3. Perubahan Besar

3

Ada yang berbeda dengan Haura. Dan yang paling nampak adalah tatapan gadis itu pada Aydhan. Tidak ada lagi tatapan pemujaan. Pun, tak ada lagi sikap sok manis ketika berhadapan dengan Aydhan. Apa karena kejadian sore itu? Apa sore itu Aydhan keterlaluan?

Tidak.

Sikap Aydhan pada Haura memang tak pernah baik. Sejak pertemuan pertama mereka di sekolah dasar, Aydhan tahu kalau Haura akan selalu merecoki hidupnya karenanya dia selalu bersikap jahat pada gadis itu. Puncaknya adalah ketika gadis itu meminta orang tuanya menjodohkan dirinya dengan Aydhan. Hidup Aydhan yang aman mulai menjadi kacau.

Haura dulu tidak semenyebalkan sekarang, entah bagaimana gadis manis itu tumbuh menjadi gadis urakan dan suka bikin masalah. Aydhan sebenarnya tidak peduli, tapi nama baiknya sebagai tunangan Haura selalu disangkut pautkan. Dan Aydhan tak pernah suka itu. Nama baiknya harus tetap baik sampai dia mewarisi semua kekayaan Pramudya Groups.

“Lo yakin dia nggak kebentur pas lo dorong keluar dari mobil?” Sakha membuka suara ketika punggung Haura dan Angel sudah tidak terlihat.

“Dia aneh banget nggak sih?” kali ini Raga yang bersuara, menyuarakan keanehan tunangan sahabatnya.

Aydhan masih diam, memperhatikan Haura yang berjalan beriringan dengan Angel. Tawa gadis itu terdengar sampai telinga Aydhan, padahal jaraknya sudah cukup jauh. Dan itu mengganggunya.

“Menurut gue sih dia udah nyerah” Aydhan menoleh dengan kening berkerut, “Elo udah sering minta dia nyerah kan? Selamat. Mungkin sebentar lagi lo bakal ditelepon Bokap lo yang nyampein pembatalan pertunangan” Chandra berkata cuek.

“Ah benar. Mungkin dia capek ngejar-ngejar lo” Shaka menyetujui ucapan Chandra. “Biasanya kan dia kalo ketemu lo langsung meluk lengan lo. Ini sekarang udah 3 kali ketemu tapi dia bahkan nggak mau deket-deket lo”

Aydhan mendengus, kemudian melangkah cepat menuju kelasnya. Dia nggak peduli.

“Kamu jadi nemenin aku beli buku?” Sofia menyambut didepan pintu kelas. Suasana kelas sudah sepi. Maklum jam pelajaran sudah berakhir.

“Okay”

Sofia tersenyum, mengekori Aydhan dan ketiga sahabatnya. Gadis itu menikmati berdekatan dengan keempat pentolan sekolah. Bersyukurlah dia karena Haura pernah membully-nya dan karena itu dia bisa berdekatan dengan Aydhan dan ketiga temannya.

.

.

“Ra, aku nggak tanggungjawab ya kalau kamu sakit perut”

Haura mendengus, “Nggak bakal” katanya. Cewek itu keluar dari mobil Angel. “Besok nggak usah jemput. Aku berangkat sendiri aja”

“Loh, kenapa?”

“Nggak pa-pa” Haura menutup pintu mobil, “Bye”

Gadis itu berjalan masuk kedalam rumah, mengabaikan Angel yang masih menatapnya protes. Tapi Haura sudah kelelahan. Gadis itu ingin buru-buru memejamkan matanya, berharap ketika dia bangun kejadian hari ini hanya mimpi buruknya.

“Gue nggak tahu jam pulang sekolah bisa semalam ini” ini memang sudah lebih dari jam 7 malam. Sepulang sekolah, Angel beneran mentraktir Haura nasi padang. Lalu mereka berkeliling mall sekedar mencuci mata.

Haura menemukan Kak Haikal dan Aydhan diruang tamu. Keduanya menatap Haura dengan datar. Wah, sepertinya Haura benar-benar tidak bisa langsung tidur karena harus menghadapi dua pemuda yang pasti akan membuat tekanan darahnya menjadi tinggi.

“Aku juga nggak tahu kalau apapun yang aku lakuin harus lapor ke Kak Haikal” Haura menyahut sambil mendengus.

