Dengan langkah semangat, seorang gadis berseragam putih abu, berjalan di koridor sekolah. Dari kejauhan dia dapat melihat sahabatnya yang sedang mengobrol dengan Reza teman sekelasnya.
"Az--" ucapan Aretha terhenti tatkala dia merasakan sebuah tepukan pada punggungnya.
"Hai, Aretha" sapa Jovan sembari tersenyum lebar kearah gadis tersebut.
"Eh, hai Jovan" Aretha sedikit gugup menjawab sapaan dari Jovan. Jujur saja, saat ini dia benar-benar gugup, dia bahkan dapat mendengar suara jantungnya yang berdegub kencang. Tidak pernah terlintas pada pikirannya, kalau Jovan akan membuktikan ucapannya semalam dan menyapanya seperti sekarang. Rasanya Aretha ingin sekali menemui Azka dan menceritakan tentang kejadian saat ini.
Ngomong-ngomong soal Azka, Aretha baru ingat jika tadi dia berniat mengejar sahabatnya itu. Namun saat ia melihat kembali kearah tempat Azka mengobrol dengan Reza beberapa detik yang lalu, ternyata Azka sudah tidak ada di tempat tersebut, menyisakan Reza seorang diri.
Selama perjalanan menuju kelas, Aretha merasa jantungnya akan segera meledak jika saja dia tidak menghembuskan napasnya dengan baik. Memang tidak ada korelasinya antara jantung yang akan meledak dengan menghembuskan napas, tapi Aretha pikir itu akan sedikit berguna. Karena dia tidak biasanya berada dengan jarak yang sangat dekat dengan Jovan, laki-laki yang selama ini telah dia cintai secara diam-diam.
Bahkan jarak koridor dan kelasnya yang memang cukup jauh, seakan menjadi sangat dekat hanya karena dia berjalan beriringan bersama dengan Jovan. Laki-laki yang sudah sejak lama menetap dan mengisi seluruh hatinya.
"Makasih" ucap Aretha setelah dia berada didepan kelas dan hanya ditanggapi dengan anggukan kepala saja oleh Jovan.
Aretha terdiam kaku, ternyata keterkejutannya tidak hanya sampai disini, Jovan memiliki caranya sendiri untuk membuat Aretha pingsan ditempat. Sapuan tangan Jovan pada kepalanya yang tertutup jilbab, berhasil membuat Aretha mematung di tempat. Dia bahkan tidak mampu mencerna dengan baik, apa yang baru saja terjadi. Tubunya seakan-akan di tekan tombol off oleh seseorang. Penglihatannya seakan tersihir, sehingga hanya mampu melihat seulas senyum yang mampu mengggetarkan hati juga sekujur tubuhnya.
"Belajar yang rajin" nasihat Jovan sebelum akhirnya beranjak pergi ke kelasnya, meninggalkan Aretha yang saat ini masih terdiam kaku dan berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.
"Woy!! Ngapain ngelamun" teriak seseorang di belakangnya, sembari menepuk pundak gadis tersebut pelan.
"Astagfirullah" Aretha terlonjak kaget dan segera membalikkan tubuhnya untuk menatap orang yang baru saja mengagetkannya.
Di hadapannya saat ini, terdapat seorang laki-laki yang berdiri dengan tegapnya, jangan lupakan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya itu.
"Azka!! Neyebelin!!" ujar Aretha kesal "Kalau aku jantungan gimana?" Lanjutnya sembari memegang dadanya yang berdegub kencang.
Azka tersenyum geli melihat tingkah Aretha, reaksi Aretha ketika dia kerjai sudah menjadi candu untuknya. pemuda itu sangat menyukai Aretha yang marah-marah tidak jelas seperti saat ini. "Kamu kan emang punya jantung Tha" ucapnya membenarkan ucapan gadis tersebut.
"Azka..." rengek Aretha tidak terima. Padahal beberapa detik yang lalu dia baru saja berbunga-bunga karena dapat berbincang dengan Jovan. Tapi Azka sahabatnya tercinta ini, justru menghancurkan semua moodnya.
"Iya, iya sorry" ujar Azka meminta maaf. Aretha mendengus kesal dibuatnya. Diantara dirinya dan Azka, Azka adalah orang yang akan dengan mudahnya meminta maaf ataupun mengalah. Aretha sendiri tidak mengerti kenapa laki-laki tersebut bisa bersikap seperti itu.
"Kamu ngapain ngelamun disini?" Tanya Azka penasaran. Tadi dia baru saja dari kantin, dan merasa heran ketika melihat Aretha yang melamun didepan kelas seperti orang yang sedang kebingungan. Karena itu dja dengan sengaja menepuk pundak sahabatnya itu, tidak disangka-sangka jika sahabatnya itu akan sangat terkejut akan ulahnya.
"Aku gak ngelamun Azka" rengek Aretha tidak terima.
"Terus tadi ngapain? Kayang?"
"Gak tahu ahk, Azka nyebelin!" Aretha melangkahkan kakinya memasuki kelas. Meninggalkan Azka yang saat ini sedang terkikik menahan tawa.
"Baiklah, aku memang menyebalkan" ujarnya sebelum akhrinya masuk kedalam kelasnya yang berada tepat di hadapan kelas Aretha.
****
"Maasya Allah...nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan..." lirih Aretha kagum. Dia tidak sengaja melihat Jovan yang baru saja keluar dari pelataran masjid. Air wudhu yang masih menetes disela-sela rambutnya, mampu membuat Aretha mengeluarkan decak kagum.
"Biasa aja kali Tha" ujar Bella bosan. Dia sangat bosan ketika Aretha memuji Jovan. Sungguh, karena Aretha terlalu sering memujinya, membuat Bella merasa sangat eneg. enggak, dia tidak membenci Jovan, tidak. Dia hanya merasa sangat bosan karena Aretha terlalu melebih-lebihkan setiap hal tentang Jovan Abelven
Aretha mendelik tidak suka. Dia tahu kalau sahabatnya ini sangat tidak suka jika dia m membicarakan setiap hal tentang Jovan. Padahal Bella juga sering sekali membicarakan tentang idol korea dan tentunya Aretha tidak pernah merasa keberatan jika sahabatnya itu menceritakan setiap kejadian yang dialami idol kesukaannya itu. Karena Aretha juga sangat menyukai idol korea. Hehe
"Yaudah yuk cepet keburu bel masuk" Bella melangkahkan kakinya memasuki pelataran masjid dan masuk ke tempat wudhu wanita. Saat ini mereka hendak melaksanakan Sholat Dzuhur berjamaah.
Keduanya melaksanakan sholat dzuhur di lantai dua masjid. Karena memang lantai satu diperuntukan untuk jamaah laki-laki, sedangkan lantai dua untuk jamaah wanita. Aretha dapat menebak siapa yang saat ini sedang menjadi imam. Dia sudah sangat sering mendengar suaranya hingga telinganya tidak asing lagi dengan suara tersebut.
Bahkan jika orang itu menelponnya dengan nomor asing sekalipun, ia akan sangat tahu suara siapa itu. Tentu saja itu suara Azka sahabatnya. Aretha sangat menyukai ketika Azka menjadi imam. Ia sangat suka karena ketika Azka melantunkan ayat suci Al-Qur'an, suaranya sangat-sangat indah sehingga dapat membius siapa saja yang mendengarnya.
Aretha sendiri merasa heran dari mana laki-laki tersebut belajar ilmu tentang agama islam sedalam itu. Walaupun dirinya dan Azka berteman sedari kecil dan selalu bersama-sama kemanapun mereka pergi. Namun Aretha selalu merasa insecure dengan pemahaman agama islam yang Azka miliki. Padahal baik dirinya maupun Azka, keduanya tidak pernah diajarkan dasar-dasar agama islam oleh orang tua masing-masing. Bukan sok tahu atau bagaimana, tapi keadaan keluarganya dan . sama persis. Hancur.
Dibesarkan dalam keluarga yang berada dalam ambang kehancuran, membuat Aretha maupun Azka saling menopang satu sama lain. Ikatan persahabatan mereka bak saudara adik dan kakak yang terpisahkan. Mereka akan menemani satu sama lain. Dimana ada Azka, disitu ada Aretha, begitupun sebaliknya. Sedari kecil, mereka sudah berjanji untuk bersama-sama hingga maut memisahkan.
Bahkan ada satu janji konyol yang mereka ucapkan saat umur 5 tahun, kalau seandainya diumur 23 tahun mereka belum menemukan pasangan masing-masing, maka mereka akan menikah. Intinya mereka harus terus sama-sama, karena Azka gak akan bisa berdiri tanpa Aretha dan Aretha gak akan bisa berdiri tanpa Azka. Pokoknya dalam semua fase kehidupan, mereka harus saling memberikan support mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Emma
😢Saya menangis ketika membaca bagian yang menyedihkan dari novel ini.
2023-08-15
0
Gbi Clavijo🌙
Gak kecewa sama sekali! 😃
2023-08-15
0
KnuckleBreaker
Suka banget sama ceritanya, thor pandai menulis!
2023-08-15
0