Bell berbunyi menandakan siswa sudah bisa pulang.
"Alva, lo langsung balik kerumah ni? Ga mau ikut nongkrong dulu? Ngopi ae bentar di cafee seberang" ucap niko salah satu teman alva.
"Ga dulu deh bro. Lagi cape ni tar malem juga gue masuk kerja" ucap alva yang menolak dengan sopan ajakan niko.
"Wihh suka nih gue. Berasal dari keluarga yang berada tapi tetep mau nyari duit dengan jerih payah sendiri" ucap niko dengan bangga.
"Sekedar ngisi waktu luang doang si. Kan enak kalo ngisi waktu luang untuk ngasilin duit dari pada ngabisin duit"
"Kerenn kerenn. Otak anak orang kaya ga diraguin lagi si kalo soal duit mah" balas niko.
"Udalah gue cabut duluan ya" ucap alva sembari bergegas untuk keluar kelas.
Alva akhirnya meninggalkan sekolahnya itu tepat pada pukul 15:30. Ia segera ingin pulang karena merasa ngantuk dan ingin tidur terlebih dahulu sebelum ia kerja malam nanti. Ya, alva terlahir dari keluarga kaya tapi ia lebih senang menghasilkan uang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dari pada harus meminta ke orang tua. Alva segera bergegas ke parkiran motor lalu mencari motor custom byson 150cc kesayangannya itu karena motor itu hasil dari jerih payahnya sendiri bukan dari orang tuanya. Segeralah ia keluar dari sekolah dengan kecepatan 50km/jam.
***
Hari ini dhea tidak memiliki kelas sama sekali jadi bisa dibilang dhea libur jadi dhea sangat bersantai dari pagi hingga menjelang sore. Dhea seketika menatap sekeliling kamar kostnya itu lalu tertuju pada satu pandangan. Ya, bunga mawar putih dhea yang ada dimeja sudah terlihat layu dan tentu saja itu membuat dhea ingin menggantinya. Dhea sangat suka bunga mawar putih. Di tiap meja dalam kostnya itu selalu terdapat bunga mawar putih. Dhea segera bergegas untuk melihat apakah semua bunga mawar putih dimejanya itu sudah layu atau tidak. Alhasil, dhea menemukan beberapa bunganya sudah tidak dapat diselamatkan. Akhirnya dhea segera bersiap-siap untuk pergi ke toko bunga karena ingin mengganti bunganya yang sudah layu.
Jarak toko bunga ke kost dhea sebenarnya dekat tetapi karena ia tidak memiliki kendaraan jadi mungkin sekitar 10-15 menit jika berjalan kaki. Dhea sudah mulai menghemat mengingat tanggal tua karena orang tua dhea baru mengirimkan uang ketika awal bulan. Jadi mau tidak mau dhea harus berhemat agar uangnya cukup sampai akhir bulan nanti.
"Misi bu, bunga mawar putihnya masih ada?" Tanya dhea kepada pemilik toko.
"Wahh neng akhirnya dateng lagi. Mawar putih ya neng? Tunggu sebentar ya saya ambilkan dulu. Mau berapa tangkai neng?" Ucap pemilik toko bunga itu.
"5 tangkai bu"ucap dhea dengan tersenyum.
"Ini neng bunganya. Masih pada seger kann" ucap pemilik toko denga tersenyum kepada dhea.
"Iya bu pada cantik-cantik. Makasih yaa bu" ucap dhea sembari membayar bunga yang telah ia beli itu.
"Iya neng sama-sama. Balik kesini lagi ya cantik" balas sang pemilik toko kepada dhea.
"Iya buu, permisi" ucap dhea yang segera bergegas keluar toko untuk menuju pulang kerumah.
Disepanjang jalan, dhea cuma sesekali menatap sekitarnya dan sesekali juga menatap bunga mawar putihnya yang begitu cantik. Saat ia melihat sekitar, ia tertuju pada satu objek. Ya, ia melihat anak kucing berbulu abu yang hendak ingin menyeberang jalan tetapi dhea melihat kendaraan melaju dengan cepat. Dhea segera bergegas berlari untuk mengambil anak kucing itu sebelum ditabrak oleh pengendara.
Tiba-tibaa, brukk...
