"Dhea, lo liat capo gitar gue ga?" tanya ockta sembari mencari benda yang ia cari.
Pagi ini dhea terbangun untuk sarapan dan juga memberi makan kepada miko. "capo apaan?" tanya dhea yang bingung.
"itu loh jepitan senar gitar gue. Lo liat ga?" bentar malem gue ada pentas ga bisa kalo ga ada itu" balas ockta dengan perasaan panik.
"gue ga liat. Nanti gue cari kalo beberes siapa tau miko cecerin terus keselip lemari" balas dhea menenangkan ockta.
"yaudah nanti kalo nemu kabarin gue ya. Gue mau ke secret dulu buat latihan lagi" sigap ockta yang terlihat buru-buru padahal ini masih pukul 09:00 pagi.
Ya, dia sangat sibuk akhir-akhir ini untuk menyiapkan event dari salah satu organisasi dikampus dan acara itu berlangsung sebentar malam. Tentunya, dhea juga ikut pergi untuk melihat temannya itu tampil dalam sebuah pertunjukkan yang ia bawa. Mengingat hal itu, dhea segera membuka isi lemarinya untuk mencari fashion apa yang harus ia kenakan untuk pergi ke acara tersebut. Ia mengacak-acak bajunya dan ia tidak menemukan baju yang pantas untuk di pakai ke acara tersebut.
Atau beli baju baru aja kali ya? titah dhea dalam hati.
Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke salah satu toko dengan tujuan membeli baju. Ini sudah awal bulan jadi dhea masih aman menggunakan uangnya. Ya, bisa dibilang semua anak kost jadi terlihat kaya ketika awal bulan karena sudah dapat transferan dari orang tua. Sebelum ia keluar, ia harus segera membereskan kamar kostnya untuk dengan tujuan untuk mencari benda ockta yang hilang.
"nah nemu" ucap dhea karena sudah ketemu benda hilang tersebut.
"bener kan nyelip dibawah lemari. Ini ulahmu kan mikoo jujur aja" dhea menuduh miko.
Anak kucing itu bukannya menjawab malah meninggalkan dhea lalu pergi tidur diatas Kasur.
"bener-bener ya lu anak kucing kerjanya cuma makan tidur doang nyusahin aja" ucap dhea kesal kepada anak kucing.
Melihat kucing itu, ia teringat kepada sosok alva. Ya, akhir-akhir ini mereka sudah tidak bertemu lagi mungkin sudah sekitar seminggu. Kali ini rencana tuhan tidak berjalan seperti biasanya. Tersadar dari lamunannya, dhea segera kembali membereskan kamar kostnya tanpa memedulikan kehadiran alva yang mungkin memang sedari awal dia tidak hadir, tetapi hanya singgah lalu perlahan menghilang.
***
Akhirnya dhea keluar dengan mengenakan celana jeans berwarna coklat berpadu dengan baju kaos pendek berwarna hitam polos dan tidak lupa earphone yang berada ditelinganya itu. Ia berencana untuk naik bus untuk pergi ke salah satu mall yang ada di kota itu. Naik bus membuatnya kembali teringat lagi kepada alva. Ya, pertemuan pertama mereka juga dalam bus tersebut, tetapi Setelah memasuki bus itu, dhea melihat sekelilingnya dan tidak ditemukannya sosok alva.
"Gue ngapain si mikirin dia mulu" titah dhea dalam hati yang sedikit kesel karena mengingat alva kembali.
Selang perjalanan, dhea cuma melihat ke luar jendela dan bernyanyi pelan karena mendengarkan lagu Perfect - Ed Sheeran. Terlihat langit sedikit mendung. Tidak ada matahari tetapi belum turun hujan juga. Semoga cuaca hari ini baik agar acaranya ockta berjalan dengan lancar, ucap dhea dalam hati. Tidak lama, akhirnya ia turun ke salah satu mall tersebut.
Dhea menelusuri toko-toko pakaian dan akhirnya tertuju pada satu toko. Ia fokus pada salah satu baju putih bergaris hitam tersebut yang dilihatnya tampak nyaman. Akhirnya ia mengambil dan mencobanya diruang ganti. Ukurannya pas, jadi ia sisa mencari pasangan apa ya cocok untuk baju ini. Dhea kembali menelusuri toko tersebut untuk mencari celana. Ia menginginkan celana bawahan kain yang tidak ketat. Ketika ia menemukan celana yang ia inginkan, tiba-tiba dari arah seberang ada sosok yang menggenggam celana itu.
Mereka berdua sama-sama terkejut. Ya, dia adalah alva. Sosok alva yang selama ini menghilang dari pandangannya sekarang tiba-tiba muncul lagi dihadapannya.
"kok bisa ada disini?" tanya alva kepada dhea.
"lah? harusnya gue yang nanya lo ngapain disini. Ini kan untuk celana perempuan" balas dhea dengan sewot tidak terima celana yang ia dapatkan diambil orang lain.
"heyy, masih lupa dengan yang kukatakan dari dulu? dibilangin ngomongnya aku kamu si jangan lo gue. ga suka aku" ucap alva sambal mengetuk pelan kepala dhea.
"iyaa ini ambil aja celananya cantik" alva segera melepaskan tangannya itu dari celana yang tadinya ia ingin beli.
Dhea tampak kegirangan karena tidak perlu berdebat untuk mendapatkan apa yang ia mau. Dengan menyadari hal itu, dhea dibuat bingung oleh satu pertanyaan, "lo nyari celana perempuan, buat cewe lo ya?"
"nah kan dibilangin ngeyel. Ngomongnya aku kamuuu dheaaa jangan loo gueee apaansi kayak orang ga kenal aja" cetus alva yang sudah kesal.
"ya iyaa" jawab dhea yang cuma mengiyakan agar alva tidak marah lagi.
"aku kesini mau beliin sesuatu buat cewe dan kebetulan celana yang kamu pegang itu terlihat cantik makannya mau ku ambil tapi kamu keburu dating yaudah aku ngalah aja" jelas alva kepada dhea.
Buat cewe? Dia udah punya cewe ternyata. Titah dhea dalam hati.
Melihat dhea yang diam mendengar alva mengatakan hal itu, membuat alva memperjelas lagi "bukan cewe ku yaa. Aku ga punya cewe. Jadi aku mau beli kado buat sodara cewe tapi bingung mau ngasih apa. Ada solusi ga?"
"kok dia memperjelas si padahal kan gue ga nanya tuh cewe siapa" titah dhea dalam hati.
"woii bengong ae ditanyain" alva menyenggol sikut dhea untuk menyadarkan dhea yang entah apa yang ia fikirkan sehingga ia melamun.
"dompet atau tas maybe? bagusan itu si kalau hadiah dari pada pakaian" ucap dhea menyarankan.
"yaudah kalau gitu temenin aku nyarinya. Lagi ga buru-buru kan?" tanya alva kepada dhea. Dhea belum sempat menjawab pertanyaan dari alva tetapi alva sudah menarik tangan dhea agar dhea mengikutinya.
"eh tunggu dulu mau dibayar pakaiannya" teriak dhea sembari melepaskan genggaman alva. Dhea segera menuju ke kasir untuk membayar pakaian yang telah ia ambil.
Terlihat alva sedang menunggunya didepan pintu toko. Kalau dilihat-lihat mereka berdua jalan seperti nampak sepasang pasangan padahal aslinya mereka pasangan yang asing. Dipertemukan oleh semesta secara tiba-tiba dan juga dipisahkan oleh rencana tuhan tanpa aba-aba.
Setelah membayar administrasinya, dhea segera meninggalkan toko itu diikuti oleh alva yang berada disampingnya. Ya, mereka berdua mencari toko tas atau dompet sesuai keinginan alva. Apapun yang muncul entah itu toko tas atau dompet, maka itulah yang ia beli.
"mau kemana sampe beli baju baru?" tanya alva ditengah keheningan mereka berdua.
"ini ada event bentar malam. Penyelenggaranya si ockta jadi harus dateng" jawab dhea singkat.
"dimana?" tanya alva sekali lagi.
