MY NAME IS RIO...
Perkenalkan namaku adalah Rio Ramirez, aku biasa dipanggil Rio. Dan aku adalah anak ke 3 dari 5 bersaudara.
Kedua kakakku kebetulan cowok semua, kedua adikku kebetulan juga adalah cewek semua.
Keluarga kami termasuk keluarga berada. Papa adalah seorang pejabat yang memimpin sebuah instansi. Tapi walaupun papaku adalah pejabat, tapi papa mendidik anak-anaknya untuk tetap hidup sederhana, tidak sombong, dan tidak memilih-milih teman.
Kaya miskin sama saja selama teman itu bertingkah laku baik. Selama masih duduk di bangku sekolah sebenarnya aku merupakan anak yang termasuk kurang percaya diri. Mungkin karena aku memang diperlakukan berbeda di keluargaku. Contohnya jika abangku boleh bermain sepak bola dan disupport dengan fasilitas yang wah, tidak dengan aku! Aku tidak seperti itu. Misalnya sepatu bola abangku bermerk Nike keluaran terbaru, sepatu bolaku hanya buatan dalam negeri atau sepatu bola yang hanya syukur bisa dipakai main bola dalam sekejap saja.
Begitulah sedikit gambaran kehidupanku yang akan kuceritakan disini. Cerita hidupku ini akan kumulai dari perjalanan hidupku mulai saat umurku menginjak usia remaja.
*****
Hari itu adalah hari pertamaku masuk ke sekolah baru. Hari ini aku memulai petualangan baru di sekolah masa remaja yaitu SMA. Masa orientasi siswa kujalani dengan cukup baik. Aku mendapat banyak teman baru. Dan kebetulan ada cewek cantik dikelasku namanya adalah Cresa Ovalia, menurutku dia memang murid cewek tercantik di angkatanku waktu itu.
Kakakku juga bersekolah di sekolah yang sama denganku. Kakakku termasuk murid yang menonjol di sekolah. Menonjol kenakalannya! Dia sering berantem, sering bolos, sering dipanggil guru BP, pokoknya semua hal-hal yang negatif ada pada kakakku ini. Tapi dia juga termasuk anak yang gampang bergaul, tidak sepertiku yang waktu itu masih cenderung tertutup dalam memilih teman.
Masa Orientasi sekolah pun usai. Saat permulaan belajar baru dimulai. Aku baru 2 minggu menjadi murid SMA favorit di kotaku. Sekolah yang meraih segudang penghargaan. Singkat kata, setelah 2 minggu bersekolah, aku jatuh sakit. Dan selama 2 hari aku tidak masuk sekolah.
Pada saat aku tidak masuk, ada beberapa PR yang harus dikumpulkan dipertemuan berikutnya.
Karena masih baru-barunya masuk sekolah, setelah masuk aku pun segera bertanya pada teman sekelas tentang PR yang harus dikerjakan.
PR akuntansi dasar, aku diberi info oleh Cresa sang kembang kelasku. Aku pun diajak mengenakan PR di rumahnya. Aku dan 3 orang teman sekelas, mengerjakan PR bersama-sama usai sekolah. Sampailah di minggu dimana PR Akuntansiku harus dikumpulkan. Karena sudah merasa mengerjakan, aku tanggapi biasa saja perjumpaan dengan guru yang baru aku temui itu. Saat itu aku tidak ada perasaan akan tertimpa sial pada pelajaran pak Razki yang terkenal killer itu.
Tapi hari itu aku tertimpa sial. Benar-benar sial! Dan itu pengalaman buruk pertamaku di bangku SMA.
"Rio Ramirez!" Pak Razki memanggilku dengan nada kesal.
Dia mengacung-ngacungkan buku bersampul yang kukenali memang itu buku PRku.
"Apakah ini bukumu, Rio?!!!" Katanya dengan nada tinggi.
"Iya, pak. Itu buku saya," jawabku dengan sopan.
"Coba kamu kesini! CEPAT!!!" Dari suaranya terdengar pak Razki sedang menahan amarah. Aku pun langsung menuju ke mejanya.
"Ya pak. Ada apa ya saya kok dipanggil ke depan?"
Pak Razki menatapku dengan tajam.
"INI PR-MU SALAH! Yang kamu kerjakan ini bukan tugas yang saya suruh!" Semprot pak Razki padaku dengan suara menggelegar.
"Hey, wajah kamu seperti mirip dengan seseorang, apa kamu punya saudara disini, Rio?" Tanya pak Razki dengan suara pelan.
"Ada pak. Saya punya kakak di kelas 3 namanya Faizal Romero pak," kataku menyebutkan nama kakakku.
"FAIZAL ROMERO??? JADI FAIZAL YANG NAKAL ITU KAKAKMU HUH???!!!"
Tiba-tiba pak Razki berdiri sambil bertanya sambil melotot dengan nada marah.
"Iya pak. Dia kakak saya!" Jawabku singkat tidak ada firasat apa-apa sama sekali.
"Sudah mengerjakan PR salah halaman, tampaknya kamu mau ikut-ikutan jadi jagoan seperti kakakmu ya!!!"
Tangan pak Razki tiba-tiba sudah melayang dan bersarang keras dipipiku 2x.
PLAAKKK!!! PLAAKKK!!!
Aku tetap berdiri tegak dan tidak bergeming. Kakiku gemetar itu kali pertama aku ditampar oleh seorang guru. Melihatku masih berdiri tegak diposisiku pak Razki lalu mengambil buku folio yang bersampul tebal diatas mejanya dan kemudian menamparku dengan buku tebal itu.
PLAAAKK!!! PLAAAKK!!! PLAAAKKK!!!
