Silakan Nyaman, Tuan Muda
Sial. Inilah satu kata yang bisa menggambarkan nasibnya saat ini. Seorang gadis pekerja keras yang hampir jarang sekali mengeluh, kini mesti dihadapkan pada ketidaksenangan yang terjadi secara beruntun.
Malam ini, gadis cantik nan ceria yang sering disapa dengan nama depannya, Ashila, harus lembur di tempatnya bekerja. Sudah hampir sejak satu setengah tahun belakangan gadis berusia 23 tahun itu bekerja sebagai pengantar barang alias kurir di bawah salah satu perusahaan jasa antar. Sehari-hari, kardus-kardus paket yang hendak diantar ke alamat tujuan orang-orang menjadi kawannya. Dan, kali ini, ia mesti lebih lama menatap paket-paket itu karena jam lemburnya, mengecek tiap alamat, memastikan semua paket terkemas dengan rapi, sampai menyimpannya dengan hati-hati ke setiap rak di tempat penyimpanan sebelum semua itu diantar lagi mulai esok hari.
Bila hanya disuruh lembur, rasanya terlalu berlebihan kalau dibilang sial. Tentu, tak hanya itu alasannya. Begitu lewat tengah malam gadis itu bisa kembali ke rumah, di perjalanan pulang, ia justru harus menghadapi hujan lebat. Ashila tetap melaju dengan motor kesayangannya yang biasa ia pakai untuk mengantar paket-paket juga. Tak lupa tetap mengenakan helm juga mantel agar ia tak terlalu basah kuyup. Meski begitu, tentu saja ia masih cukup kesulitan menerobos hujan selebat ini dengan motornya.
Tak terduga, musibah harus terjadi. Inilah sejatinya yang lebih cocok dikata menjurus pada kesialan. Sebuah kecelakaan terjadi. Ashila tak lagi bisa menghindar begitu seorang pria muda yang mungkin hanya dua atau tiga tahun lebih tua darinya tiba-tiba berjalan gontai dan muncul tepat di hadapannya. Brukk... sontak pria itu bertubruk dengan motor yang dikendarai Ashila hingga terlempar agak jauh lantas tergeletak di jalan.
“Aaaa...” teriak Ashila yang terkejut karena kejadian barusan.
Ini benar-benar merepotkan. Hujan juga belum kunjung berhenti. Tentu saja, gadis muda itu kini hanya dilanda panik.
“Aduh, gimana ini? Apa dia masih hidup? Kalo dia kenapa-napa, gimana nasib aku nanti?” monolog Ashila sendiri.
Gadis itu bisa saja memilih langsung pergi dari sana meninggalkan sang pria yang terkapar agar tak perlu bertanggung jawab dan disalahkan atas kecelakaan ini. Toh, keadaan jalanan sekarang benar-benar sepi. Tak ada siapa pun atau kendaraan lain yang lewat, itu berarti tak ada satu pun saksi mata yang melihat insiden mereka. Namun, hati kecilnya yang begitu murni tak membiarkannya bertindak seburuk itu. Ashila bergegas turun dari motornya. Ia menghampiri korban yang terkapar tadi, mengecek keadaannya, berusaha membangunkannya.
“Hei, apa kamu bisa denger aku? Bangunlah! Aku mohon,” ujar Ashila sembari masih menggoyang-goyangkan tubuh sang pria.
Belum ada reaksi. Namun, Ashila masih punya harapan untuk tidak dicap sebagai pembunuh karena ia masih bisa merasakan detak jantung dan denyut nadi pemuda tersebut.
Sebisa mungkin Ashila berusaha memberikan pertolongan segera. Dengan cara bagaimanapun ia bertekad mesti membawa pemuda tadi ke rumah sakit atau klinik terdekat.
***
Akhirnya, Ashila sampai di sebuah rumah sakit yang tak jauh dari sana. Untunglah, setelah mencari-cari tadi, gadis itu bisa menemukan satu taksi yang bisa membantunya membawa korban ke rumah sakit. Ya, walau begitu, ia juga mesti rela kehilangan uang untuk biaya taksi. Pikirnya, tak apalah, daripada ia kesusahan sendiri membawa pria yang masih tak sadarkan diri dengan motor sendiri.
