"darimana saja kamu? hah!!!" dengan suara yang meninggi di tambah dengan tolak tangan di pinggang membuat Tamara sangat ketakutan melihat tantenya Ririn berada di depan pintu sambil menunggu kedatangan Tamara yang kesorean.
Tamara menunduk dan mendekati tantenya.
"maaf Tante. Tamara tadi dari kuburan orangtua Tamara Tante" jawab Tamara jujur.
Tante Ririn memicingkan penglihatannya kepada Tamara dan mendekati kembali Tamara sambil memegang bahunya.
" kamu memang pantas tidak jadi anak sebatang kara. kelakuan kamu sangat tidak bisa di tiru, kamu berasalan bahwa kamu ke kekuburan orang tua kamu! iya!!!" teriak Tante Ririn.
Tamara hanya menunduk dan terdiam seribu bahasa. karena menurutnya melawan kepada Tante Ririn tidak akan pernah juga di dengar oleh Tante Ririn. tante Ririn begitu membenci awal kedatangan Tamara di rumah nya itu. di tambah dengan suaminya yang selalu membandingkan tamara dengan putrinya Ajeng hingga membuat Tante Ririn semakin membenci Tamara.
"kenapa kamu diam!! hah!!! berarti benar yang saya bilang. kamu diluar sana hanya bermain main. dan kamu tau ngak, suami saya sudah capek capek mendaftarkan kamu ke sekolah elit. tapi ini kelakuan kamu! hah!!!" teriak Tante Ririn yang membuat Tamara semakin menunduk dengan air mata yang sudah mulai membasahi pipinya.
"kamu punya mulut ngak! kamu bisu! atau kamu ingin mengadu kepada suami saya! hah!!! jawab saya!!!" teriak Tante Ririn kembali membuat Tamara merasa sangat tidak terima dan dia pun mulai membuka suara nya pelan.
" maaf Tante. tamara benar benar tidak pergi main main Tante. Tamara benar benar pergi ke kuburan orang tua Tamara tadi Tante" jawab Tamara yang sudah mulai sesegukan.
tapi Tante Ririn sama sekali tidak memperdulikan kesedihan yang menimpa Tamara dan bahkan dia semakin kesal.
"saya ngak percaya dengan omongan kamu. kalau kamu memang sayang sama suami saya. segera tinggalkan rumah ini dan jangan pernah datnag lagi kesini. kamu tau gara gara kedatangan kamu ke rumah ini, semua nya jadi hancur. bahkan suami saya selalu membanding bandingkan kamu dengan putriku" ucap Tante Ririn membuat Tamara semakin sedih ketika mendengar Tante Ririn berucap seperti itu.
"baiklah Tante. Tamara akan pergi dari rumah ini, Tamara juga tidak mau gara gara Tamara rumah tangga Tante berantakan. Tamara sangat bersyukur dan sangat berterima kasih kepada Tante, kepada om Rivan. karena selalu membantu Tamara" ucap Tamara.
"Tamara pamit dulu Tante. selamat tinggal, titip salam kepada om Rivan Tante" ucap Tamara sambil menjinjing tas nya tanpa membawa baju atau apa pun.
Dia berlari sambil menangis.
"saya akan pergi kemana?apa yang harus saya lakukan saat ini? mah, pah, apa yang harus Tamara lakukan sekarang? Tamara tidak punya apa apa dan Tamara harus pergi kemana?" ucap Tamara dalam hatinya sambil berjalan dengan pelan.
Tamara pun mulai merogoh sakunya.
"apakah ini cukup untuk uang kos ku" ucap Tamara dalam hatinya. Tamara pun berjalan sambil melihat kosan yang murah.
senyum merekah kembali kepada Tamara di mana dia menemukan kosan yang terbilang murah.
" syukur deh, ada juga tempat saya untuk tinggal meskipun tidak terlalu bagus tapi setidaknya saya bisa tidur"ucap Tamara yang sudah deal kepada yang punya kosan.
Tamara pun mulai merebahkan tubuhnya ke kasur yang terbilang kecil dan hanya untuk muat 1 orang. dia melamun sambil melihat langit langit yang ada di atas kamar nya.
"saya harus nyari kerjaan. saya ngak mungkin bisa bergantung kepada om Rivan. om Rivan itu sangat baik dan saya ngak mau kalau keluarga mereka selalu bertengkar gara gara aku" ucap Tamara yang kembali meneteskan air matanya.
"tapi saya harus nyari kerja apaan? saya juga harus bisa membiayai uang sekolah saya?" ucap Tamara yang semakin bingung.
Tamara yang mempunyai handphone dan dia pun mencari lowongan kerja part time di dinding loker. beberapa lama Tamara menscroll scroll handphone nya tetapi belum juga ketemu.
"hmm, apa yang saya harus lakukan sekarang? saya ngak mungkin bisa bertahan tapi ada uang dan jalan satu satunya saya harus kerja" ucap Tamara kembali.
Tamara pun berdiri untuk membersihkan badannya karena Tamara pergi ke kuburan orangtuanya.
tidak berapa lama akhirnya Tamara sudah siap mandi dan tanpa sengaja dia melihat handphone bahwa dia beruntung dan mendapat pekerjaan.
"saya ngak salah lihat? ini benar kan? syukur deh aku dapat kerjaan. saya akan sungguh sungguh kerja" ucap Tamara dalam hatinya karena merasa kesenangan sudah mendapat kerjaan.
Tamara pun kembali tersenyum dan berusaha untuk tidak tegang ketika dia harus berhadapan dengan yang namanya interview. karena menurut Tamara tidak belum seharunya dia berada di posisi sekarang karena dia harusnya sekolah tetapi posisi yang di jalanin Tamara sekarang ini terpaksa demi berjalannya hidupnya.
Tamara pun berdoa dengan sekuat kuatnya supaya interview di lancarkan untuk besok karena kerjaan itu sangat penting dalam hidupnya sekarang.
dokter Rivan yang baru pulang dari kerjaan dia merasa janggal karena dia tidak melihat Tamara sama sekali.
"Tamara,,,Tamara,,Tamara" panggil dokter Rivan tetapi tidak ada sahutan sama sekali.
Ririn istrinya yang sedang berbaring di kasur kamarnya tidak menyahut ataupun menjawab panggilan dari suaminya yang sedang mencari keberadaan Tamara.
" di mana tamara? tumben saya ngak melihat dia dari tadi?" ucap dokter Rivan.
"saya ngak tau. dia kayaknya udah keluar dari tempat ini, harusnya dia sadar diri siapa dia di rumah ini" ucap Ririn membuat dokter Rivan tercengang dan melotot kepada istrinya itu.
"maksud kamu apa? Tamara keluar dari rumah ini? ngak, ngak mungkin Tamara keluar dari rumah ini tanpa izin dari saya. atau jangan jangan kamu..." ucap dokter Rivan yang curiga kepada istrinya itu.
"kenapa? kenapa kamu melihat saya? kamu pikir saya yang membuat Tamara pergi dari sini? hah!!!" jawab Ririn dengan mata yang melotot.
" ngak mungkin Tamara keluar dari rumah ini tanpa ada sebab nya. ini pasti ulah kamu kan Rin" teriak dokter Rivan kepada istrinya itu
" wahhh, kamu memang hebat mas. bukan masalah hebat dalam pekerjaan kamu tapi kamu lebih membela anak yang tidak tahu diri itu di bandingkan istri mu ini!!! baik apa Tamara hingga kamu sangat membela dia?" teriak Ririn kepada suaminya itu.
"berarti benar dugaan saya. kamu yang mengusir tamara dari rumah ini kan Rin? jawab saya!!!" teriak dokter Rivan yang sudah mulai emosi
"Iyah!!! saya yang usir dia dari rumah ini! kenapa!!! kamu ngak terima mas!"
dokter Rivan pun melotot kembali kepada istrinya itu.
"kamu benar benar jahat Rin. Tamara itu adalah tanggung jawab Rin. tidak seharusnya kamu mengusir dia, saya sudah pernah bilang kan kalau kehidupan Tamara, saya yang harus tanggung semuanya. karena bagaimana pun kehidupan Tamara sudah mulai kesepian semenjak orangtuanya pergi meninggalkan tamara" ucap dokter Rivan yang tidak terima dengan kelakuan dari istrinya itu.
" kamu benar benar keterlaluan Rin. saya akan membawa tamara kembali ke rumah ini. dan ingat kamu tidak ada hak untuk mengusir dia lagi atau ngakk.... kamu tahu kan apa yang saya maksud" tegas dokter Rivan dan langsung pergi dari rumah untuk mencari keberadaan Tamara.
Ririn hanya melotot melihat kepergian dari suaminya itu karena lebih mementingkan Tamara daripada istri dan putrinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments