Tak terasa hampir 6 bulan sudah aku memakai seragam putih abu-abu, masalahku dengan pak Razki untuk sementara aku pending dulu. Maksudku 'pending' adalah aku berusaha untuk tidak berbuat salah saat pelajarannya seperti nasihat mama. Sebenarnya aku tau dia mengincarku, mengintaiku untuk berbuat salah, tapi aku bisa melewatinya dengan baik. Baik PR maupun pertanyaannya dikelas kepadaku dapat kuatasi dengan baik sementara ini.
Sore itu rumahku kelihatan ramai sekali, terdengar suara budeku juga. Mama dan bude sedang duduk diruang tamu saat aku pulang dari sekolah.
"Rio, ini bude datang! Kamu salim dulu," kata mama, aku pun salim ke budeku setelah itu aku langsung ke kamarku. Kubuka pintu kamarku ada seorang cewek yang sedang tidur diranjangku.
"Wooy, bangun! Aku mau ganti baju nih," ujarku pada Vina anak budeku.
"Ganti aja lah, Rii. Aku gak akan ngintip kamu kok," katanya sambil menutupkan bantal ke wajahnya. Aku dan Vina memang sudah akrab sedari kami masih kecil.
Karena aku dulu sempat disusui budeku saat mama sakit sehabis melahirkan aku.
Aku pun berganti pakaian karena aku harus segera berangkat ke tempat latihan Taekwondo.
Setelah selesai aku pun bersiap untuk berangkat.
"Rio, kamu pulang sekolah gak mandi dulu? Joroook ihhh!" Katanya sambil bangun dan bersandar ditempat tidurku.
"Ngapain kamu bawa tas sebesar ini, Vin? Mau minggat?" Ujarku saat melihat 2 tas besar milik Vina dikamarku. Kulihat raut sedih diwajah Vina saat mendengar pertanyaanku.
"Kamu mau kemana?" Tanyanya lagi.
"Latihan Taekwondo," jawabku sambil membuka pintu kamar.
"Aku ikut, Rii!" Ujarnya sambil melompat dari ranjang.
"Haduuuh, nggak lah!" Jawabku sambil menuruni tangga. Vina dan aku berdebat karena dia ngotot untuk ikut aku ke tempat latihan.
Mama memanggilku, lalu kutinggalkan Vina didepan bersama bude.
"Ya Ma, ada apa?" Tanyaku sambil mencomot kue buatan mama.
"Mau latihan? Ini buat jajan.Eh ajak Vina juga gih. Ajak jalan-jalan atau makan ya," ujar mama sambil memberiku uang 500 ribu kepadaku.
"Kok banyak banget, ma?" tanyaku heran.
"Buat jajan, tapi kamu ajak Vina sekalian ya!" Ujar mama sambil tersenyum. Dengan berat hati akhirnya aku mengajak Vina ke tempat latihanku. Kupacu motor Ninjaku karena aku sudah hampir telat. Vina memeluk pinggangku dengan erat.
"Vin, jangan gini dong. Risih tau," kataku ketika merasakan dua bukit Vina menempel dipunggungku. Tapi dia malah mempererat pelukkannya sambil menempelkan dadanya dan menggesekkannya ke punggungku.
Akhirnya aku terlambat datang ditempat latihan. Aku dihukum lari 10x mengelilingi lapangan. Saat latihan aku pun berkonsentrasi untuk memperhatikan gerakan yang dicontohkan Sabeum(pelatih)ku.
"Siapa itu bro? Cewek lu? Cakep banget bro," ujar Surya yang bertanya soal Vina.
Aku hanya tersenyum sambil menenggak air mineral dingin ditanganku. Selesai latihan aku segera mandi. Setelah mandi aku segera mengajak Vina pulang.
"Udah makan belum, Vin?" Tanyaku saat sepeda motorku melaju.
"Lagi gak pengen makan, Rii," jawabnya singkat.
"Aku lapar banget nih! Hmmmm, tapi kamu ikut ajalah, terserah nanti kamu mau makan atau nggak disana," ujarku memacu kencang motorku.
