Sabeum Yosi menyemangati latihan tendangan hari ini. Aku berencana ikut ujian kenaikan sabuk bulan depan. Aku banyak bertanya apa tips agar kenaikan sabukku kali ini tidak gagal seperti yang sebelumnya. Sekarang aku sudah memegang sabuk biru strip merah atau geup 4. Oleh sebab itu aku giat berlatih agar ujian kenaikan sabukku sukses tanpa kendala.
"Drtttttt! Drttttt!" ponselku bergetar. Itu telpon ternyata dari mama.
"Halo ma! Ada apa?" tanyaku sehabis keluar dari kamar mandi dojang(tempat latihan Taekwondo).
"Kamu dimana? Masih latihan?" Tanya mama.
"Nggak, udah selesai ma. Ini baru habis mandi. Ada apa, Ma?"
"Kamu pulang dulu sebentar ya! Anterin mama sama bude," ujar mama.
"Hmmm, bang Randi atau bang Faizal gak bisa nganter mama kah? Rio mau ngambil buku di rumah teman dulu soalnya," jawabku sambil mengikat tali sepatu.
"Kakak-kakakmu ditelpon gak diangkat, Rii. Udah mama telpon 5x masih gak diangkat juga," jawab mama.
"Ya udah. Rio Otw pulang sekarang Ma," jawabku sambil berjalan menuju parkiran motor.
"Ok Rio. Jangan ngebut ya!" Jawab mama lalu menutup telpon.
Setelah mengantar mama dan bude belanja di Hypermarket, aku mengantri untuk membeli martabak pesanan papa. Aku menatap kearah Mama dan bude yang menunggu di mobil. Saat itu ponselku bergetar lagi.
"Drrtttt! Drrttttt!"
Ponselku bergetar lagi, kulihat nama Cresa terpampang di layar ponselku.
"Yupp, Cresa," jawabku.
"Halo Rio, kamu gak jadi ke rumah? Klo nggak jadi ke rumah, ya udah, soalnya aku mau keluar," kata Cresa dengan nada ketus.
"Kamu mau keluar kemana?" Tanyaku lagi.
"Aku mau beli martabak asin, Rio!"
"Biar kubeliin martabaknya. Mumpung aku juga lagi disuruh beli martabak juga nih sama mama," ujarku menjelaskan pada Cresa kenapa sampai jam segini aku belum ke rumahnya.
"Ooh gitu. Iya deh, klo gitu aku titip kamu aja ya, ntar aku gantiin uangnya disini.Martabak asin yang istimewa ya," ujarnya dengan nada riang.
"Siapp tuan putri!" Jawabku lalu menutup ponselku.
45 menit kemudian martabak pesananku pun selesai. Sesudah mengantar mama dan bude pulang ke rumah. Aku pun pamit lagi ke mama untuk mengambil buku dan menyalin catatan.
"Kamu belum makan, Rio. Makan dulu lah nak!" Kata mama supaya aku makan dulu sebelum pergi.
"Ntar aja, Ma. Udah gak keburu soalnya," kucium tangan mama lalu kupacu kencang motorku. 25 menit kemudian aku sampai di rumah Cresa. Saat aku berjalan melintasi taman rumahnya, kulihat Cresa menyambutku dengan wajah cemberut.
"Sori banget, kelamaan ya?" Kataku padanya sambil menyerahkan martabak pesanannya.
"Kok beli 2??? Aku kan pesannya cuma 1?" Katanya masih dengan wajah cemberut.
"Ohhh Buy 1 get 1 free Cres!" jawabku sekenanya.
"Hahahaha, ngibul lu parah banget sih Rii!" Katanya sambil tertawa sekaligus mencubit lenganku.
"Hehehe, maaf ya klo kamu udah nunggu lama. Ngantri banget. Maaf banget ya," jawabku dengan suara pelan.
"Udah ahh, gak usah gitu deh. Masuk yuk, jangan diteras. Dingin lho!" Katanya sambil menggandeng tanganku masuk kerumahnya. Tangan Cresa terasa sangat halus sekali.
"Aku diteras aja, Cres. Sudah malam juga. Gak enak sama mama papa kamu," kataku menolak ajakannya untuk masuk ke rumah.
"Aku cuma ngambil buku doank kok," kataku lagi. Cresa tersenyum. Itu senyumannya yang termanis, yang pernah aku lihat.