Badanku pun mulai terhuyung-huyung terkena tamparan pak Razki yang memakai buku folio tebal itu. Aku pun terpental-pental kesana kemari dan ujung bibirku pun mengeluarkan darah.
"Sekarang kamu push up 100x!" ujar pak Razki dengan nafas terengah-engah setelah menamparku dengan buku folio.
Aku pun memulai push up dengan dihitung oleh seluruh teman sekelas atas perintah pak Rizki.
"Sembilan puluh lima!" Bel tanda pelajaran terakhir berbunyi.
"Kriiiiiiiiiiiiiinnngggggggggggg!!!"
"Kurang 5x lagi," batinku.
"Rio, kembali ke tempat dudukmu," kata pak Razki.
"Fiiuhhh, Saved by the bell!" Batinku lagi.
Aku pun bangkit lalu menuju bangkuku. Lengan dan wajahku rasanya kebas dan kaku, seluruh tubuhku dibasahi keringat.
Setelah pak Razki meninggalkan kelas, teman-temanku yang kemarin mengerjakan PR dirumah Cresa mengerubungiku. Mereka hanya mengerubungiku, tapi mereka diam tak bersuara.
Cresa lalu menepuk pundakku. "Kamu gak apa-apa? Bibirmu berdarah, Rii!" Ujarnya dengan suara pelan sambil menyodorkan tissu.
"Nanti kita semua mau menghadap pak Razki, Rio. PR kita kan sama kayak punya kamu," ujar Robin.
Aku hanya diam, sambil mengelap ujung bibirku yang berdarah untuk menghilangkan rasa kesalku. Aku lalu berdiri dan berbicara pada mereka semua.
"Sudah. Nggak usah menghadap pak Razki. Menghadap pak Razki juga nggak akan merubah apa-apa!" Kataku sambil membereskan buku dan alat tulisku.
Cresa lalu menepuk pundakku lagi.
"Kamu nggak apa, Rio?" Tanya Cresa dengan mata berkaca-kaca.
Aku berusaha tersenyum sambil memegangi pipiku yang bengkak dan menatapnya.
"I'm fine, Cresa. Udah laah, teman-teman. Kita pulang yuk," ajakku sambil mencoba untuk tetap tersenyum pada mereka sambil berjalan keluar kelas. Saat aku keluar kelas, banyak anak-anak dari kelas lain memperhatikanku. Mungkin berita aku habis dihajar dan dihukum pak Razki sudah Viral. Aku berjalan sambil menunduk menuju gerbang belakang sekolah.
"Rio, tunggu!" Itu suara Cresa. Aku pun melambatkan langkahku.
"Ini tissu lagi buat kamu, Rio."
"Makasih Cresa."
"Tetap sabar ya, Rio. Bye!" Cresa langsung naik ke mobilnya dan melambaikan tangannya. Kukantongi tissu dari Cresa. Aku pun berlari pulang.
Saat aku membuka pintu pagar, Mamaku sedang menyapu halaman. Aku mengucapkan salam & mencium tangannya. Saat aku hendak masuk ke rumah, mama mencegatku sebelum masuk.
"Rio, badanmu kok basah keringat begini? Kok sampai basah begini baju kamu dan kenapa pipimu bengkak begini?"
Aku tersenyum.
"Rio habis jogging sore, Ma. Rio pamit mandi dulu ya!" Kucium mamaku lalu aku bergegas menuju kamar. Setelah menggantung seragam yang basah, aku memakai T-shirt dan masuk ke kamar mandi. Kunyalakan kran air lalu kurendam tubuhku di bath tub.
Selesai makan malam, setelah mencuci piring-piring kotor. Aku langsung masuk kedalam kamar. Papa yang pada saat makan memperhatikan keanehan dimukaku, setelah makan malam itu papa menghampiriku ke kamarku.
"Tok! Tok! Rio, boleh papa masuk?" Terdengar suara papa didepan kamar. Kubuka pintu kamar, disana sudah berdiri papa dan mama.
"Ini mukamu cemberut begini, kenapa lagi kamu? Tadi ada masalah disekolah?" Ujar papa sambil memegang bahuku.
"Rio nggak papa, Pa. Ini lagi banyak PR aja, gak ada apa-apa kok di sekolah," kataku sambil kembali duduk ke meja belajarku.
"Hahaha. Papa pikir ada masalah apa kamu. Gak biasanya kamu diem kayak tadi pas makan malam. Udah dibawa tidur aja sana klo capek," kata papa yang lalu pergi kekamarnya.
"Rio, beneran kamu gak apa-apa? Coba cerita gih sama mama!" Kata mama sambil menutup pintu kamarku. Kubereskan meja belajarku lalu aku duduk disamping mama. Kuceritakan kejadian disekolah pada mama.
"Apa perlu mama yang datang ke sekolahmu? Mama dateng ya untuk ketemu guru kamu itu!" Ujar mama sambil mengelus kepalaku.
"Udah ma. Gak usah. Cuma kejadian gitu aja kok. Rio gak papa kok, cuma pegal-pegal doang," kataku sambil memegang tangan mama.
"Ya sudah. Sekarang kamu kerjakan PR dari gurumu itu. Biar dia tidak ada alasan untuk menghukum kamu lagi. Tidur jangan malam-malam ya sayang," kata mama lalu keluar dari kamar.
Aku pun merebahkan diri diranjangku.
"Awas! Tunggu saja kau, Razki! Tunggu saatnya!" Gumamku sambil mengepal tinjuku.
Tinggalkan komen, follow dan like.Thanks buat kalian yang sudah mampir!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Memyr 67
kok seperti cerita pembawa dosa warisan. lagian pak guru modelan gitu, pidanakan saja
2023-09-14
0
Santo
Thanks yang udah mampir...maturtengkyu
2023-08-14
0