Kuajak Vina ditempat biasa aku menyendiri, kafe itu berada dipinggir pantai yang disebelah belakangnya ada pondok-pondok kecil ditepi laut untuk menikmati sunset.
Aku memilih tempatku biasa menghabiskan waktuku jika sedang sumpek, pondok paling pojok disisi sebelah kanan.
"Wiiih enak banget angin pantainya, Rii," ujar Vina sambil membentangkan tangannya.
Aku langsung menuju pondok itu dan menyalakan rokok Marlboro Lightku. Kusedot dalam-dalam lalu ketiup pelan asap rokokku.
Vina menghampiriku.
"Anak nakal! Mulai kapan kamu pintar ngerokok?" Ujarnya sambil menatapku menghisap asap rokok.
"Kan kakakmu yang ngajarin. Udah 1 tahun ini aku sering ngerokok, Vin. Jangan ngadu ke mama lho!" Ancamku.
"Ada syaratnya, Hahaha!" Ujarnya sambil tertawa. Tak lama makanan yang kupesan sudah datang.
"Wiih, banyak bener kamu pesen makanan. Siapa yang bakal ngehabisin?" tanyanya sambil mengambil udang goreng.
"Klo kamu gak mau,aku bawa pulang, Vin. Buat nyemil di kamar."
Aku pun makan sendirian, kulihat Vina yang hanya diam. Termenung menatap laut. Aku berdiri sambil membawa piringku dan duduk disampingnya.
"Ayo makan, Vin!" Kataku sambil menjulurkan tanganku untuk menyuapinya. Dia menggeleng lalu mengalihkan mukanya kearah pantai.
"Ya sudah. Hmmm...enak banget lho kakap bakarnya," ujarku menggoda sambil melirik ke arah Vina. Vina sebenarnya lapar, tapi ia sedang memikirkan sesuatu yang berat tampaknya.
"Nyicip, Rio. Suapin yaa!" Katanya sambil membuka mulutnya. Kusuapi dia pelan-pelan dengan tanganku.
"Gimana? Enak kan? Hehehe," tanyaku sambil tertawa melihat mukanya yang lucu saat menelan suapanku.
"ANAK GILA!!! Lu kasih sambelnya banyak banget!!!" Ujarnya lalu menyeruput es jerukku sampai habis tak tersisa. Aku pun tertawa tergelak. Aku memang mengerjainya.
"Gila kamu, Rio! Klo sampe gue keselek gimana?" Ujarnya lagi. Aku masih tertawa terpingkal-pingkal melihat Vina yang kepedasan.
"Stttttt, Rio. Ada rombongan cewek tuh. Ada yang cakep banget tuh!" Kata Vina tiba-tiba menunjuk kearah rombongan 3 orang cewek yang menuju pondok disebelah pondokku. Cewek-cewek itu berpakaian sesuai dengan tren saat ini, itu menunjukkan bahwa mereka anak orang kaya. Kuacuhkan omongan Vina sambil menatap makan dimeja dan melanjutkan makanku.
"Jiaaahhh, sok cuek lu! Suapin aku, tapi jangan kayak tadi. Awas aja kamu klo kasih bomb kayak tadi ya!" Kusuapi Vina yang akhirnya mau makan dengan lahap bersamaku.
"Ehhhheeem, Eheeemmmm. Romantisnya!" Tiba-tiba terdengar suara cewek berdehem dibelakangku dan Vina.
Aku dan Vina menoleh kearah asal suara. Ternyata itu adalah suara Cresa. Dia sudah berdiri dibelakang kami dari tadi rupanya.
"Ehhh, Cresa kamu datang sama siapa? Maaf ya, tanganku kotor nih," ujarku sambil menunjukkan kedua tanganku yang belepotan.
"Sama sodaraku. Aku kesini karena liat jaketmu itu," ujarnya sambil menunjuk jaket baseball pemberian sahabatku yang kugantung ditiang pondok.
"Ya udah deh, dilanjutin ngobrolnya. Aku mau kesana dulu Rio, Bye," katanya lalu meninggalkan kami menuju pondoknya.