Mata Haikal melebar. Merasa aneh dengan sikap Haura. Sebenarnya sejak siang tadi. Tapi Haikal tak pernah menyangka Haura akan bersikap begitu didepan Aydhan. Biasanya, jika Haikal menegur, Haura hanya akan tersenyum manis, pura-pura merasa bersalah padanya, bersikap seolah mereka kakak-beradik ideal, seolah gadis itu dilimpahi kasih sayang oleh kakak-kakaknya.

Sama halnya dengan Haikal, Aydhan juga tak dapat menutupi keterkejutannya oleh perubahan sikap Haura yang tiba-tiba. Apa benar kata sahabatnya kalau Haura sudah menyerah padanya? Seharusnya Aydhan senang kan? Ini yang dia mau selama ini. Tapi entah mengapa dia malah merasa tak senang sedikitpun. Ada sesuatu disudut hatinya yang tak rela wajah berseri yang selalu ditunjukan gadis didepannya berganti menjadi datar dan tak terbaca.

“Ah benar” tatapan Haura beralih pada Aydhan, “Kamu pasti kaget kenapa Aku se-enggak sopan itu sama Kak Haikal kan?” gadis itu maju mendekati Aydhan, “Hubunganku sama kakak-kakakku emang nggak terlalu bagus. Oh nggak. Ini bukan lagi disebut nggak terlalu bagus, tapi emang buruk. Buruk banget, karena kita bahkan nggak saling sapa dirumah”

Haura bisa melihat mata pupil mata Aydhan melebar, “Dan yang kamu lihat selama ini adalah sandiwara keluarga kami. Hebat kan?”

Haura menoleh pada Haikal, “Sekarang, Kakak nggak perlu sok perhatian sama Aku didepan Aydhan dan keluarganya. Kakak bebas mengekspresikan bagaimana bencinya Kakak sama Aku. Kakak bebas jadi diri Kakak sendiri, jadi orang yang benci adiknya dan berharap adiknya mati setiap hari”

“Haura!” Haikal berteriak.

“Kenapa? Jangan-jangan Kak Haikal nggak inget sama ucapan Kakak siang tadi pas mengunjungi Aku di ruang Kesehatan? Kalau begitu, biar aku ingetin, Kakak bilang,”

“Haura” Haikal memotong dengan suara datar, menatap tak percaya bagaimana gadis yang selalu bersikap manja padanya meski dia perlakukan seenaknya hari ini terang-terangan menentangnya.

Haura bertepuk tangan, tampak suka dengan reaksi yang ditunjukan Haikal. “Wow. Untuk pertama kalinya di tahun ini Kak Haikal manggil nama Aku dengan benar. Haura. Bukan anak pembawa sial atau tukang cari perhatian”

Mata Haikal berkilat, “Masuk kamar” suaranya berat, dalam. Haikal rasa Haura akan semakin menjadi jika gadis itu tetap berada disana. Atau—sebenarnya dia tak suka dengan kalimat yang mungkin akan keluar dari mulut Haura yang kini tak bisa tertebak?

“Fine” gadis itu mengangkat tangan, kembali beralih menatap Aydhan. “By the way, Aku akan ngomong sama Papa buat mutusin pertunangan kita. Gimana, kamu seneng kan?”

Dan kalimat selanjutnya yang diucapkan gadis itu tak pernah masuk kedalam telinga Aydhan. Dia mendadak tuli. Kalimat pembatalan pertunangan yang selama ini Aydhan Yakini tak akan keluar dari mulut Haura akhirnya keluar. Dan hal itu bukan yang menyenangkan. Bahkan ketika Haura berjalan meninggalkan dirinya dan Haikal, Aydhan tetap mematung, mencoba memahami perasaannya sendiri.

.

.

Haura membanting pintu kamar dengan keras lalu menguncinya. Masa bodoh kalau para kakaknya marah. Sekarang Haura akan hidup sebagai dirinya sendiri. Kalau kesal dia akan menunjukkan nya, tak mau pura-pura lagi.

Setelah melempar ranselnya asal, gadis itu buru-buru masuk kedalam walk in closet, mencari baju ganti. Dia ingin segera tidur tapi harus ganti baju dulu. Meskipun sudah melihatnya pagi tadi, malam ini ketika masuk kedalam walk in closet Haura tetap merasa takjub. Haura rasa itu akan bertahan berminggu-minggu kedepan.

“Bahkan baju santainya aja bermerek. Haura, harusnya kamu hidup dengan baik” gadis itu bergumam sambil memilih baju tidurnya. Pilihannya kemudian jatuh pada piyama berwarna biru dengan motif bulan bintang. Lucu banget.

“Haura, kalau kita emang tertukar, nikmatin waktu kamu bareng Mba Husna dan Mas Angga. Mereka bakal jagain kamu dan membuat kamu menikmati rasanya punya kakak. Disini, aku bakal sedikit membuat masalah. Aku harap kamu nggak keberatan kalau pertunanganmu batal dan hubunganmu dengan kakak-kakakmu um sedikit renggang”

Mata Haura yang sedikit berembun menyipit ketika melihat satu kotak yang tersimpan didalam lemari, dibawah pakaian yang digantung dengan rapi. Gadis itu berjongkok, menarik kotak itu keluar lemari.

“Dikunci?” Alis Haura menyatu. Kotak itu disegel dengan sandi. Diatasnya ada tulisan dengan spidol permanen. Kotak kesedihan.

Haura adalah tipe gadis yang mudah penasaran. Jadi alih-alih kembali memasukkan kotak itu kedalam lemari, dia malah membawa kotak itu keatas ranjang. Dia harus membuka kotak ini.

Ada 6 angka yang harus Haura masukan untuk bisa membuka kotak ini. Gadis itu buru-buru membuka dompetnya mencari kartu pelajar. Keningnya menyatu melihat tanggal kelahiran Haura. Sama. Tanggal yang tertera disana sama dengan tanggal kelahirannya. 05.05.05.

Haura memasukan angka itu. Salah. Lalu membuka ponselnya, Haura ingat tadi dia membaca pengingat diponsel. Hari pertunangan Haura dengan Aydhan. Tapi ketika memasukkan angkanya, kotak masuk belum terbuka.

“Kotak kesedihan?” Gadis itu bergumam. Mungkin alasan yang membuat Haura bersedih? “Hari meninggalnya Mama Haura?”

Haura mencari memo di ponsel Haura. 06.07.15

Klik

“Terbuka”

.

.

Haura keluar kamar sambil mengikat rambutnya asal. Sepertinya yang tertulis dalam buku harian yang ditemukan Haura didalam kotak bersegel semalam, kakak pertama Haura, Kafka, sudah ada diruang makan. Keduanya bertatapan ketika Haura meletakan ranselnya dikursi. Alih-alih duduk dan merebut sandwich seperti yang biasa Haura lakukan, kali ini Haura beralih ke arah lemari, mencari sekotak sereal yang katanya disimpan Haura disana.

Kak Kafka selalu mengulang kegiatan yang sama. Jam 6 pagi sudah duduk diruang makan dan membuat sandwich. Aku tidak terlalu suka sandwich. Tapi demi menemukan interaksi kecil dengan Kak Kafka aku akan merebut sandwich buatannya dan memakannya dengan lahap. Kak Kafka akan marah, tapi akhirnya membuat yang baru untuk dirinya. Sekotak sereal yang biasanya selalu habis selama 3 hari, sekarang bahkan tidak pernah ku sentuh. Demi memakan sandwich buatan kak Kafka.

Kafka memperhatikan Haura yang melenggang pergi membuka lemari bagian atas, tempat gadis itu menyimpan sereal. Lalu keningnya mengkerut melihat Haura mengambil kotak sereal itu dan membawanya ke atas meja makan. Berdiri lagi, gadis itu membuka lemari es dan mengambil sekotak susu cokelat dari sana. Semuanya dilakukan tanpa bersuara, tanpa menyapanya. Padahal Haura selalu menyapanya sebelumnya.

“Kamu sakit?”

“Sayang banget, Aku sehat walafiat” Haura menjawab cuek, gadis itu menuang sereal dan susu kedalam mangkuk lalu mulai makan. Tak memperdulikan bagaimana mata Kafka melebar mendengar jawabannya.

“Kenapa?” Jengah juga ditatap bak orang tidak waras oleh Kafka, Haura menatap Kafka dengan mata bosan. “Mulai sekarang Aku nggak akan pura-pura suka sandwich lagi biar setidaknya Kak Kafka mau natap dan ngomelin aku. Jadi mulai sekarang nggak usah khawatir Kak Kafka kena darah tinggi tiap pagi”

“Jaga sikap kamu, Haura!”

Haura tertawa, hampir tersedak. “Haura? Ini kali pertama dalam setahun Kak Kafka manggil namaku dengan benar. Wow”

Kafka tercekat. Selain wajah Haura yang menatapnya datar juga tawa gadis itu yang mencemooh begitu mengganggunya. Tapi kenapa? Bukannya bagus kalau Haura tidak merebut sandwich buatannya lagi? Tapi sudut hati Kafka seperti tercubit mendengar alasan Haura melakukan itu, demi mendapat perhatian darinya katanya? Benar. Haura tidak terlalu suka sandwich. Bahkan sejak dulu. Mama selalu membuat 5 sandwich, Haura akan dibuatkan sereal untuk sarapan. Kenapa, Kafka bisa lupa?

….

Terpopuler

Comments

Ayu sutriani

Ayu sutriani

suka kk/CoolGuy/

2024-02-22

0

lihat semua
Episodes
1 1. Dunia Haura
2 2. Perubahan Haura
3 3. Perubahan Besar
4 4. Selamat kamu berhasil menarik perhatianku
5 5. Aku nggak berpikir kamu ada dipihakku
6 6. Kamu nggak punya pilihan
7 7. Aku nggak akan membiarkan kamu pergi
8 8. Aku penasaran apa yang akan kamu lakukan tanpa aku
9 9. Aku nggak suka kamu membahas ini
10 10. Kebetulan aku nggak mau ketemu kamu
11 11. Aku tahu, kamu kan nggak suka aku
12 12. Jadi aku boleh menyimpulkan kehadirannya tidak butuhkan kan?
13 13. Itu yang mau aku tanyakan, kenapa kamu melihat pria lain begitu?
14 14. Lagian itu cuman hot chocolate
15 15. Aku minta maaf
16 16. Aku takut waktuku nggak cukup
17 17. Kamu harus tetap suka sama aku
18 18. Kalian pernah denger peterpan syndrome?
19 19. Kamu nggak akan suka melihat kegilaan Aydhan
20 20. Kamu satu-satunya yang aku mintai maaf
21 21. Mereka hanya tahu jawabannya bukan caranya
22 22. Terimakasih sudah bahagia
23 23. Apa yang bisa aku bantu?
24 24. Sebenarnya aku sedang menguji kamu
25 25. Aku cemburu
26 26. Gue mau kita berdamai
27 27. Jadi aku nggak ada harapan jadi menantu Papa kamu?
28 28. Bisa nggak sehari aja biarin aku tenang?
29 29. Kalian kan nggak suka satu ruangan dan berbagi oksigen dengan aku
30 30. Kenapa harus Haura?
31 31. Kamu nggak boleh suka sama aku
32 32. Aku nggak salah!
33 33. Jadilah anjing yang penurut
34 34. Dasar pembohong
35 35. Tidak ada yang boleh menyentuh milik Aydhan
36 36. Aku mau ngasih misi penting nih
37 37. Are you jealous?
38 38. Kenapa kamu menutupinya dari kami?
39 39. Jangan gila Haura?!
40 40. Kamu nggak boleh jatuh cinta pada Aydhan!
41 41. Gue bisa jelasin
42 42. Gue akan lebih merepotkan dari Aydhan
43 43. Nggak ada obat paling mujarab selain nangis
44 44. Kamu okay, Haura?
45 45. Biar Papa yang urus semuanya
46 46. Aku nggak pernah memikirkan perempuan cantik selain Mama
47 47. Biarin aku meyakinkan Oom Bram
48 48. Apa yang lagi lo rencanakan?
49 49. Kata-kata kamu kasar banget
50 50. Itu bukan kepura-puraan
51 51. Kita masih berteman kan?
52 52. Panggil Saja 'Sayang'
53 53. She loves you
54 54. Seperti kamu ketika melihat Aydhan
55 55. Aku bukan penipu!
56 56. Semua benda disini, kamu bisa memilikinya
57 57. Ini bukan soal benar atau salah, ini soal perasaan Haura
58 58. Mau ditatap segimana intens pun Haura tidak akan kembali
59 59. Lo dijamin atas nama Pramudya
60 60. Gue masih ada di pihak Aydhan
61 61. Bagaimanapun gue mendapat satu pukulan dari lo
62 62. Aku hanya bersikap sebagai seorang teman
63 63. Kenapa kamu sangat patuh ke Papa?
64 64. Itu terlalu murah
65 65. Aku yang paling tahu kondisi tubuhku
66 66. Bukannya kamu terlalu nggak tahu malu?
67 67. Gue nggak peduli lo masuk grup sialan itu!
68 68. Aku masih mau hidup
69 69. Aydhan sudah jatuh, Sofia
70 70. Kita hidup dimana uang sangat berkuasa
71 71. Mau memamerkan saya ke teman kamu?
Episodes

