2
Ukh
Haura berhasil membuka pejaman matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah ruangan bercat putih dan bau obat. Ruangannya kecil. Haura tebak kalau itu adalah ruang Kesehatan. Ada infus yang dipasang dipunggung tangan kirinya. Dia kenapa? Seingatnya tadi dia makan mie dan langsung sesak nafas. Apa dia diracun?
“Kamu udah bangun?” Angel berdiri disamping ranjang, “Jangan ngomong dulu. Suaramu habis” katanya ketika melihat Haura hendak membuka mulutnya.
Haura mengangguk, memberi kode pada Angel untuk mengambilkan air minum.
“Sialan banget. Padahal biasanya aku nggak pernah kecolongan. Kamu sih pake acara ngaku kalo udah nggak suka sama Aydhan, aku jadi nggak lihat kalau mie campur seafood-nya pake udang. Padahal biasanya nggak” gadis itu menarik kursi plastik. “Untung kamu baru makan sedikit, kalo banyak aku nggak tahu lagi bagaimana kondisi kamu sekarang”
Ah, oke, Haura alergi udang. Itu kenapa setelah memakan mie campur seafood dia merasa sesak nafas.
“Kamu yakin udah nggak pa-pa? Apa kita perlu ke rumah sakit?”
Haura menggeleng, dadanya memang masih sesak dan beberapa anggota badannya juga masih gatal-gatal. Tapi dia masih bisa menahannya. Yang jadi masalahnya adalah sekarang suara Haura masih hilang.
“Aku kan udah bilang, Ra, kalo makan apa-apa tunggu aku makan dulu” Angel merengut, “Sekali lagi kamu hampir buat aku—”
Brak
Pintu ruang kesehatan terbuka lebar. Wajah tampan seorang pemuda muncul tanpa senyum. Siapa lagi ini? Bisa tidak sih, Haura yang ini memberi setidaknya memori tentang orang-orang disekitarnya? Biar Haura tidak perlu menebak.
“Hobi banget ya kamu bikin geger sekolah” katanya ketus. “Mau cari perhatian Aydhan lagi?!”
“Kak Haikal”
“Gue lagi ngomong sama anak pembawa sial ini” pemuda itu menatap Angel tajam.
Deg
Perasaan macam apa ini?
“Jangan ikut campur. Keluar”
Angel menghela nafas panjang, menatap Haura dengan tatapan kasihan. Ketika melihat Haura mengangguk, gadis itu segera keluar dari ruang kesehatan. Dia memang orang asing kan?
“Kamu nggak pernah sadar diri ternyata. Kenapa selalu nyusahin? Kenapa bukan kamu yang mati aja? Kenapa mesti Mama?!”
Ada apa ini?
Lalu tiba-tiba potongan-potongan scene berputar dikepala Haura. Berdesakan, tak beraturan. Seperti ingin memberitahu Haura alasan mengapa si Kak Haikal ini bersikap begitu ketus padanya.
“Kalau bisa, aku juga lebih suka kalau aku yang mati” dengan suara serak Haura menjawab. Ditatapnya Haikal dengan datar. “Dan Kakak nggak perlu peduliin laporan anak-anak mengenai aku. Aku bisa ngatasin sendiri”
“Sombong kamu”
Haura terkekeh, wah Haura, tapi aku minta maaf karena bakal ngelawan Kakak kesayangan kamu. “Hanya jangan peduliin aku”
Haikal mendengus keras, tanpa mengatakan apapun pemuda itu langsung keluar dari ruang kesehatan.
.
.
“Rara mau pergi kalo Mama yang anterin”
Gadis 7 tahun itu meraih kemeja Mamanya, “Sampai depan sekolah aja, Ma. Ini kan hari pertama Rara sekolah”
Perempuan cantik yang sudah berpakaian rapi itu berjongkok, “Tapi Mama ada janji. Rara berangkat sama Kak Haikal, Kak Irsyad dan Kak Kafka saja ya”
“Iya, sama Kak Haikal aja” bocah 9 tahun itu menarik lengan adiknya agar menjauhi Mama. “Rara belum pernah lihat sekolah Kak Irsyad sama Kak Kafka kan? Bagus loh. Nanti kalau sempat kita ikut turun. Boleh kan Kak?”
“Iya”
“Nggak mau”
“Haura” pria yang sejak tadi membaca koran pagi nya mendekat, berjongkok membujuk si bungsu. “Mama lagi sibuk. Besok lagi dianterin, Mama-nya”
“Nggak mau”
“Yaudah Mas, aku nganterin Haura aja dulu. Nanti kita ketemu di restoran aja langsung” lengan Haura digandeng.
Hari itu, untuk terakhir kalinya, Haura merasakan kasih sayang keluarganya. Setelah dia bangun dari tidur panjangnya, dia menemukan kenyataan bahwa Mama telah pergi jauh, ketempat yang tidak bisa dijangkau Haura, bernama kematian. Dan keluarganya, yang seharusnya mendekapnya kala menjerit mendengar kenyataan itu malah membuang muka, meninggalkan bocah 7 tahun itu merasakan kepahitan hidup. Sendirian.
.
.
Haura menghela nafas panjang. Okay, kepingan puzzle mulai tersusun. Haura yang tubuhnya dia gunakan ini, punya hubungan yang buruk dengan keluarganya dan tunangannya. Demi menarik perhatian Kakak dan tunangannya dia sering membuat masalah. Dia juga menjadi tokoh antagonis dikehidupan banyak siswa SMA Pramudya Private School.
Oh bagus, kenapa aku bangun ditubuh gadis banyak masalah ini?
Maksudnya, hidup Haura dikehidupan sebelumnya memang nggak semewah sekarang. Tapi dia punya keluarga yang selalu men-support dia. Bapak bekerja sebagai guru yang selalu menanamkan semangat belajarnya, dan Ibu yang hanya seorang Ibu rumah tangga mendukung dengan banyak makanan untuk anak-anaknya.
Mas Angga, kakak pertama Haura, sudah lulus kuliah dan langsung diterima kerja disalah satu perusahaan besar yang bekerjasama dengan pihak kampus. Gajinya lumayan besar. Dan Mba Husna, baru semester 3 tapi selalu mendapat beasiswa full.
Satu-satunya momen tidak akur Haura dan Mba Husna adalah kalau nilai Haura lagi turun, biasanya Haura akan dibandingkan dengan Mba Husna.
“Tuh lihat Mba-mu, Ra. Nilainya nggak pernah turun. Itu karena Mba Husna punya program belajar yang bagus. Coba dicontoh”
Sehari itu Haura akan mendiamkan seluruh penghuni rumah. Tapi besoknya, ketika Ibu menyodorkan kotak bekal yang isinya adalah makanan kesukaan Haura, kemarahan Haura langsung lenyap tak bersisa.
Tapi Haura yang ini, punya masalah yang rumit. Betapa kesepiannya gadis ini selama ini. Bagaimana Haura ini bisa bertahan sejauh ini?
“Mulut Kakakmu itu emang nggak pernah ada filternya” Angel masuk sambil menenteng sebungkus roti. “Abaikan saja Ra. Kalau kamu hilang nanti dia juga cemas. Tsundere”
Ah!
Haura tersenyum lebar. Angel bena-benar perwujudan Angel. Haura jadi punya ide. Bagaimana kalau dia mengabaikan saja para Kakak-nya dan hidup sebagai diri Haura yang sebenarnya? Haura disini punya fasilitas mewah, sangat disayangkan kan kalau tidak digunakan dengan baik. Okay, jadi itu rencananya. Mari hidup sebagai Haura dikehidupan Haura!
“Kok cuman satu?” roti ditangan Angel sudah berpidah ketangan Haura. “Aku baru makan daging cincang dan sayuran. Baru makan satu suap mie dan bahkan belum menyentuh banana milk-nya”
Angel mendengus, “Setelah infus kamu dicopot, aku traktir makan. Nggak usah bawel”
“Serius?”
.
.
“Kayaknya saya sudah pernah membahas ini sama kepala chef” kalimat yang diucapkan kelewat tenang dari pemuda berusia 17 tahun itu membuat semua yang berada didapur menunduk semakin dalam. Ini gara-gara mie campur seafood yang jadi menu makan siang tadi, dan tentu saja kejadian mengejutkan tadi.
“Maaf Tuan”
“Maaf?” pemuda itu melipat kakinya, menatap satu persatu orang didalam ruangan. “Kalian dipecat”
“Tapi Tuan”
“Kecuali ada yang mengaku. Saya bisa pertimbangkan” kemudian pemuda itu berdiri. “Pukul 6 sore. Itu batas waktu yang saya kasih”
Dia berjalan keluar dapur dengan tatapan datar. Dibelakangnya, ketiga sahabatnya mengekor tanpa mengucapkan apapun. Mood penerus Pramudya sedang buruk dan tentu saja tidak ada yang mau menambah ke-bete-an pemuda itu.
Benar. Dialah penerus tunggal Pramudya Groups yang terpaksa harus bertunangan demi kelancaran bisnis keluarga. Aydhan Pramudya.
“Haura, seriusan kamu mau makan itu?” suara dengan nada memelas itu membuat Aydhan dan ketiga temannya berhenti berjalan, menemukan dua gadis berjalan kearah mereka.
Angel rasa seharian ini kuping dan matanya benar-benar bermasalah. Pagi tadi Angel kira dia akan mendapat penolakan dari Haura untuk berangkat sekolah sekedar merajuk karena diperlakukan semena-mena oleh tunangannya.
Belum hilang keterkejutan Angel, dia mendapati Haura berhasil mengerjakan ulangan fisika tanpa mengeluh, hal yang Angel yakini tak akan pernah terjadi jika itu menyangkul Fisika dan Haura. Lalu kejutan selanjutnya saat makan siang, Haura lebih memilih makan dikantin dibanding memesan makanan dari luar seperti kebiasaannya. Dan tadi apa kata Haura? Gadis cantik itu mau makan nasi padang?
“Aku kok curiga kamu abis kebentur pas diturunin Aydhan ditengah jalan. Kamu aneh banget”
“Mau makan nasi kok dibilang aneh sih, Ngel”
“Kamu nggak diet?”
“Badan kurus gini, mana bisa aku diet?”
“Kamu yang selalu bilang mau diet, Ra”
“Kayaknya waktu itu aku lagi nggak sadar. Nah, sekarang aku sadar banget” Haura berjalan mundur, “Lihat dong Ngel, badanku kurus banget. Banyak beban hidup. Jadi gimana kalau makan malemnya kita makan dirumah makan Korea?”
Masih dengan berjalan mundur, mencoba mempengaruhi Angel agar mengajaknya mencari tempat makan khas Korea. Bagaimanapun Haura belum tahu tempat-tempat hits disini. Dia kembali berceloteh mengenai menu makan malam apa yang akan dipilih demi menggemukan badannya, hingga tidak sadar empat pemuda menghalangi jalannya.
“Aduh sorry sorry”
Alis Aydhan naik sebelah mendengar ucapan maaf dari Haura. Bukan hanya Aydhan, bahkan Nuraga, Risakha dan Candrama mengerutkan keningnya juga. Pasalnya, seumur mengenal Haura, pemuda itu tak pernah mendengar permintaan maaf dari Haura untuk hal sesepele itu, menginjak kaki orang lain. Biasanya yang akan Haura lakukan adalah mengumpati orang yang ditabraknya sampai orang tersebut yang meminta maaf. Keahlian Haura adalah menyalahkan orang lain dan mau menang sendiri.
“Sepertinya kamu sudah sembuh melihat bagaimana kamu sudah membuat ulah lagi” Aydhan bersuara, datar.
Haura mendengus. Dia sepertinya harus menjauhi, benar-benar menjauhi Aydhan. Selain karena Haura tidak suka sikap pemuda itu pada Haura asli, juga karena tatapan pemuda itu tak pernah bisa Haura baca. Sangat misterius dan menakutkan. Pokoknya yang Haura tahu Aydhan ini salah satu orang yang harus dia jauhi kalau mau membangun kembali kehidupan Haura, agar ketika Haura kembali ke tubuhnya, gadis itu bisa menikmati hidup yang lebih baik. Atau minimal jauh dari orang-orang yang selalu memandangnya rendah, seperti Aydhan ini.
“Benar bahwa aku sudah sembuh. Tapi maaf banget, bagian mana dari perilaku ku yang kamu judge ‘membuat ulang lagi’?”
“Berjalan mundur—”
“Aku baru tahu kalau disekolah ini ada peraturan ‘dilarang berjalan mundur’” potong Haura, “Lagipula kalau kamu sudah lihat aku berjalan mundur, kan kamu bisa menghindar. Kenapa repot banget” dengus gadis itu.
Haura bisa melihat pemuda berwajah stoic didepannya itu melebarkan matanya, sedikit. Pasti Aydhan kaget dengan jawaban Haura karena Haura yang dia kenal tidak akan pernah menunjukan wajah tak suka pada Aydhan. Haura akan selalu berwajah manis, bahkan ketika Aydhan membentaknya.
Tapi, Haura yang ini tidak akan menunjukan wajah seperti itu. Haura akan berekspresi sesuai dengan perasaannya. Dia tidak akan memakai topeng seperti Haura.
“Haura” Angel yang sejak tadi menutup mulutnya kembali bersuara ketika melihat mata Aydhan berkilat marah. Pasti Aydhan merasakan perbedaan sikap Haura padanya. Bagus sih, tapi Angel tahu Aydhan sedang dalam mood buruk melihat bagaimana sahabat-sahabatnya sejak tadi hanya diam, tak ikut menyuarakan kekesalan pada Haura -seperti biasanya.
“Ayo”
….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
alfinadwi agustin
ngak ada dialog tag nya jadi bingung bacanya, contohnya ayo itu siapa yang bilang?
2024-02-22
1
Amelia Quil
Semoga semangatmu terus terjaga buat nulis cerita lain yang keren, author!
2023-08-16
0
Apollogurl_01
Saya jatuh cinta!
2023-08-16
0