"Seingatku sih dipantai gitu tapi lupa nama pantainya apa" jelas dhea yang juga bingung ngatain lokasi tepatnya.
"so, ntar malem make tuh baju?"
"ya iya makannya dibeli" tegas dhea kesal karena alva bertanya untuk hal yang sudah ia ketahui jawabannya.
"itu sana ada toko tas, ayo coba liat disana" teriak dhea sembari menarik tangan alva dengan erat.
Akhirnya dhea melihat sekeliling yang dipenuhi tas dan tiba-tiba ia terpaku pada satu pandangan. Ya, tas yang berwarna pink lembut desain dari Shein dan terlihat begitu mungil membuat dhea diam karena kagum melihat keindahan tas tersebut. Akhirnya dhea mencoba mengambil tas itu dan ketika ia memeriksa harganya, WAW. Ga heran tasnya sebagus itu karena harganya juga bagus. Ya, harga tas semungil itu ternyata mencapai Rp. 2.600.000. Pikir dhea itu sangat tidak masuk akal jika ia membeli tas yang semahal itu.
"itu kamu suka?" tanya alva yang tiba-tiba datang disebelahnya.
"hah, engga. Cantik sih tapi cari yang lain aja" ucap dhea lalu mengembalikan tas yang ia pegang tadi.
"ini aja udah. Kelamaan kalau nyari lagi" balas alva yang langsung menghentikan dhea menyimpan kembali tas itu.
"tungguin disini aku mau bayar dulu" ucap alva lalu meninggalkan dhea.
Dhea cuma terdiam melihat alva yang seperti biasanya dia akan bertindak sesuka hatinya. Kalau alva yang beli mungkin uang sebanyak itu baginya cuma seperti ratusan ribu karena dia terlahir dari keluarga kaya. Dhea memperhatikan alva dari jauh, bahkan dari belakang alva tampak begitu tampan dilihatnya. Sesekali alva menoleh untuk memastikan bahwa dhea masih menunggunya. Ya, tatapan mata mereka bertemu membuat dhea menjadi sedikit salah tingkah karena ketahuan memperhatikan alva dari jauh. Selang beberapa dhea menunggu, akhirnya alva datang.
"ayoo" ucap alva sambil menarik tangan dhea. Tangan sebelah kanannya memegang belanjaan dan tangan sebelah kirinya menggenggam tangan dhea.
Dhea kaget. Apa yang dilakukan lelaki ini sampai berani menggenggamku? titahnya dalam hati.
"urusan kita udah selesai kan? so, kita sampai disini ya balik masing-masing" ucap dhea sembari melepas genggaman alva.
"dheaa, tungguin. Kan belum keluar mall sama-sama. Nanti sampai depan baru balik masing-masing" balas alva yang menolak ditinggalkan.
"aku masih mau jalan sama kamu. Bisa ga jangan cepet-cepet pergi. Toh, kita baru ketemu lagi. Kamu ga kangen aku?" ucap alva dengan menggoda dhea.
"dih ngarep banget dikangenin" balas dhea dengan sewot. Padahal, sejak mereka tidak bertemu dhea selalu memikirkan alva.
"yaudah biar aku aja yang kangen, kamu ga usah. Kalo kata dilan mah berat kan ya" ucap alva menggoda sekali lagi.
"huuu dasar kebanyakan nonton film gini nih anaknya" jawab dhea ngeledek.
"kamu ga suka cowo seperti dilan?" tanya alva kepada dhea.
"ga" jawabnya singkat.
"kenapa? bukankah dilan adalah tipe semua wanita?"
"walaupun dia terbilang romantis, tapi sikapnya kasar. Terlihat dari beberapa adegannya yang banyak berkelahi. Dari situ keliatan kan dia anaknya belum bisa mengontrol emosi. Aku ga ngikutin ceritanya sampai habis si jadi gatau lanjutan ceritanya mereka tetap barengan atau ngga" jelas dhea yang mengutarakan bahwa dilan bukanlah sosok yang di idamkan para wanita, atau cuma dia wanita yang tidak menyukai sosok dilan.
"terus dhea sukanya yang seperti apa, hm?" tanya alva menghentikan langkahnya sembari menatap mata dhea dengan tatapan tulus.