Updated 71 Episodes

1
1. Dunia Haura
2
2. Perubahan Haura
3
3. Perubahan Besar
4
4. Selamat kamu berhasil menarik perhatianku
5
5. Aku nggak berpikir kamu ada dipihakku
6
6. Kamu nggak punya pilihan
7
7. Aku nggak akan membiarkan kamu pergi
8
8. Aku penasaran apa yang akan kamu lakukan tanpa aku
9
9. Aku nggak suka kamu membahas ini
10
10. Kebetulan aku nggak mau ketemu kamu
11
11. Aku tahu, kamu kan nggak suka aku
12
12. Jadi aku boleh menyimpulkan kehadirannya tidak butuhkan kan?
13
13. Itu yang mau aku tanyakan, kenapa kamu melihat pria lain begitu?
14
14. Lagian itu cuman hot chocolate
15
15. Aku minta maaf
16
16. Aku takut waktuku nggak cukup
17
17. Kamu harus tetap suka sama aku
18
18. Kalian pernah denger peterpan syndrome?
19
19. Kamu nggak akan suka melihat kegilaan Aydhan
20
20. Kamu satu-satunya yang aku mintai maaf
21
21. Mereka hanya tahu jawabannya bukan caranya
22
22. Terimakasih sudah bahagia
23
23. Apa yang bisa aku bantu?
24
24. Sebenarnya aku sedang menguji kamu
25
25. Aku cemburu
26
26. Gue mau kita berdamai
27
27. Jadi aku nggak ada harapan jadi menantu Papa kamu?
28
28. Bisa nggak sehari aja biarin aku tenang?
29
29. Kalian kan nggak suka satu ruangan dan berbagi oksigen dengan aku
30
30. Kenapa harus Haura?
31
31. Kamu nggak boleh suka sama aku
32
32. Aku nggak salah!
33
33. Jadilah anjing yang penurut
34
34. Dasar pembohong
35
35. Tidak ada yang boleh menyentuh milik Aydhan
36
36. Aku mau ngasih misi penting nih
37
37. Are you jealous?
38
38. Kenapa kamu menutupinya dari kami?
39
39. Jangan gila Haura?!
40
40. Kamu nggak boleh jatuh cinta pada Aydhan!
41
41. Gue bisa jelasin
42
42. Gue akan lebih merepotkan dari Aydhan
43
43. Nggak ada obat paling mujarab selain nangis
44
44. Kamu okay, Haura?
45
45. Biar Papa yang urus semuanya
46
46. Aku nggak pernah memikirkan perempuan cantik selain Mama
47
47. Biarin aku meyakinkan Oom Bram
48
48. Apa yang lagi lo rencanakan?
49
49. Kata-kata kamu kasar banget
50
50. Itu bukan kepura-puraan
51
51. Kita masih berteman kan?
52
52. Panggil Saja 'Sayang'
53
53. She loves you
54
54. Seperti kamu ketika melihat Aydhan
55
55. Aku bukan penipu!
56
56. Semua benda disini, kamu bisa memilikinya
57
57. Ini bukan soal benar atau salah, ini soal perasaan Haura
58
58. Mau ditatap segimana intens pun Haura tidak akan kembali
59
59. Lo dijamin atas nama Pramudya
60
60. Gue masih ada di pihak Aydhan
61
61. Bagaimanapun gue mendapat satu pukulan dari lo
62
62. Aku hanya bersikap sebagai seorang teman
63
63. Kenapa kamu sangat patuh ke Papa?
64
64. Itu terlalu murah
65
65. Aku yang paling tahu kondisi tubuhku
66
66. Bukannya kamu terlalu nggak tahu malu?
67
67. Gue nggak peduli lo masuk grup sialan itu!
68
68. Aku masih mau hidup
69
69. Aydhan sudah jatuh, Sofia
70
70. Kita hidup dimana uang sangat berkuasa
71
71. Mau memamerkan saya ke teman kamu?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!