"Ini masih jam 9 kurang. Papa ngasih ijin sampe jam 10 kok. Yuk ahh masuk!" Katanya sambil menggandeng tanganku lagi. Aku pun menyerah. Saat aku masuk ruang tamu rumahnya, papa dan mamanya menyambutku sebentar, lalu kembali masuk ke ruang tengah. Aku gugup saat itu. Karena keluarga Cresa belum begitu aku kenal, ini baru kali pertama aku bertemu orang tuanya di rumahnya. Kami pun mengobrol sebentar, buku & salinan catatan sudah disiapkan oleh Cresa. Tak lama kemudian akhirnya aku pun pamit untuk pulang.
"Aku pulang dulu, Cres. Sori banget yaa kemalaman," kataku dengan jantung berdebar-debar.
"Iya, kamu hati-hati. Jangan ngebut ya, Rii!" ujarnya sambil tersenyum lagi. Aku mengangguk.
"Nite Cresa. Take care ya! Bye," ujarku lalu memacu motorku dengan kecepatan sedang.
Sesampai dirumah kudorong motorku pelan-pelan saat masuk garasi rumah. Mobil kakakku tidak ada di halaman. Brarti mereka belum pulang. Perutku terasa lapar. Ada notes kecil dari mama di kulkas.
"Rio, klo belum makan ada makanan di lemari." Kubuka lemari makan. Ada sepiring nasi capcay plus ayam goreng.
"Yes!!! I love u, Mom!!!"
Kubawa makanan itu kekamarku. Kubuka kamarku dan ternyata Vina sudah tidur. Kucuci tangan dan mengganti celanaku. Aku lalu makan dengan lahapnya. Tidak sampai 5 menit makanan dipiring itu sudah ludes. Aku segera mengunci kamar lalu merokok di kamar mandi. Aku merokok sambil melamun membayangkan senyum Cresa yang sangat manis tadi. Aku tak sadar saat itu Vina tengah memperhatikanku dari celah pintu kamar mandi.
"Hahaha, hayooo lagi ngelamun apaan? Lagi ngelamun jorok ya?" Katanya sambil merebut rokokku dan menghisapnya.
"Lu ngerokok juga, Vin???" Tanyaku lalu berusaha merebut rokokku kembali. Vina menghindar sambil mengangkat kedua tangannya sehingga tanganku mengenai dadanya.
"Uppsss, Ssooori Vin," kataku salah tingkah. Vina tersenyum cuek. Ia lalu duduk bersandar didinding kamar mandi sambil menghisap rokokku.
Aku pun menyalakan rokok lagi. Aku merokok disamping Vina. Vina tiba-tiba meneteskan airmata, badannya bergetar. Dia mengusap air matanya yang meleleh.
Lalu menghisap rokok lagi lalu membuang puntung yang masih panjang kedalam toilet. Ia pun lalu keluar dari kamar mandi. Segera kumatikan rokokku dan membuangnya di toilet seperti Vina. Setelah menyiram toilet, aku menyusul Vina. Vina sudah berbaring diatas ranjang dengan posisi membelakangiku. Badannya bergetar lagi, tanda dia sedang menangis lagi. Kutepuk punggungnya perlahan.
"Kenapa lu? Ada apa, Vin? Tumben banget lu nangis?" bisikku pelan. Vina berbalik lalu turun dan langsung memelukku. Dipelukanku dia menangis. Dia menangis sambil menutupi mulutnya. Sehingga membuat badannya berguncang-guncang. Kutepuk punggungnya sambil kubelai-belai rambutnya.
"Bawa bobo aja gih, Vin!" Kataku sambil menepuk punggungnya.
"Aku bobo duluan Rii," ujar Vina sambil menatap ke arahku. Aku pun mengangguk. Tiba-tiba Vina menarik leherku dan mencium bibirku. Aku yang kaget, tak sempat mengelak dari ciuman Vina itu. Dikulumnya bibirku sebentar. Lalu Vina melepaskan bibirnya dari bibirku dan mencoba tidur sambil memelukku malam itu. Kupandangi wajahnya yang tertidur sambil tersenyum itu. Kubayangkan wajah Cresa lagi. Kubuka ponselku kulihat foto Cresa di akun IG nya.
"Cresa, kamu itu imut, lucu dan pintar, sekaligus cantik!" gumamku dalam hati.
Ditunggu komen, follow dan like-nya ya Gess.Thanks a lot buat kalian yang sudah mampir!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments