Pada pagi hari, Raqilla sedang sarapan bersama dengan Aron sang kakek, hari ini ia di minta menemui calon suaminya oleh Aron. Dengan berat hati Raqilla menyetujui untuk bertemu, tetapi penampilannya kini ada yang berbeda.
"Kenapa kamu berpenampilan seperti itu?" tanya Aron.
Raqilla yang sudah selesai makan lantas berdiri, gadis itu membenarkan kacamata bulat nya. "Ini adalah trend baru, Kek," balasnya singkat.
"Tapi kenapa terlihat jelek?" tanya heran Aron.
Rambutnya ia ikat dua dan di kepang lalu ada kacamata bulat yang menutupi matanya, ia juga mengenakan pakaian yang agak kuno.
"Biarin, kalo begitu. Aku pamit." Raqilla langsung pergi keluar.
Dalam waktu dua puluh menit, Raqilla sudah tiba di sebuah taman bermain. Ia kembali membaca alamat yang di beri kakeknya, apakah salah atau tidak.
"Tapi beneran di sini," monolognya heran.
Tak mau banyak berpikir, ia memasuki area taman. Ada banyak anak-anak yang bermain di sini, mereka berlarian sembari tertawa membuat senyum manis tercetak di bibirnya.
Raqilla terus berjalan hingga ada seseorang yang menghentikan langkahnya.
"Apa anda Nona Raqilla?" tanya seorang pria di hadapan Raqilla.
Raqilla mengangguk ragu. "Maaf, anda siapa?" tanya Raqilla.
"Perkenalkan saya Vano, asisten calon suami anda, Nona," ucap pria itu.
Vano membungkukkan sedikit tubuhnya sebagai tanda hormat.
"I-iya, tunggu. Kenapa anda tau nama saya?" Raqilla bertanya dengan wajah keheranan.
Vano tersenyum tipis. "Saya sudah mengetahui identitas serta foto Anda, Nona" jawab Vano. "mari, Tuan sudah menunggu."
Raqilla tidak lagi bertanya dan langsung mengikuti Vano di belakang pria tersebut. Hingga keduanya tiba di bangku taman dan ada seorang pria lain yang duduk di sana.
"Tuan muda?" panggil Vano.
Yang di panggil membalikkan tubuhnya lalu saat itu pula Raqilla melihat seorang pria tampan dengan setelan jaz hitamnya.
"Silahkan duduk." Vano menunjukkan kursi taman yang bisa di duduki Raqilla
Raqilla duduk tepat di hadapan pria tampan yang menatap nya lekat, hal itu tentu saja membuatnya tidak nyaman.
"Biar saya perkenalkan kalian berdua," imbuh Vano, "Nona, ini tuan Barra calon suami anda," ucap nya.
Lalu Vano beralih pada pria di hadapan Raqilla, "ini adalah calon istri anda tuan, Nona Raqilla," jelasnya.
Raqilla menatap Barra begitu pula sebaliknya, mereka hening sejenak hingga Barra membuka suara.
"Salam kenal," sapa Barra sopan.
"Hmm," Raqilla membalas dengan gumaman.
Barra menegakkan tubuhnya sembari menatap wajah Raqilla, "saya yakin kamu sudah tau alasan kita bertemu?" tanya Barra santai.
"Iya, terus?"
"Apa kamu serius ingin menikahi saya?"
"Kenapa anda bertanya, Tuan?" tanya balik Raqilla dengan nada ketus.
Barra tersenyum tipis, "tentu saja saya bertanya, kamu kan calon istri saya," ungkap Barra.
"Pede sekali Anda, memangnya saya mau jadi istri anda," balas Raqilla tersenyum remeh.
Vano terkejut dengan tingkah Raqilla yang begitu berani bersikap kurang ramah pada Barra.
"Lalu kamu akan menolak?" tanya Barra lagi.
"Mungkin," ucap Raqilla, "bagaimana dengan Anda sendiri, Tuan?" kini gilirannya bertanya.
Barra diam sejenak, ia memperhatikan Raqilla dari atas hingga bawah, hal itu tentu membuat Raqilla tersenyum miring, ia yakin pria tampan ini akan menolaknya karena penampilan Raqilla .
Saat menunggu jawaban Barra, tiba-tiba perut Raqilla berbunyi membuat dua pria itu menatap nya.
"Lebih baik kita makan lebih dahulu, karena saya mendengar perut kamu berbunyi," ucap Barra tersenyum tipis.
Raqilla hanya mengikuti karena ia merasa lapar kembali, padahal kan ia sudah sarapan.
Barra dan Raqilla serta Vano kini makan di sebuah restoran mewah. Barra mencuri-curi pandang pada gadis di depan nya yang makan dengan lahap dan cepat bahkan mulut nya begitu terisi penuh.
"Tidak ada yang akan mengambil makanan anda, Nona," cetus Vano.
Raqilla menatap sekilas Vano lalu kembali meraup makanannya, ia bahkan makan dengan tangan di bantu sendok yang di sediakan.
"Huaa kenyangnya," ucap Raqilla seraya bersendawa kencang. "Ups, maaf,"
Barra geleng kepala melihat tingkah calon istrinya ini sedangkan Vano menatap tidak suka.
Bahkan gadis itu dengan santai nya mengupil di hadapan Barra. "Eh maaf, kebiasaan saya abis makan, yah gini," imbuh Raqilla santai.
"Cukup buruk yah kebiasaan Anda!" sindir Vano.
Raqilla tersenyum lebar sebagai tanggapan.
"Sepertinya saya perlu waktu, untuk memutuskan apa saya mau menikah atau tidak," beber Raqilla.
"Berapa lama?" tanya Barra.
"Apanya?"
"Kamu butuh waktu berapa lama untuk berpikir?"
"Oh itu, emm ... sebulan," cetus nya asal.
"Sombong sekali Anda, perlu waktu selama itu hanya untuk berpikir?apa susah nya terima saja, lagipula Tuan saya ini tampan," cemooh Vano ketus.
"Hei Tuan, memang nikah itu hanya dengan modal tampang saja?tidak!" protes Raqilla tidak suka
"Terserah."
"Sudah tidak perlu ribut," jelas Barra. "terserah kalau kamu mau berfikir, tapi saya setuju dengan pernikahan ini." Barra berkata membuat Raqilla melotot.
"APA?"
Ada apa dengan pria ini?kenapa mau?padahal dirinya sudah berpenampilan jelek.
Raqilla berusaha menetralkan wajah terkejutnya, "memang Anda tidak malu, menikah dengan gadis jelek dan miskin seperti saya?"
"Saya tidak melihat tampang dan ekonomi,"
"Bohong!" sela Raqilla cepat.
"Terserah jika tidak percaya." Barra beralih pada Vano, "atur pernikahan kami secepatnya!" tekan Barra.
"Ba-baik Tuan," balas Vano patuh.
"kita temui seseorang," ajak Barra.
***
Raqilla dan Barra kini berada di hadapan seorang pria paruh baya yang terbaring di ranjang rumah sakit.
Pria paruh baya itu menatap haru Raqilla dan Barra, "kau membawanya?"
Barra hanya mengangguk, "kami akan segera menikah,"
Bagas, selaku kakek Barra tersenyum lembut mendengarnya, ia terharu karena akan memiliki cucu menantu.
"Terima kasih Nak, sudah mau menikah dengan cucu ku," ucap Bagas pada Raqilla.
Raqilla tersenyum kaku. "i-iya tapi Tuan sebenarnya say-"
"Kami akan pergi memilih gaun pernikahan," celetuk Barra memotong ucapan Raqilla.
"Baik, kalian pergi lah."
Barra mengangguk dan kembali menarik Raqilla keluar.
Barra mengajak Raqilla ke butik langganan nya untuk fitting baju, walau awalnya gadis itu menolak, tetapi Barra terus mendesak dan memaksa hingga Raqilla mengiakan saja.
Setelah melakukan fitting dan beberapa hal lainnya, Barra mengantar calon istrinya pulang.
Sebelum keluar dari mobil, Raqilla memandang permusuhan kepada Barra. "dasar pemaksa, lihat saja nanti. Setelah kita menikah pasti Anda akan menyesal!"
Gadis itu akhirnya keluar dari mobil dan menutup pintu dengan keras.
Brak.
Barra sendiri hanya tersenyum tipis dengan tingkah calon istrinya.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Hasanah
baru kli Ina baca cewek x yg gak mau🤣🤣
2024-06-01
0
Fenny
Sempat lupa waktu sampai lupa mandi, duh padahal butuh banget idung dipapah😂
2023-08-15
2