Terpikat oleh FUCKBOY
Mah...pah...
"kenapa mereka seperti ini dok?"
"kenapa mereka tidak bernafas"
pertanyaan demi pertanyaan yang ada diutarakan Tamara kepada dokter yang sedang berusaha untuk mengobati kedua orang tua Tamara. meskipun Tamara masih kecil, dia tidak terima dengan keadaan orangtuanya yang sudah berlumuran darah. bahkan beling beling kaca tertusuk di dada ayah nya. sedangkan Tamara hanya terluka kecil meskipun dia mengalami trauma pasca kecelakaan tersebut.
dokter Rivan.
dokter yang sedang berusaha untuk menyelamatkan kedua orang tua Tamara. tetapi naasnya kedua orangtua Tamara tidak bisa diselamatkan karena ayah dan ibunya mengalami pendarahan yang sangat banyak. sehingga harus membutuhkan banyak darah.
Tamara terus memukul dokter tersebut tetapi dokter Rivan sama sekali tidak bergeming dan bahkan dokter Rivan hanya berdiri mematung dan sesekali dia meneteskan air matanya.
para suster dan banyak orang juga mengalami hal seperti yang sedang di rasakan oleh dokter tersebut.
Tamara pun terduduk dan menunduk dengan lesu.
"sekarang siapa lagi yang menyisir rambut Tamara..mah?"
"siapa yang akan menggendong tamara kalau Tamara susah untuk tidur pah?"
ucap Tamara sambil menangis sesegukan.
dokter Rivan pun mendekati dan mengelus rambut Tamara dengan lembut.
"kamu anak yang baik. dokter tau kalau kamu pasti kuat untuk menghadapi ini semua"
ucap dokter tersebut.
tetapi Tamara sama sekali tidak bergeming.
dokter hanya pasrah dan dia pun kembali ke ruangan dan menyuruh suster tersebut supaya melakukan pemakaman.
tiba tiba suster tersebut mendekati dokter Rivan.
"maaf dok, tidak ada satupun yang datang ke rumah sakit ini. apalagi keluarganya. jadi, kita harus ngelakuin apa dok?"
tanya suster tersebut.
dokter menghela nafasnya dengan panjang.
"hufff, kasihan sekali anak itu. kalau begitu biarkan saya saja yang menanggung semuanya"
jawab dokter Rivan.
dan tidak butuh waktu lama akhirnya kedua orang tua Tamara pun di makamkan. Tamara yang ikut menyaksikan pemakaman kedua orang tuanya tersebut dan lagi lagi dia tersungkur ke tanah dan sesekali dia mencium papan nama yang bertuliskan nama ayah dan ibunya.
"mah, pah. Tamara tidak tau lagi harus ke mana? Tamara ngak kenal dengan dunia ini?
kenapa kalian kejam sekali mah, pah. kalian meninggalkan saya seorang diri."
"mahh, pahh. jemput tamara. Tamara ingin bersama kalian"
teriak Tamara.
dokter Rivan yang juga ikut menyaksikan penguburan kedua orang tua Tamara lagi lagi dia meneteskan air matanya.
dia pun berlutut dan mengelus kepala Tamara.
"nak, siapa nama kamu?"
Tamara pun menatap dokter Rivan dengan mata yang sembab
"tamara putri"
jawab tamara
dokter Rivan tersenyum karena tamara masih mau untuk menjawab pertanyaan darinya.
"nama yang cantik dan bagus seperti orang nya"
senyum dokter Rivan.
Tamara hanya tersenyum kecil dan dia kembali menatap tumbukan tanah yang ada di depan dengan bunga bunga yang bertaburan. dan lagi lagi Tamara kembali menangis dan sesekali dia mengais kuburan orang tua nya tersebut
"jangan Tamara. kamu harus ikhlas kan kedua orang tuamu. dokter tau kamu pasti akan bisa mandiri dan sukses nantinya"
ucap dokter Rivan sambil menenangkan hati Tamara.
tetapi Tamara sama sekali tidak bergeming dan bahkan dia menidurkan kepalanya di atas tumpukan tersebut.
dokter Rivan lagi lagi mencoba untuk menenangkan hati Tamara.
"gimana kalau nak Tamara, dokter bawa ke rumah"
tanya dokter Rivan.
mula mula Tamara tidak bergeming tetapi akhirnya dia langsung menatap dokter Rivan dengan tatapan penuh harapan.
"Tamara bisa tinggal di rumah dokter?"
tanya Tamara.
dokter yang mendengar dan melihat Tamara dia pun tersenyum.
"Iyah, dokter akan bawa kamu ke rumah dokter. dan di rumah dokter kamu pasti tidak akan kesepian. sebab di rumah dokter ada anak dokter. namanya Keisha"
ucap dokter Rivan tersebut.
"tapi dokkkk...."
jawab tamara dengan bimbang.
"kenapa Tamara. kamu yang sedang mengganjal di hati mu?"
tanya dokter Rivan.
"Tamara belum kenal dokter. Tamara takut kalau terjadi sesuatu dengan Tamara"
dokter Rivan lagi lagi tersenyum dengan tatapan tamara yang sudah mulai takut.
"Tamara.. dokter Rivan ngak akan melakukan hal jahat kepada Tamara. anggap saja dokter Rivan ini teman nya kedua orang tua Tamara. okk"
jawab dokter Rivan untuk membuat Tamara tenang.
Tamara berpikir dengan keras.
"tapi saya pikir pikir dokter ini memang baik, semoga saja dokter ini akan menjaga Tamara sampai Tamara balas Budi kepadanya"
ucap hati Tamara.
"hayooo"
ajak dokter rivan.
dokter Rivan yang mengulurkan tangan nya kepada Tamara . dan Tamara pun mengulurkan tangannya meskipun dia masih berusaha untuk membuang hal hal kotor yang ada di pikiran nya.
dan tidak butuh waktu lama akhirnya dokter Rivan dan Tamara sudah sampai di rumah.
karena dokter Rivan tidak mempunyai jadwal lagi di rumah sakit, akhirnya dokter Rivan bisa lebih tenang berada di rumah nya
tok
tok
tok
suara pintu yang di ketok oleh dokter Rivan. dan beberapa menit kemudian, pintu tersebut terbuka dan melihat istri serta anak perempuannya
"mas, kok lama bangat sih pulang nya?"
ucap Ririn istri Rivan yang sedikit mengeluarkan suara yang keras.
dan tiba tiba juga anak perempuannya dengan mendengus tanda kesal kepada ayah nya itu.
"lagi lagi ayah lama pulang nya!"
ucap Ajeng.
dokter Rivan hanya tersenyum menjawab pertanyaan dari mereka.
"Iyah, papa minta maaf karena lama pulang nya. tapi ini kan demi kalian berdua juga. papa harus lembur, kerja. supaya bisa menafkahi kalian"
jawab dokter Rivan
Ririn dan Ajeng lagi lagi mendengus.
dan tiba tiba saja Ajeng menatap Tamara dengan benci
"siapa dia? kenapa papa bawa dia kesini?"
ucap Ajeng dengan kesal.
"oh ini,. kenalin dia Tamara. mulai hari ini Tamara akan tinggal bersama kita. biar kamu ngak kesepian sayang"
Jawab dokter Rivan
Tamara dengan senyumnya dan sopan dia menyalam tangan Ririn tetapi langsung di tepiskan oleh Ririn.
dan beralih kepada Ajeng,
"kamu itu ngak sadar yah. tangan kamu itu kotor, pasti kamu anak jalanan yang di pungut oleh papa ku kan?"
tanya Ajeng dengan suara tawanya.
"Ajeng!!! tidak boleh ngomong seperti itu nak. siapa yang ajarin kamu seperti itu. Tamara hanya ingin kenalan sama kamu nak"
ucap dokter Rivan yang terlihat kesal dengan anak perempuanya itu.
Ririn yang tidak terima karena dokter Rivan membentak Ajeng.
"apa apaan sih kamu mas. kamu berani membentak anak kamu dan membela anak pungut ini. kamu memang keterlaluan mas"
ucap Ririn dan langsung membawa Ajeng ke dalam.
dokter Rivan memicit kepalanya yang sudah mulai pusing
Tamara hanya terdiam
"maafin sikap istri dan anak dokter yah. mereka itu sebenarnya orang baik, mereka hanya belum terbiasa dengan orang luar"
ucap dokter Rivan tersenyum kepada Tamara.
Tamara hanya tersenyum dan di dalam hatinya dia ingin pergi tetapi tamara tidak mau dokter Rivan kecewa. karena dokter Rivan juga sudah baik kepada Tamara terutama berkorban untuk membiayai penguburan kedua orang tuanya.
"ngak apa apa kok dok. Tamara ngak apa apa"
jawab tamara.
"oh yah, jangan panggil dokter yah. panggil saja om"
"baik om"
jawab tamara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments