk berdiri kemudian membawa gadis itu menjauhi kerumunan.
Haura marah. Matanya berkilat menatap Aydhan. Harusnya Haura yang dibelikan pakaian ganti, bukan Sofia! Lihat saja bagaimana sweater pink dengan merk terkenal itu kotor.
“Apa setelah aku bilang kalau aku tertarik sama kamu, kamu jadi besar kepala? Kamu pikir aku bakal dipihak kamu?”
“Aku nggak pernah berpikir kamu akan ada dipihakku” Haura menyahut. Dia tertawa mencemooh. “Dan aku nggak merasa tersanjung dengan omongan kamu dikantin tadi. Karena aku emang nggak peduli”
“Haura!”
“Kamu nggak tertarik sama aku, Aydhan. Kamu hanya penasaran kenapa gadis yang selama ini ngejar-ngejar kamu sekarang berbalik arah memunggungi kamu. Ego kamu terluka atas omongan dan sikapku ke kamu”
“Tapi sekarang aku baru saja melihat kamu melampiaskannya pada Sofia. Dia nggak salah apapun”
“Nggak salah apapun?” Haura terkekeh sinis, “Pernah nggak kamu berpikir kalau dia yang selalu cari masalah denganku?” Haura maju selangkah, “Hanya karena aku nggak suka sama dia, bukan berarti aku selalu mau cari masalah sama dia. Aku lebih suka menghindari dia, menghindari kalian”
“Lagian,” Haura bersuara lagi, “Apa yang membuat dia tidak sengaja sampai menumpahkan seluruh isi tong sampah ke aku? Seluruhnya. Lantai nggak licin dan dia juga nggak kesenggol orang lain. Orang tolol juga tahu kalau dia sengaja menumpahkannya ke aku”
“Dia,”
“Kalian” potong Haura, “Kalian memang jahat banget. Omongan dan tatapan kalian selalu merendahkan aku. Kalian selalu nyerang aku bahkan ketika kalian nggak tahu apapun” gadis itu menatap satu persatu teman Aydhan. “Salahku apa? Karena suka Aydhan?”
“Haura” Angel meraih lengan Haura. “Udah, ayo”
“Nggak, aku belum selesai” Haura tetap menatap mereka. Kali ini dengan mata berkaca-kaca, namun sarat akan kemarahan. “Kalian pikir aku nggak punya hati? Kalian pikir karena aku tersenyum tiap bertemu kalian karena aku nerima semua sikap kalian? Nggak. Aku melakukan itu agar kalian tahu kalau aku gadis yang kuat. Aku nggak akan kalah hanya karena sikap orang kayak kalian semua”
“Satu lagi” Haura mendengus setelah berusaha menekana kemarahannya, “Suruh gadis sialan itu mengganti sweater-ku” katanya. “Enak saja dia mau cuci tangan setelah ngotorin swater mahal ini cuman karena dia cemburu”
“Cemburu?” alis Aydhan menyatu.
.
.
“Maaf ya Tante, kamar mandinya jadi bau”
Tante Anne, pemilik butik yang didatangi Haura dan Angel hanya menanggapinya dengan senyum, “Nggak pa-pa” katanya.
Haura tersenyum lebar. Kalau orang lain yang datang dalam keadaan sekotor itu, Haura yakin bahkan satpam didepan butik sudah mengusirnya begitu melihatnya. Tapi ini adalah Haura, gadis yang menyandang sebagai putri tunggal Adhayaksa yang sudah bertahun-tahun menjadi pelanggan tetap butik Tante Anne. Uang memang selalu berkuasa.
“Ini udah kesekian kalinya loh kamu datang dengan kondisi kayak begini. Papa kamu tahu?”
Haura gelagapan, “Nggak. Jangan kasih tahu Papa, Tante”
“Nggak baik nutupin hal begini ke Papa kamu, Ra” Tante Anne menepuk puncak kepala Haura. “Tante juga punya anak seusia kamu dan nggak akan suka melihat anak Tante muncul dengan kondisi kayak kamu”
“Makasih Tante udah peduli, tapi aku nggak apa-apa kok. Serius”
Tante Anne mengangguk, membiarkan dua gadis pelanggan tetapnya berpamitan. Ketika mobil yang membawa keduanya sudah menghilang dari pandangan, Tante Anne buru-buru menelpon seseorang.
“Saya akan mengirimkan kembali uang yang Anda kirim. Haura dan Angel sudah membayar sendiri pakaian mereka” dan sambungan diputus sepihak.
“Dasar orang kaya” dengus Tante Anne.
.
.
“Orang bilang, dengan makan makanan manis bisa membuat mood kita membaik. Jadi ambil apapun yang kamu mau coba” Angel membuka suara sambil memilih kue yang ingin dia coba.
“Aku setuju. Haruskah aku bawa dua piring?”
Angel mengangguk, “Lakuin” katanya sambil tertawa.
Keduanya memilih duduk didekat jendela setelah memilih kue keatas piringnya. Angel suka Haura yang sekarang. Tidak pilih-pilih soal makanan, dan yang paling utama Haura menikmati semua makanannya. Kalau kejadian Haura diturunkan dijalan oleh Aydhan adalah alasannya, maka Angel harus berterimakasih pada pemuda itu. Haura-nya berubah menjadi gadis yang menarik.
“Tadi kamu keren banget” Angel bersuara. “Kamu lihat kan muka-muka syok mereka. Sekali-kali kita memang mesti buat mereka sadar kalau selama ini omongan mereka nyakitin perasaan kita”
Haura terkekeh, dia terbawa suasana. Entahlah, tapi dia merasa sangat marah ketika Aydhan malah menyuruh orang untuk membawa Sofia pergi. Dia marah karena Aydhan jelas-jelas membela Sofia dibanding Haura yang adalah korbannya.
“Yang ini enak banget”
“Cokelat dan Haura” sindir Angel.
“Kamu akan menghabiskan semua kue itu?”
Angel dan Haura mendongak, mendapati Kak Irsyad berdiri disamping meja mereka dengan kening berkerut. Kak Irsyad adalah kakak kedua Haura.
Dibandingkan kaget, Haura maupun Angel lebih merasa aneh mendapati Kak Irsyad menyempatkan waktu menegur mereka. Biasanya kalau mereka secara tak sengaja bertemu, Kak Irsyad atau kakak Haura yang lainnya lebih suka pura-pura tidak melihat.
“Kalian bisa sakit gigi” Kak Irsyad memang calon dokter.
“Hanya hari ini” Haura menjawab sambil menggeser piringnya lebih dekat dengan dirinya. Entahlah, melihat bagaimana Irsyad menatap piringnya, Haura punya firasat bahwa pria itu akan menyita kue-kue-nya.
Dan firasat Haura benar adanya, dia tak punya alasan untuk membantah ucapan Irsyad. Dengan terpaksa gadis itu mengikuti Irsyad menuju mobilnya. Memang sih kue-kue-nya dibawa pulang, tapi Haura sedang ingin makan di café itu.
“Aku bareng Angel aja”
“Kamu sama Kak Irsyad aja, Ra” Haura merasa dikhianati begitu Angel menyahutinya dengan cepat. Tapi sebenarnya Haura tahu, Angel melakukan itu karena Irsyad sejak tadi menatap gadis itu dengan datar, seolah tahu Angel-lah dalang dari acara ‘pesta kue’ mereka.
“Pakai sabuk pengaman kamu, Haura”
“Iya”
“Kamu mutusin pertunangan kamu sama Aydhan?”
Haura tahu Irsyad ada disana saat Haura mengatakan itu pada Aydhan didepan Haikal. Haura juga tahu Irsyad berdiri tak jauh darinya dan Kafka ketika Haura bersikap dingin pada kakak pertamanya itu. Jadi entah apa maksud Irsyad menanyakan itu pada Haura.
“Iya”
“Kenapa?”
“Karena harusnya begitu” Haura membuang muka, “Ngapain maksain bareng sama orang yang nggak suka sama kita. Cari penyakit aja”
Irsyad tetap fokus menyetir, sesekali mencuri pandang ke arah Haura. Benar, Haura bukan Haura yang dulu. Gadis itu tidak lagi menatapnya berbinar. Haura yang sekarang sepertinya ingin pergi sejauh mungkin dari dirinya.
“Kamu pikir Papa bakal menyetujui? Bisnis dengan Pramudya Groups adalah keberhasilan yang pasti. Papa nggak akan mungkin melepaskan kesempatan itu”
“Benar. Apalagi menukar dengan anak pembawa sial ini” suara Haura mengecil.
“Haura”
“Aku tahu Kak Irsyad juga nggak suka sama aku. Bahkan mungkin ngeliat aku senyum aja bikin kakak muak. Tapi tahan aja dulu, Kak. Nanti juga aku bakal pergi sejauh mungkin”
Meski tidak sefrontal Kafka dan Haikal, tapi Haura tahu Irsyad tak nyaman berada didekat dia. Jadi sejak dulu, Haura selalu memberi jarak antara dirinya dan Irsyad.
“Haura, bisa kita ngomongin ini dengan benar?”
Mobil yang dikendari Irsyad menepi. “Kamu tahu kalau sikap Kak Kafka dan Haikal padamu cuman kamuflase saja kan? Mereka nggak benar-benar benci kamu”
“Tahu dari mana Kak Irsyad soal ini?”
“Karena Kakak ngerasain sendiri” pandangan pria itu menerawang. “Mana ada Kakak yang benci adiknya, Haura?”
“Sikap kalian memperlihatkan semuanya”
“Kamu hanya melihat dari luar”
“Apa yang sebenarnya mau Kak Irsyad omongin ke aku? Soal Aydhan atau soal kita?”
Irsyad menghela nafas panjang, “Kita. Dengar Haura, Kakak rasa kita udah terlalu jauh. Keluarga kita nggak begini”
“Kak Irsyad lupa, kalau kalian yang memberi jarak?” Haura memejamkan matanya.
…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
𝐙⃝🦜Md Wulan ᵇᵃˢᵉ 🍇
ko aku mewek sih😭
2024-02-05
1