Dhea kaget melihat tingkah alva seperti itu. Alva sedikit membungkukkan badannya hanya untuk ingin menatap mata dhea. Dia ngapain? titahnya dalam hati.
Dhea langsung mengalihkan pandangannya dari tatapan mata alva sembari mengatakan, "gasuka apa-apa" cetusnya sambil melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti itu.
Alva cuma senyum-senyum melihat tingkah dhea yang lucu lalu kembali mengikutinya dari belakang. Selang mereka jalan Bersama untuk keluar mall, ternyata cuacanya sudah berubah jadi hujan. Hujannya tidak deras tetapi tidak gerimis juga. Hal itu membuat langkah dhea terhenti karena tidak membawa payung.
"hujan tuh. Mau ku anterin pulang? aku bawa jas hujan kok. Atau mau naik grab bareng?" tanya alva kepada dhea.
"gapapa aku bisa pulang sendirian" balas dhea untuk meyakinkan alva.
"aku ga mungkin biarin kamu pulang sendirian dalam keadaan hujan seperti ini. Udah ikut aja aku anterin pulang. Pesan Grabcar dulu"
Sembari memesan Grabcar dari ponselnya, alva tiba-tiba melepas jaket yang ia kenakan untuk diberikannya kepada dhea. Ya, dhea hanya memakai kaos pendek jadi dia terlihat kedinginan di cuaca seperti ini.
"cuaca dingin. Mau aku yang makein jaketnya atau make sendiri?" tanya alva sembari memberikan jaketnya kepada dhea.
"yaudah biar aku yang make" balasnya sambil mengambil jaket alva.
Jaketnya begitu hangat dan juga wangi. Dhea sudah merasa cukup nyaman karena sudah tidak kedinginan lagi. Selang beberapa lama kemudian, akhirnya ada Grabcar yang berhenti tepat dihadapannya. Akhirnya mereka sama-sama masuk mobil.
Waktu sudah menunjukkan pukul 15:00 yang artinya sudah sore. Acara ockta dimulai tepat jam 7 malam tetapi melihat cuaca yang seperti ini dan lokasinya juga dipantai, menurutnya itu terlalu bahaya.
"kamu jadi ke event dengan cuaca seperti ini?" tanya alva ditengah keheningan mereka berdua.
"gatau juga si. Aku ga berani pergi sendirian apalagi cuacanya hujan" jawabnya singkat.
"Mau pergi bareng?" ajak alva.
"hah ngapain kamu mau ikut"
"emang gaboleh ikut? ada batesan usianya? engga kan?"
"ya engga si tapi buat apa juga kamu pergi"
"nemenin kamu" jawab alva singkat.
"aku ga minta ditemenin" balas dhea yang menolak.
"tapi sepertinya kamu tidak memiliki teman. Ga masalah kan kalau aku yang nemenin?"
Lah ni bocah kok tau kalau gue gapunya temen? titahnya dalam hati.
"ya emang aku ga punya temen tapi aku ga minta ditemenin, alva" jawabnya dengan nada sedikit kencang.
"bodoamat pokoknya aku mau ikut kamu ntar malem. Acaranya jam berapa? biasanya kalau event gitu mulainya jam 7. Aku dateng jemput kamu stengah 7 pokoknya" jawab alva dengan sedikit memaksa untuk ikut pergi event.
Dhea cuma terdiam melihat tingkahnya karena sekali lagi, ini bukan yang pertama kali alva bersikap seperti ini dan ketika dia bersikap memaksa seperti ini, alva benar-benar bertindak seperti apa yang ia mau jadi dhea cuma pasrah dan mengatakan terserah. Selang beberapa menit mereka naik mobil, akhirnya mereka tiba dikost dhea. Hujan sudah sedikit reda dan dhea langsung turun begitu saja tanpa mengatakan apa-apa kepada alva.
"inget ya setengah 7 aku jemput kamu disini" teriak alva dari dalam mobil dengan membuka kaca mobil setengah lalu akhirnya alva pergi.
Akhirnya dhea memasuki kostnya dan disambut oleh miko, kucing kesayangannya. Sembari membereskan belanjaannya, dhea Seketika tersadar bahwa ia masih memakai jaket alva.
"lah jaketnya ketinggalan" ucapnya sambil teriak.
Please, dia udah banyak bantuin aku tapi aku ngerasa jadi beban dia titahnya dalam hati dengan ekspresi sedih.
Akhirnya dhea melepaskan jaket itu. Jaket alva sangat wangi sehingga membuat dhea nyaman untuk terus menciumnya. Shitt, bocah SMA itu berhasil membuatku nyaman. Titahnya dalam hati.
Dhea langsung bergegas untuk mandi karena tubuhnya tadi terkena sedikit hujan. Ia takut kalau ia tidak dapat hadir dalam event yang diselenggarakan oleh ockta. Setelah mandi, ia akhirnya merebahkan tubuhnya diatas kasur lalu tiba-tiba bunyi notif dari ponselnya.
Dheaa, lo udah nemuin cepo gitar gue belum? pesan teks dari ockta.
Udah nemu, nanti gue bawain tar malem. balasnya singkat.
Lo dateng sebelum acaranya dimulai ya.
Melihat pesan itu, dhea cuma mengabaikannya. Tentu saja ia harus datang sebelum acara di mulai karena cepo gitarnya ockta dipegang oleh dhea. Tidak lama Setelah itu, dhea kembali membaca novel kesayangannya sambil menunggu waktu malam tiba.
***
Pukul 18:00.
Dhea sudah rapi dan akan segera berangkat. Hujan juga sudah reda dan ia puas dengan penampilannya malam ini. Memakai baju putih bergaris hitam dipadukan celana putih dengan rambut terurai dengan hiasan bando dikepalanya. Terlihat sangat manis. Ia segera bersiap-siap untuk pergi ke halte tetapi ia mengingat bahwa alva ingin ikut dengannya. Hanya saja, dhea tidak mempercayakan hal itu. Mana mungkin sosok alva datang menjemputnya lalu menemaninya untuk pergi ke event? Batinnya dalam hati.
Selang ia berjalan menuju halte, tiba-tiba datanglah satu kendaraan bermotor yang menghalangi jalannya. Ya, ternyata dia adalah alva.
"sudah ku bilang bukan kita perginya bareng? kenapa ninggalin aku?" ucap alva dengan nada sedikit kesal.
"aku kira kamu cuma becanda ngomong gitu" balasnya singkat.
"kapan aku becandain kamu? udah sini naik" jawab alva sembari menurunkan pijakan kaki buat dhea.
Dhea hanya menuruti apa yang diucapkan oleh alva. Ya, tiap alva memaksakan sesuatu ia hanya bisa pasrah tidak dapat melawannya. Akhirnya mereka berangkat bersama dengan mengendarai motor kesayangan alva. Alva mengendarai motornya itu dengan kecepatan 45km/jam membuat dhea takut jadi ia hanya memegang pinggang alva. Tiba-tiba saja alva menarik kedua tangan dhea untuk segera memeluknya agar dhea tidak takut. Sepanjang jalan, mereka tidak mengobrol satu sama lain sampai ketika mereka telah tiba.
"tungguin aku disini, aku mau nyari parkiran dulu. Awas jangan kemana-kemana ntar hilang, aku yang kerepotan nyarinya" ucap alva sembari menurunkan dhea.
"iya bawell udah sono parkir dulu" balasnya.
Dhea akhirnya melihat alva sudah pergi mencari parkiran untuk motornya. Terlihat event ini sangat ramai apalagi pada malam hari. Terlihat banyak cahaya terpancar sangat-sangat indah. Cuacanya juga sudah mendukung tidak hujan lagi. Dhea menunggu didepan pintu masuk pantai itu. Semua orang datang bersama dengan pasangan masing-masing. Fashion-fashion semua orang juga pada bagus banget. Seketika dhea sedikit insecure karena merasa fashion yang ia kenakan terlihat biasa saja.
"ayo masuk" ucap alva yang tiba-tiba menarik tangan dhea.
Alva terlihat sangat rapi dengan mengenakan kemeja hitam dipadukan celana jeans hitam dan sepatu convers berwarna putih. Jika dilihat, mereka memakai terlihat seperti pasangan. Mereka berdua akhirnya masuk. Dhea langsung mencari keberadaan ockta tetapi karena terlalu ramai, akhirnya ia mencoba menghubunginya lewat ponsel.
Lo dimana? gue udah dateng ni. pesannya singkat yang dikirimkan untuk ockta.
Lo liat panggung kan? gue ada dibelakang sana. Lo bisa kesini nganterinnya? Soalnya gue udah siap-siap ini. balas ockta seperti sudah sangat mendesak.
Oke. Dhea langsung menutup ponselnya itu lalu berlari menuju arah belakang panggung tentunya diikuti oleh alva dari belakang.
"Ga usah lari" ucap alva menghentikan dhea yang tengah berlari.
"kamu kecil kalo lari ga keliatan. Tar jadi anak ilang" ledek alva kepada dhea.
"sambil jalan bisa kan?" ucap alva sekali lagi.
"ini udah buru-buru mau ngasih sesuatu ke ockta. Kamu masih inget kan mukanya? Berhubung kamu tinggi ya gunain tinggimu dong untuk nyari ockta" ucap dhea kesal kepada alva.
Alva cuma tersenyum mendengar dhea mengatakan hal itu. "iyaa-iyaa ini dicari sama-sama" balasnya dengan menenangkan dhea.
"tuh sana si ockta" sembari menunjuk ke arah wanita yang tengah duduk karena ia sedang di make up.
Dhea segera berlari dan mendekati ockta.
"woii disini lo ternyata. Ini cepo gitar lo" ucap dhea sembari memberikan cepo gitar kepada ockta.
"wihh dheaa udah dateng. Makasihh banyakk temankuu yang tercintaa emang cumaa lu yang paling bisa gue andelin" ucapnya sambil memeluk dhea dengan penuh rasa syukur.
"dih alay banget kalo ada maunya" ucap dhea yang sedikit geli mendengar perkataan ockta.
Alva cuma memperhatikan mereka berdua mengobrol satu sama lain. Tiba-tiba ada sosok yang menghampiri alva.
"Eh, alva" ucap pria tinggi kepada alva.
"eh om rudi" jawab alva sembari bersalaman.
"kamu datang kesini? mewakili kakakmu atau gimana?" tanya pria tinggi itu kepada alva.
"engga om. Kayaknya abang juga bakal datang sebentar. Aku kesini bareng orang lain dan ga ada kerjaan dirumah jadi yaudah dateng aja kan untuk meramaikan" balas alva.
Sembari alva mengobrol dengan pria tinggi itu, tiba-tiba ockta dan dhea saling bertukar pandang.
"lo dateng kesini bareng alva?" tanya ockta sedikit berbisik.
"iyaa" jawabnya singkat.
"lohh kok bisa? kalian janjian? udah tukeran social media kah?" ledek ockta kepada dhea.
"ih enggaa. Tadi emang cuma kebetulan aja ketemu terus dia maksa kesini bareng jadi yaudah barengnya kesini itung-itung gue irit pengeluaran kendaraan wkwk" ucap dhea dengan sedikit tertawa.
"tapi itu yang ngobrol bareng alva, lo kenal ga?" tanya dhea kepada ockta.
"kayaknya si dia salah satu yang sponsorin event kali ini ga tau juga lebih detailnya siapa" jelas ockta yang juga ikut bingung.
Sembari mengobrol, akhirnya alva datang menghampiri dhea.
"masih mau disini atau mau ke depan?" tanya alva kepada dhea.
"iya udah lo kedepan aja sono bareng alva" ucap ockta sembari mendorong dhea pergi mendekat kepada alva.
"santai si gausah ngusir gitu" ucap dhea kesal karena didorong.
"yaudah kedepan duluan ya. Semangat" ucap alva kepada ockta sembari menggenggam tangan dhea lalu pergi menuju depan panggung.
Selang event itu berjalan, alva dan dhea mencari tempat yang dimana tidak terlalu ramai karena dhea tidak suka jika terlalu berdekatan dengan orang lain. Akhirnya dhea berjalan agak menjauh dari arah panggung tersebut.
"lo tau ni event dari mana?" tanya dhea kepada alva.
"ya sekedar tau aja" jawabnya singkat.
"terus tadi yang lo ajak ngobrol siapa?" tanya dhea yang sangat penasaran.
"kamu tuh ya kalo dibilangin ngeyel. Suruh siapa ngomong pake lo gue gitu, hm? sentil nih kalo ngomong gitu lagi" ucap alva dengan nada kesal.
"itu tadi temen abang" ucapnya menjelaskan kepada siapa tadi ia mengobrol.
Mendengar hal itu, dhea tidak bertanya lagi. Lalu tiba-tiba ada sosok pria tinggi lagi yang menghampiri alva.
"heh, sejak kapan nyampe disini?" tanya pria tinggi itu kepada alva.
"udah dari tadi ini. Kok lu telat tumben" jawab alva.
"tadi kena macet makannya telat. Tumben lu mau datang ke event yang gue sponsorin" tanya pria tinggi itu kepada alva.
"ya gapapa si dateng doang ga masalah kan"
"itu siapa? cewemu?" tanya pria tinggi itu sembari menunjuk ke arah dhea.
"cocok ga?" tanya alva sembari tersenyum. Dhea berpura-pura tidak mendengarkan apa yang mereka obrolkan satu sama lain dan melirik ke arah yang lain.
"oh gitu pantesan mau dateng soalnya bawa cewe" ledek pria tinggi itu kepada alva.
Alva cuma tersenyum mendengar kalimat itu.
"yaudah gue kesana dulu ya. Jagain anak orang lu" ucap pria tinggi itu kepada alva lalu meninggalkannya.
"sipp" balas alva singkat.
"itu tadi abang aku" ucap alva kepada dhea walaupun dhea tidak bertanya sedikit pun.
"jadi abangmu yang sponsorin event ini?" tanya dhea kepada alva.
"maybe" jawabnya singkat.
Tidak dihiraukan lagi bahwa alva benar anak orang kaya. Dhea merasa insecure ketika berada dekat dengan anak orang kaya. Walaupun alva adalah anak orang kaya, baginya alva adalah orang yang berteman dengan siapa aja tanpa melihat status orang tersebut. Dari caranya bergaul, tutur katanya yang sopan, ia benar-benar di didik dari keluarga yang baik.
Akhirnya mereka menikmati event tersebut, lalu tibalah pertunjukan yang ockta bawakan. Mereka membawakan lagu Bohemian Rhapsody - Queen. Ia menjadi satu-satunya gitaris perempuan karena hobby nya memang bermain gitar. Tampak suara penonton sangat ramai untuk menunggu penampilan tersebut. Tentu saja orang beramai-ramai menikmati lagu ini, ya secara ini lagu legendaris pada zamannya dan bahkan sampai sekarang masih diminati untuk didengar. Dhea dan alva cuma menikmati penampilan yang luar biasa dibawakan oleh ockta. Sesekali juga mereka mendengar banyak penonton menikmati penampilan itu dengan ikut bernyanyi.
***
Malam sudah larut menunjukkan pukul 22:00 dan acaranya juga sudah berakhir. Dhea segera bergegas menuju belakang panggung untuk mencari keberadaan ockta. Terlihat ockta dan yang lain sedang melangsungkan rapat jadi dhea hanya menunggu ditemani alva yang berada disampingnya.
"balik duluan aja nanti aku bareng ockta pulangnya" ucap dhea yang merasa tidak enak kepada alva karena sudah menemaninya sedari tadi.
"aku kesininya bareng kamu jadi pulangnya juga harus sama kamu" ucap alva yang tetap ingin berada dekat dhea.
"udah si gapapa balik duluan aja. Kayaknya ockta masih lama juga" ucap dhea dengan sedikit mengusir alva.
"yaudah kita tungguin bareng apa susahnya kan?" balas alva yang tetap menolak untuk pulang terlebih dahulu.
Dhea lagi-lagi pasrah terhadap alva. Apapun yang dikatakan dhea sangat percuma jika ia mengobrol dengan alva. Toh, alva suka bertindak sesukanya. Akhinya ia bersama-sama menunggu ockta.
"eh dheaa, lo belum balik?" tiba-tiba ockta datang menghampiri dhea.
"nunggu lo lama kali" cetus dhea kepada ockta.
"loh, emang ga balik bareng alva?" tanya ockta sembari melirik alva.
"ini tadi udah mau pulang bareng tapi katanya mau pamit dulu sama lu" ucap alva kepada ockta.
"ngga ya aku gabilang gitu. Kita gabisa pulang bareng, ta?" tanya dhea kepada ockta.
"gue masih ada urusan abis dari sini. Tolong ya va anterin dhea pulang dengan selamat. Gue percayain sahabat gue di lo" ucap ockta kepada alva sembari memohon.
"apaansi taa gue ikut lo aja udah gapapa gue nunggu lo deh" ucap dhea yang menolak diantar pulang sama alva.
"gue masih lama banget beneran deh kayaknya juga ga ada tidur untuk kelarin acara ini" ucap ockta untuk meyakinkan dhea segera pulang tanpanya.
"yaudah kalo gitu balik duluan ya, taa" ucap alva sembari menarik tangan dhea untuk segera meninggalkan lokasi.
Dhea hanya mengikuti alva yang menggenggamnya menuju ke parkiran untuk mengambil motor alva. Lagi-lagi dhea tidak dapat melakukan apa-apa jika alva sudah bertindak. Setibanya diparkiran, alva segera memasangkan helm kepada dhea.
"aku bisa make sendiri" ucap dhea yang menolak untuk dipakaikan oleh alva.
"udah diem aja" cetus alva.
"cantik" ucap alva tiba-tiba sembari menatap kedua bola mata dhea.
Dhea segera mengalihkan pandangannya mendengar alva mengatakan hal itu. Lalu akhirnya mereka pulang bersama. Jalanan masih ramai padahal sudah jam 10 malam lewat. Angin yang begitu dingin menghempas wajah dhea. Selang beberapa menit perjalanan, akhirnya mereka sampai. Dhea segera turun dari motor alva lalu memberikan helmnya.
"sejauh ini, makasih banget ya" ucap dhea karena merasa selalu merepotkan alva.
"santai aja" jawab alva singkat.
"Ohiya, jaketmu tadi sore ketinggalan. Mau diambil sekarang atau mau ku cuciin dulu?" tanya dhea kepada alva.
"simpen aja dulu biar semesta kembali mempertemukan lagi" balas alva dengan sedikit senyuman.
"masih mau ketemu?" tanya dhea polos.
"emang kamu udah gamau ketemu?"
"ya maksudnya buat apa juga ketemu" tanya dhea.
"kan banyak yang bisa dilakuin kalo bareng-bareng. Ga semua hal bisa diselesaikan sendirian, dheaa. Udah sana masuk, anginnya kencang ini nanti masuk angin kamu. Selamat malam, nona" ucap alva sembari menghidupkan motornya lalu meninggalkan dhea tanpa mendengar jawaban dari dhea.
Akhirnya dhea memasuki kostnya itu karena sudah tidak melihat keberadaan alva lagi. Hari ini benar-benar melelahkan baginya. Tapi ia cukup senang karena bertemu alva sekali lagi bahkan sekarang ia memegang jaket alva yang bisa saja mereka bertemu kembali walau untuk sekedar mengembalikan jaketnya alva. Tanpa disadari, sosok alva berhasil membuat dhea selalu tersenyum. Sikap hangat yang diberikan alva benar-benar membuat dhea nyaman. Tetapi, dhea mengingat satu hal bahwa diantara mereka tidak terjadi apa-apa. Sekedar teman atau bahkan disebut teman saja tidak. Secara mereka cuma sering bertemu secara kebetulan. Lalu, mereka pantasnya disebut apa?
Dhea sudah terlalu Lelah untuk memikirkan hal lain hingga akhirnya ia memilih tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Anthea
Kirimkan segera next chapter nya
2023-08-14
2