Pemuda tadi sudah dibaringkan di atas ranjang dorong. Mereka masih berada di koridor untuk menunggu giliran, sekaligus menunggu dokter beserta ruang penanganan siap untuk pasien. Ashila masih harap-harap cemas. Semoga saja usahanya membawa sang pria ke rumah sakit kali ini tidak terlambat. Pria itu harus masih bisa tertolong.
Tak berapa lama kemudian, pria tersebut membuka matanya. Tanpa berkata apa pun ia menatap sekelilingnya. Sepertinya ia tampak bingung. Sementara Ashila yang melihat pria itu siuman tentunya bersyukur dan merasa sedikit lega.
“Kamu bangun. Syukurlah. Tenanglah, semua akan baik-baik aja. Sebentar lagi dokter akan obatin kamu. Apa rasanya sangat sakit?”
Pria itu tak menjawab. Entah mengapa ia justru seperti berusaha menyembunyikan dirinya dari seseorang, seolah meminta Ashila menutupi keberadaannya sekarang agar tak terlihat oleh orang yang entah siapa. Apa memang ada orang yang tengah mencari-cari pria itu? Bahkan, mengikuti sampai ke rumah sakit? Memang apa motif orang-orang tersebut? Apa memang ada yang sengaja ingin mencelakai sang pria atau ada tujuan lainnya? Begitu banyak pertanyaan, bukan? Ya, sebab semua ini masih terasa begitu awal. Lambat laun, tentu segalanya akan terjawab.
Ashila bahkan tak menyadari maksud pria tersebut. Gadis itu sempat menoleh ke kanan-kiri dan ke belakang, tetapi sepertinya memang tidak ada hal yang mencurigakan. Tiba-tiba, perawat yang tengah lewat koridor tak sengaja menyenggol Ashila, hingga gadis itu terdorong ke depan. Parahnya, tepat ketika ia terdorong, seketika itu pula bibirnya tepat menyatu dengan bibir sang pemuda di ranjang tadi. Inilah yang dinamakan ciuman bibir tanpa sengaja.
Tentu saja, hal itu membuat Ashila salah tingkah. Ini kali pertama bibirnya menyentuh bibir seorang pria. Seperti telah ada yang merenggut ciuman pertamanya meski jelas ini keadaan tak disengaja. Padahal, Ashila sendiri yang terdorong tadi dan berujung menubruk sang pria, tetapi gadis itu malah refleks memukul wajah sang pria korban tadi dengan cukup keras karena merasa tak terima. Pria yang semula sudah mendapat kesadarannya kini harus kembali pingsan karena pukulan Ashila. Kemudian, Ashila justru kembali merasa bersalah.
“Eh, aduh maaf, aku gak bermaksud begitu, aku ....” Ashila menyesali tindakan refleksnya.
Untunglah, sesaat kemudian tiba giliran pria itu untuk mendapat penanganan dokter.
***
Setelah diperiksa dan diobati luka di kakinya oleh sang dokter, pria itu pun kembali siuman. Ashila langsung menghampiri pria itu. Tentu saja ingin menanyakan bagaimana kondisinya sekaligus minta maaf.
“Em, hai, gimana keadaan kamu sekarang? Apa kaki kamu masih terasa sakit?”
“....”
“Ah, aku bener-bener minta maaf. Aku gak sengaja nabrak kamu tadi. Kamu tau kan, hujannya begitu lebat, pandangan aku ke depan jadi gak begitu jelas. Lagian, kamu juga muncul tiba-tiba di depan motor aku. Em, tolong jangan diperpanjang, ya. Aku dah mau tanggung jawab, kan. Nanti, aku juga yang akan bayar biaya rumah sakitnya,” mohon Ashila.
“Kasus kecelakaan begini, harusnya dibawa ke pihak berwajib, kan? Kaki aku terluka, mungkin aku gak akan bisa jalan normal untuk beberapa waktu.” Akhirnya Ashila bisa mendengar suara pria itu.
“Hei, kita bisa bicarain baik-baik, kan. Aku mohon. Aku akan coba tetep tanggung jawab sampe kaki kamu sembuh. Aku janji. Tapi, plis, jangan lapor polisi.”
“Hm, lalu aku ini siapa?”
“Ha? Apa? Maksudnya?”
Masalah baru pun datang. Apa pria tadi benar-benar tak tahu siapa dirinya? Dia amnesia?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ira
wah ceritanya bagus ❤️
2023-09-07
2