"Gila!!! Cantik banget tuh cewek. Aku aja yang cewek ngakuin dia cantik, bodynya pun biadab! Cewek itu bener masih SMA?" Ucap Vina tentang Cresa.
"Iya. Dia temen sekelasku Vin," ujarku sambil terus makan.
"Klo soal cantik. Cantikan kamu, Vin. Saking sodara, klo bukan udah kupacarin kamu. Hahahaha," lanjutku lagi. Vina lalu tersenyum mendengar kata-kataku barusan.
"Uuuhhh, kenyangnya!!!" Teriakku sambil membuka kausku sebatas perut lalu menepuknya karena kenyang. Vina melirik melihat perut sixpackku yang terbuka tanpa penutup.
"Kamu sudah gak kurus lagi kayak dulu, Rio. Mungkin karena sering olah raga, makanya badan kamu sekarang lebih berotot!" ujar Vina menilai tubuhku yang memang lebih berotot ketimbang dulu.
"Klo kenalan sama cewek ngomong aja kamu sudah kuliah, pasti percaya tuh," katanya lagi. Aku hanya tersenyum.
"Kamu mau minum lagi?" Tanyaku pada Vina yang masih nyemil.
"Boleh. Jus Alpukat deh Rio," ujar Vina. Aku menekan tombol ditiang pondok. Tak lama kemudian datang pelayan menghampiriku, setelah memesan minuman tambahan pelayan itu segera pergi. Vina masih nyemil, nampaknya makanan itu bakal ludes.
"Yang katanya gak pengen makan! Hahahhaa!" Sindirku sambil tertawa.
"Hahhahaha. Iya ya Rio! Ternyata enak banget masakannya ya!" Balas Vina sembari menggigit udang dan kentang goreng. Pesanan minumanku pun datang. Vina melotot melihat minuman yang datang.
"Siapa yang pess...!" Kututup mulut Vina sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.
"Trimakasih, mbak," kataku pada pelayan yang mengantar minuman.
"Apaan sin nutupin mulut gue. Lu pesen bir???" Kata Vina sambil melotot.
"Ngetes doang. Ternyata bener kata lu, Vin. Pelayannya ga nyangka klo aku masih SMA," jawabku lagi.
"Ugghhh!!! Rasanya pahit ternyata!" Ujarku setelah minum sedikit minuman itu.
"Hahahhaaha. Sok-sok an sih. Memang dimana-mana yang namanya miras itu yaa pahit rasanya. Klo gak suka sini kuminum," kata Vina terkekeh melihatku yang kepahitan setelah mencoba minuman itu.
Vina lalu menenggak bir digelas besar itu. Tak lama bir itu habis tak tersisa.
"Yuk pulang Vin," ajakku pada Vina yang tampak kekenyangan.
"Sebentar dulu, Rii. Nurunin nasi dulu bentar," jawabnya sambil mengelus-elus perutnya.
"Ok! Aku nyamperin Cresa bentar ya!"
Lalu aku mendatangi Cresa di pondok yang tak jauh dari pondokku. Jarak antar pondok hanya berjarak sekitar 15 meter.
"Hai Cresa!" Sapaku memanggil cewek cantik itu dari luar pondok.
"Ehh Rio. Masuk sini!" Katanya sambil menggeser tubuhnya.
"Makasih deh. Aku cuma mau pamit pulang kok," kataku sambil mengganggukan kepalaku pada 2 cewek yang bersama Cresa.
"Ooowhh,iya. Nanti kamu dimarah papa pacar kamu klo mulangin anaknya kemaleman. Hati-hati pulangnya!" katanya sambil tersenyum kecut.
"Hahahaha.;Pacar dari Hongkong! Dia sepupuku kok. Ok deh, Cresa. Aku pamit dulu. See you tomorrow, Bye."
Aku berjalan menuju pondok dimana Vina sedang bersandar santai menikmati angin pantai.
Aku lalu menyeret Vina yang masih malas-malasan untuk meninggalkan kafe itu. Kemudian aku dan Vina pun bergegas pulang.
Saat aku pulang rumah sudah sepi, hanya mama yang masih terbangun setelah menidurkan kedua adikku Deva dan Mega. Adikku masih kecil-kecil, masih berumur 5 & 6 tahun. Kulihat jam ditanganku menunjukkan pukul 21.15.
"Pintu pagarnya jangan lupa digembok ya Rii!" Kata mama dari dalam kamar ketika aku sedang memasukkan motorku di garasi.
"Vin, kamu mabok ya?!" Kataku dengan nada berbisik ketika melihat Vina yang berjalan dibelakangku dengan langkah terhuyung-huyung. Vina mengangkat jari tangan dibibirnya.
"Sttttttt! Jangan berisik!" Ujarnya sambil berjalan pelan dibelakangku.
"Ayo buruan masuk kamar," kataku lagi. Vina berjalan terhuyung menabrakku dari belakang. Dia memelukku ketika hendak jatuh. Dadanya menempel lagi dipunggungku.
"Agak pusing aku,Rii. Gimana naik ke atas ya?" Katanya dengan mata terpejam.
"Udah kamu didepan. Aku jagain kamu biar gak jatuh. Cepetan tapi naiknya," kataku sambil berpindah posisi sebelum menaiki tangga menuju kamarku dilantai 2. Vina menaiki tangga dengan posisi agak merangkak sambil tangannya bertumpu ke anak tangga didepannya. Dan aku mendorong pantatnya agar cepat menaiki tangga itu.
Akhirnya kami sampai dikamar. Vina setelah sampai dikamar tiba-tiba berlari ke kamar mandi. Terdengar suara dia sedang muntah-muntah. Untunglah kamarku itu kedap suara. Jadi suara Vina yang sedang muntah tidak terdengar keluar kamar. Aku yang telah berganti baju untuk tidur segera mendatangi Vina dikamar mandi. Vina terkulai lemas dengan kepala bersandar di bath tub.
Bajunya basah terkena muntahnya. Kuangkat badannya yang terkulai lemas itu menjauh dari bath tub.
"Kuambilin piyamamu yah, ganti bajumu Vin. Kaos dan celanamu kena muntah," bisikku pelan. Aku pun keluar mengambil piyamanya dari kopernya. Kuketuk pelan pintu kamar mandi. Tapi tak ada jawaban dari Vina. Kuketuk sekali lagi. Tetap tidak ada jawaban.
Langsung kubuka pintu kamar mandi dan ternyata Vina sudah tertidur disana dengan posisi terlentang hanya mengenakan bra dan cd saja. Aku serba salah dalam kondisi itu. Kaos dan celananya tercecer dilantai.
"Anjiiir! Gimana nih?" Batinku saat melihat tubuh Vina yang tertidur dengan hanya memakai pakaian dalam saja.
"Ahhh cuek aja lah," gumamku dalam hati.
Akhirnya kubilas baju kaos dan celananya yang terkena muntahan. Kuambil wash lap dan kuseka wajahnya dengan air sabun.
Dadaku bergemuruh kencang saat hendak menyeka dadanya. Dadanya yang putih menyembul menantang ditutupi bra yang menurutku agak kekecilan. Celana dalamku tiba-tiba sesak. Akhirnya dengan tangan bergetar kuseka dadanya. Sambil menutup mata kubersihkan sedikit bekas muntahan di dadanya.
"Ahhhhhhh," terdengar desahan Vina saat kusentuh dadanya. Kugotong tubuh Vina yang teler itu lalu kerebahkan diranjang. Aku pun kembali kedalam kamar mandi. Kumasukkan semua pakaian Vina yang kotor ke dalam ember. Setelah itu aku ambil kasur lipat dan kugelar dilantai. Setelah kumatikan lampu, Aku berbaring dan mencoba tidur. Kupejamkan mataku tapi pemandangan tubuh Vina dengan pose setengah telanjang tadi mengganggu pikiranku. Bayangan bentuk tubuhnya itu tak bisa hilang dari ingatanku.
Ditunggu komen, follow dan like-nya ya Gess.Thanks a lot buat kalian yang sudah mampir!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments