Aretha menatap takjub danau yang berada di hadapannya saat ini. Tidak pernah terbayangkan olehnya, jika di tengah-tengah kota metropolitan yang dia tempati. Ternyata masih terdapat danau yang begitu indah dan juga bersih. Mungkin karena jaraknya yang cukup jauh dari jalan raya, sehingga tidak terdengar sedikitpun hiruk piruk kendaraan bermotor. Justru yang terdengar hanyalah suara kicauan burung-burung.
Aretha berjalan mendekati Azka yang saat ini sedang duduk selonjoran di tepi danau "kamu nemuin tempat kayak gini dari mana Ka?" Tanyanya penasaran seraya ikut mendudukkan dirinya di samping laki-laki tersebut.
"Gak sengaja nemu. Kalau lagi suntuk biasanya kesini" jawab Azka dengan senyuman khas nya.
"Kalau bolos sekolah juga kesini?"
Azka melirik Aretha yang saat ini sedang menatap danau dengan wajah tenangnya "sekali-kali, tapi lebih sering nongkrong di warung mang Budi" jawabnya.
Azka awalnya tidak akan mengajak Aretha singgah ke danau ini. Karena danau ini merupakan tempat rahasianya. Namun, dia tidak tahu harus membawa sahabatnya itu kemana. Tidak mungkinkan dia membawa Aretha ke warung mang Budi. Tempat itu sangat tidak baik untuk dikunjungi oleh gadis tersebut.
Karena biasanya, anak-anak yang sering membolos sekolah selalu nongkrong disana. Bahkan, anak-anak geng motor yang terkenal karena kenakalannya dijalanan, juga sering nongkrong disana. Mungkin karena areanya yang cukup terpencil dan jauh dari lingkungan warga. Menjadikan warung mang Budi tempat yang strategis untuk sekedar nongkrong ataupun ngopi bersama.
Minuman keras, rokok maupun obat-obatan terlarang sangat lumrah disana. Jadi, memilih warung mang Budi sebagai tempat untuk membolos bersama Aretha merupakan pilihan yang salah. Dan membawa Aretha ke danau ini adalah pilihan yang sangat pas menurutnya. Yah, tidak ada salahnya berbagi tempat rahasia bersama sahabatnya itu.
"Jovan juga suka nongkrong disana?"
"Iya"
"Ohhh" kata Aretha sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tha?"
"Hmm" Aretha memalingkan wajahnya dan menatap Azka yang saat ini sedang menatapnya lekat.
"Kenapa harus Jovan?" Tanya Azka penasaran.
"Maksud kamu?" Aretha tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Azka, dia semakin merapatkan duduknya dengan laki-laki tersebut.
Azka tersentak kaget dengan pertanyaan yang baru saja keluar dari mulutnya. Dia sendiri tidak mengerti, kenapa pertanyaan itu bisa tiba-tiba mengalir tanpa permisi dari mulutnya.
"Gak jadi, yuk pulang" ajak Azka mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Kemudia dia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju tempat sepeda motornya diparkirkan. Aretha mengikuti Azka dengan sedikit tergesa-gesa, dia takut sahabatnya itumeninggalkannya.
Sejujurnya Azka sangat penasaran dengan alasan kenapa Aretha bisa menyukai Jovan, sampai sebegitunya. Azka sangat mengenal Jovan seperti apa. Dan ia juga sangat tahu kalau Aretha dan Jovan bagaikan langit dan bumi, mereka tidak akan pernah bisa bersama.
Dari sekian banyaknya laki-laki di muka bumi ini. Kenapa harus Jovan yang singgah di hati gadis tersebut. Kenapa gadis itu tidak memilih laki-laki lain di hatinya. Seharusnya, gadis itu memilih laki-laki yang tidak akan menyakitinya suatu hari nanti. Seharusnya seperti itu. Namun, Azka sadar kalau dirinya tidak pantas untuk ikut campur dalam hubungan asmara Aretha. Mengingat, dia hanyalah seorang sahabat saja. Ingat, Sahabat. Tidak lebih dari itu. Jadi jangan melewati batas.
****
Aretha menatap tidak percaya layar ponselnya. Bahkan sampai kiamatpun, dia tidak pernah bermimpi kalau Jovan akan mengiriminya pesan. karenanya, selama hampir 5 menit lamanya, dia hanya menatap pesan yang dikirimkan oleh Jovan. Sungguh, mereka tidak sedekat itu untuk sekedar menanyakan kabar masing-masing.
...Jovan Abelven...
Kenapa gak masuk sekolah?
Sakit?
^^^Enggak sakit kok.^^^
^^^Tadi aku ada urusan mendadak.^^^
Syukurlah.
Aku pikir kamu sakit. Karena tidak biasanya kamu membolos sekolah.
^^^Hahah, iya. Aku juga gak nyangka kalau aku akan bolos sekolah.^^^
Tentu saja. Kamu kan termasuk murid paling rajin di sekolah. Jadi sangat mustahil kamu bolos sekolah seenaknya.
^^^Aku juga manusia biasa. Jadi pasti ada keperluan mendadak juga.^^^
Oh yah? Aku pikir kamu hanya robot yang di program untuk belajar saja.
^^^Kamu ternyata bisa bercanda juga yah Jovan?^^^
Tentu saja, memangnya kamu pikir aku apa?
^^^Aku pikir kamu gak akan bisa seramah ini Jovan^^^
Apa kamu bilang? Aku ramah kok ke semua orang. Seperti nya besok aku harus menyapamu, supaya pikiran kamu tentang aku yang tidak ramah bisa menghilang.
^^^Hahahh. Oke aku tunggu^^^
Obrolan terus berlanjut, dari mulai obrolan tentang sekolah. Hingga menjalar ke obrolan yang lebih santai. Aretha tidak pernah menyangka kalau akan ada hari dimana dia dengan Jovan bisa mengobrol dengan sangat santai seperti sekarang. Bolehkan dia sedikit berharap kalau ke depannya dia dengan Jovan akan menjadi lebih akrab? Bolehkan seperti itu tuhan?
Aretha sadar, ada beberapa perasaan yang memang tidak harus terbalaskan. Ada beberapa perasaan yang tidak berakhir dengan kepemilikan. Dan gadis itu sangat-sangat menyadari itu. Sangat tidak mungkin laki-laki seperti Jovan akan membalas cintanya, Jovan Abelven, laki-laki yang sangat terkenal di sekolah. Laki-laki yang menjadi primadona bagi kaum hawa. Apalagi banyak rumor yang mengatakan kalau Jovan bergabung dengan anggota geng motor, semakin menambah kekaguman orang-orang terhadapnya.
Bukankah laki-laki yang terkenal akan ke Badboy-an nya akan sangat terkenal dan diidam-idamkan, dibandingkan dengan laki-laki yang baik-baik dan tidak melenceng dari aturan? Entahlah, Aretha sendiri tidak tahu kenapa orang-orang lebih menyukai tantangan seperti itu dalam sebuah hubungan.
Padahal jika ditelisik lebih dalam, memiliki hubungan dengan laki-laki baik-baik dan tidak sering membuat onar akan membuat sebuah hubungan berjalan dengan baik. Apalagi jika sudah berbicara mengenai pernikahan.
Banyak sekali yang mengatakan, jika laki-laki harus mencari perempuan baik-baik untuk dijadikan seorang istri. Karena seorang ibu adalah madrasatul ula (madrasah pertama) bagi anak-anaknya. Anak-anak yang kelak akan menjadi harapan bangsa. Namun, banyak sekali orang yang lupa mengingatkan jika dalam pernikahan, seorang wanita tidak hanya mencari seorang laki-laki untuk dijadikan imam ataupun suami, tapi juga seorang ayah untuk anak-anaknya kelak. Seorang laki-laki yang akan menentukan surga dan neraka bagi si wanita. Bukan hanya perkara duniawi, tapi juga perkara akhirat.
Dijaman sekarang, kalimat jagalah anak perempuanmu banyak sekali digaungkan oleh orang-orang. Seakan, memiliki anak perempuan merupakan tanggung jawab yang begitu besar dibandingkan memiliki anak laki-laki. Padahal, kalimat didiklah anak laki-lakimu sebaik mungkin, jauh lebih penting. Karena ketika seorang laki-laki merusak seorang perempuan, mereka tidak hanya merusak masa depan si wanita, melainkan merusak harapan bangsa, merusak generasi-generasi selanjutnya.
Bukankah seorang wanita merupakan madrasah pertama untuk anak-anaknya? Lalu bagaimana seorang wanita bisa mendidik anaknya nanti, jika hidupnya saja sudah hancur karena ulah laki-laki yang tidak bertanggung jawab?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Alisa channel
Hebat banget, thor ini pintar bikin pembaca penasaran!
2023-08-15
0