Setelah mempersiapkan banyak hal beberapa hari, kini hari sakral yang di tunggu-tunggu telah tiba. Di sebuah hotel bintang lima pada hari Sabtu, pernikahan antara Barra dan Raqilla akan segera berlangsung.
Barra dengan setelan jas berwarna putih nya sudah duduk bersama dengan Raqilla yang mengenakan gaun pengantin berwarna senada, tetapi jangan lupakan kacamata bulat yang mungkin akan terus di pakai Raqilla.
Barra selesai mengucapkan ijab qobul dan kini keduanya sudah sah menjadi suami istri. Barra menyematkan cincin di jari manis Raqilla begitu pula sebaliknya.
Saat Raqilla mencium punggung tangan Barra, saat itu pula dengan cepat Barra mengecup pucuk kepala sang istri, hal tersebut membuat Raqilla melebarkan mata dan para tamu undangan memekik melihat adegan romantis pengantin baru tersebut.
Pernikahan yang di dambakan akhirnya berlangsung, sang pria tersenyum lebar dengan perasaan bahagia. Lain hal dengan sang istri, yang tersenyum, tetapi hatinya merasa sedih karena menikah dengan pria yang tidak di cintainya.
Raqilla berdiri bersama Barra di singgasana pengantin untuk menyambut para tamu undangan. Acara ini tertutup, hanya di hadiri kerabat dan beberapa rekan kerja.
Aron berjalan mendekati sepasang pengantin itu di ikuti Vano.
"Selamat untuk kalian berdua," ucap Aron tersenyum.
"Terima kasih, Kek," balas Barra.
Raqilla hanya diam, ia masih kesal kepada Aron yang mendesaknya menikahi Barra. Gadis itu sudah memohon agar tidak perlu menikah dengan Barra, tetapi Aron tidak mau mendengar dan tetap menginginkan sang cucu menikah.
"Masih marah?" tanya Aron.
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Raqilla.
Aron geleng kepala melihat sang cucu. "kamu tau?dulu kakek juga terpaksa menikahi nenekmu, kedua orang tuaku punya hutang pada keluarga nenekmu. Untuk melunasi hutang tersebut, Kakek di minta menikahi nenekmu," jelas Barra menceritakan kisah masa lalunya.
"Kakek bersikap dingin padanya, tapi nenekmu itu selalu berusaha mendapat cinta Kakek lewat perhatian manisnya. Secara perlahan Kakek menyadari ketulusan nenekmu dan akhirnya menerima cintanya." Tanpa terasa air mata Aron menetes mengingat pernikahan nya dengan mendiang sang istri.
Aron memegang bahu Raqilla. "mungkin sekarang kamu terpaksa, tapi percayalah suatu saat nanti kamu akan bisa menerima pernikahan ini juga Barra."
Aron beralih pada suami cucunya. "Nak, Kakek titip Qilla sama kamu, jaga dan sayangi dia, yah," pinta Aron.
Barra mengangguk patuh. "tentu saja, dia adalah istriku sudah sepatutnya saya menjaga dan menyayangi nya," sahut Barra tegas.
Aron tersenyum hangat mendengarnya, ia merasa tidak salah menikahkan sang cucu dengan pria baik seperti Barra, selain kehidupan Raqilla akan terjamin kebahagiaan pasti akan di dapat gadis itu.
***
Pesta resepsi semakin meriah pada malam hari, walau tidak banyak orang. Kini ada satu sesi, yaitu pesta dansa. Para tamu undangan di perbolehkan dansa bersama pasangan masing-masing.
Tentu tidak lupa kedua mempelai turut andil dalam pesta dansa. Raqilla menolak tidak mau berdansa beralasan tidak bisa, tetapi dengan segala cara Barra membujuk juga dengan bantuan Aron membuat gadis itu mengiakan saja, biar cepat.
Barra merapatkan tubuhnya kepada Raqilla, pria itu mulai memegang pinggang Raqilla, tangan Raqilla juga bertengger di pundak sang suami dan selanjutnya keduanya mulai bergerak ke kanan kiri secara perlahan.
Sebenarnya, Raqilla bisa berdansa. Mengatakan tidak bisa hanya untuk menolak ajakan Barra saja.
Musik masih berputar, para tamu tenggelam dalam gerakan dansa mereka, begitu pula Barra yang asik menatap lekat wajah sang istri.
"Kenapa sih?" tanya Raqilla.
Barra menggeleng. "bukan apa-apa,"
Raqilla hanya mendengus. Namun, detik berikutnya ia dengan sengaja menginjak kaki Barra sehingga suaminya itu mundur beberapa langkah.
"Eh maaf," cetus nya.
Barra hanya tersenyum tipis, ia kembali mengajak sang istri berdansa, Raqilla pun kembali mengikuti gerakan dansanya.
Hingga ia bertingkah lagi, dengan sengaja gadis itu mencondongkan tubuhnya dengan tangan mendorong tubuh Barra, alhasil pria itu terjatuh.
Para tamu undangan terkejut melihat mempelai pria terjatuh sedangkan pelaku yang membuat pria itu jatuh berusaha menahan tawanya.
Vano dengan sigap membantu sang atasan.
Barra menatap ke arah sang istri yang terlihat mengulum senyumnya, pria itu tersenyum tipis karena tahu maksud dari tindakan sang istri.
"Kamu gak apa-apa kan?" tanya Raqilla pura-pura cemas.
"Aku tidak apa-apa, istriku," jawab Barra.
Raqilla merasa aneh dengan panggilan yang terlontar dari bibir sang suami, ia mendongak dan mendapati Barra menatapnya lekat. Dengan cepat Raqilla memundurkan tubuhnya.
"Aku pusing, izin keluar cari angin," pamit Raqilla.
Gadis yang sudah menjadi seorang istri itu berdiri di balkon, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Pemandangan di hadapan nya menyuguhkan indahnya kota Jakarta pada malam hari yang di hiasi lampu-lampu bangunan.
Raqilla merentangkan tangannya sembari menutup matanya. Hingga terasa ada yang memeluknya dari belakang, ia melirik sedikit dan mendapati bahwa sang suami lah yang memeluk.
"Masih pusing, hmm?" tanya Barra meletakan dagunya di bahu Raqilla.
"ish lepas." Dengan cepat Raqilla melepas pelukan Barra dan menjauh. "jangan asal peluk."
"Kenapa memang?kan kamu sudah jadi istriku,"
"Pokoknya jangan dulu,"
"Kalau nanti berarti boleh, bahkan lebih dari peluk?" Perkataan Barra malah terdengar ambigu oleh Raqilla.
"Bukan gitu." Raqilla hendak kembali masuk, tetapi di cegah Barra.
"Mau kemana?tadi katanya mau cari angin,"
"Mau masuklah, anginnya jadi makin dingin karena ada, Anda!" cemooh Raqilla.
Barra hanya tersenyum tipis melihatnya, entah kenapa melihat sikap ketus sang istri malah membuat nya semakin jatuh hati, rasanya ia ingin memiliki Raqilla seutuhnya, menjadikan istrinya itu miliknya selama-lamanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Afiq Danial Mohamad Azmir
Terus berkarya thor, kelezatan bacaannya bikin ketagihan!
2023-08-16
1
Renji Abarai
Takjub!
2023-08-16
1