Anak kucing itu selamat, tapi tidak dengan bunga mawar kesayangannya yang berserakan ditengah jalanan. Bunga mawar putih yang tadinya bersih nan cantik kini sudah menjadi usang karena beberapa pengendara menginjak dan juga sudah terkena debu jalanan. Dhea masih terpaku diam menyelamatkan anak kucing yang berada ditengah jalanan. Dan tiba-tiba muncullah sosok lelaki yang ingin menepikan dhea dipinggir jalan. Ya, sosok lelaki itu yang tepat berhenti didepan dhea, memarkirkan motornya ditengah jalanan. Sesegera mungkin dhea dibawa ke tepi jalanan bersama dengan anak kucing yang digendongnya lalu ikut menepikan motor yang tadinya terparkir dijalan.
"Are u okey?" Ucap lelaki itu untuk memastikan keadaan keadaan dhea.
Suara itu, suara yang tidak asing bagi dhea. Suara yang ia sangat kenal. Tidak lain, ternyata sosok lelaki itu adalah bocah SMA yang ia temui kemarin. Anak itu masih mengenakan seragam sekolah dengan memakai jaket hitam merk erigo dan juga sepatu convers berwarna hitam.
"Heyy, bengong aja ditanya. Ga ada yang luka kan?" Tanya kembali anak lelaki itu.
"Ga ada, tapi.." dhea melihat bunganya yang sudah di injak pengendara lain.
"Bunganya bisa dibeli kembali. Yang penting kamu ga kenapa-kenapa dulu sama anak kucingmu itu. Coba sini ku liat kondisinya" ucap anak laki-laki itu sembari mengambil anak kucing dalam gendongan dhea. Kucing itu terluka dibagian kakinya.
"Kakinya luka. Kalau ga diobatin mungkin bakal inveksi. Ayo bawa ke dokter dulu setelah itu beli ulang bunga yang kamu bawa tadi" ucap anak laki-laki itu kepada dhea yang hendak berdiri dan siap untuk berangkat.
Dhea masih diam terpaku melihat tindakannya. Why? Kenapa mereka bertemu lagi secara kebetulan? Ini sudah yang ketiga kalinya dan kurasa sudah tidak bisa disebut kebetulan yang terus-menerus. Dhea masih bingung tentang rencana tuhan kepada dirinya.
"Ayoo" tegas anak laki-laki itu kepada dhea.
Dhea cuma mengikuti anak laki-laki itu. Padahal ia adalah orang asing, tapi entah kenapa dhea merasa dia adalah orang baik-baik. Terlihat jelas dari fashionnya yang mewah bak anak orang kaya serta tutur katanya yang sejak kemarin sangat sopan kepada dhea. Tetapi walaupun seperti itu, dhea harus tetap waspada kepada orang asing. Toh, ia cuma merantau disini. Tidak punya keluarga siapapun karena ia hadir dikota ini untuk menempuh pendidikannya.
Selang perjalanan, mereka berdua sama skali tidak berkomunikasi. Anak laki-laki itu tetap fokus pada jalanan yang ada dihadapannya sedangkan dhea yang masih bingung harus memanggilnya siapa karena ia masih tidak mengenal satu sama lain. Mereka sudah bertemu untuk yang ketiga kalinya tetapi mereka tetap saja tidak saling mengenal nama.
Akhirnya mereka sampai ke dokter hewan. Mereka berdua bergegas masuk untuk memeriksa keadaan anak kucing itu.
"Kakinya cuma tergores sedikit. Tidak ada cedera luka dalam jadi masih terbilang aman. saya akan membersihkannya dulu yaa" ucap dokter yang tengah memeriksa keadaan anak kucing itu.
"Terimakasih, dok" ucap dhea dengan perasaan lega mendengar bahwa anak kucing itu baik-baik saja.
Sembari menunggu anak kucing itu diberi perawatan kepada dokter, anak laki-laki itu membuka jaket yang sedari tadi ia kenakan lalu terlihatlah nametag nya yang bernamakan Alvarazka Adyatama. Sontak saja dhea seketika menyebut namanya.
"kenapa?" tanya alva karena mendengar dhea menyebut namanya.
sontak dhea kaget tersadar dari lamunannya.
"hah, ngga. Kita sudah beberapa kali bertemu tapi gue bahkan gatau siapa nama lo. jadi, ngeliat nametag-mu itu, gue baru tau kalau itu nama lo" jelas dhea.
"curang dong. lo tau nama gue tapi gue belum tau nama lo. Lalu nama lengkapnya nona cantik siapa?" ucap alva dengan menggoda dhea.
"gausah manggil nona si. nama gue Aldhea Niyaz Aquene panggil aja dhea" jelas dhea yang memperkenalkan dirinya.
"namanya cantik seperti orangnya" ucap alva dengan tersenyum kepada dhea.
Selang mereka memperkenalkan diri satu sama lain, tiba-tiba dokter sudah dating dengan membawa anak kucing yang sudah diberikan perawatan. bulunya jadi begitu bersih dan juga wangi. lukanya kini sudah diobati. melihat itu, dhea merasa senang. tapi, di sisi lain dhea memikirkan administrasinya. ini yang bayar siapa? padahal dhea sudah sangat berhemat tapi dhea tidak bisa mengabaikan anak kucing yang sedang terluka. Tiba-tiba saja alva yang maju ke meja administrasi untuk membayar perawatan anak kucing itu. Melihat alva yang sigap maju ke meja administrasi membuat ia mengingat bahwa ia masih memiliki utang kepada alva. Ya, novel yang kemarin dibayarkan olehnya belum ia bayar. Setelah alva membayar administrasinya, mereka berdua akhirnya keluar.
"Ini kucingnya lo mau ngurus?" tanya dhea kepada alva.
"urusin aja. Kan lo yang nolongin tadi" jawab alva kepada dhea.
"Kan lo yang bayar biaya administrasinya. Kali aja lo mau ngambil hak asuhnya" jelas dhea.
"Urusin aja. Tar kalo udah gede baru kasih liat ke gue. Ohiya, terus ini kita ke toko bunga mana? lo punya langganan atau nyari toko bunga yang lain aja?"
"hah? Ohiya bunga guee. Gue ada langganan toko bunga kita kesitu aja. Eh, gausah deh. Gue kesana sendirian aja"
"gausah banyak omong. Sini buru naik dianterin. Gabaik anak cewe jalan sendirian apalagi udah mau magrib" jawab alva dengan sedikit memaksa dhea agar ikut dengannya sembari memakaikan dhea helm.
Dhea cuma terdiam melihat aksi alva. Tidak lama setelah itu, mereka akhirnya berangkat kembali ke toko bunga untuk membeli ulang bunga mawar kesayangan dhea.
Mereka akhirnya berangkat dengan membawa kandang kucing yang dipegang oleh dhea. Alva sedang tidak dalam posisi ngebut, ya kira-kira kecepatan motornya cuma 45km/jam mengingat ada 2 makhluk hidup yang ia bawa yaitu dhea dan juga anak kucing itu menjadi tanggung jawab besar alva. Selama berkendara, mereka sama-sama hening, tidak memiliki obrolan satupun walaupun dhea sangat memiliki banyak pertanyaan kepada alva yang tiba-tiba hadir di hidupnya. Sesekali juga alva melirik dhea melalui spion motornya itu, menatap wajah dhea yang ternyata begitu manis bahkan disaat ia tidak memasang ekspresi apapun. Alva hanya tersenyum melihat kecantikan dhea. Yang tadinya ia pulang dari sekolah dengan tujuan balik kerumah untuk tidur tapi waktu tidurnya ia habiskan untuk menemani nona cantik ini. selang beberapa menit mereka berkendara, akhirnya tibalah mereka di toko bunga langganan dhea.
"Lo mau nunggu disini atau mau ikut masuk?" tanya dhea kepada alva.
"ikut" titah alva kepada dhea.
mereka akhirnya masuk bersama dan juga sang kucing yang kini berada digenggaman alva.
"permisi, ibu saya mau beli ulang bunganya" kata dhea kepada pemilik toko.
"loh, neng baliknya cepet amat? kenapa bunganya neng? belum nyampe rumah udah layu ya? atau kenapa?" tanya pemilik toko yang bingung karena dhea kembali padahal belum ada 3 jam kepergian dhea.
"tadi ada sedikit kecelakaan bu yang ngebut bunganya jatuh berserakan dijalan. Jadinya ya bunga yang cantik nan bersih itu pada kotor dan sudah tidak tertolong lagi" jelas dhea dengan singkat menceritakan kejadian yang membuat bunganya tidak bisa dirawat lagi.
"wahh, neng tidak hati-hati si pas pulang kerumah. Yaudah tunggu dulu disini ya cantik, ibu ambilkan beberapa tangkai mawarnya" balas pemilik toko bunga itu lalu pergi meninggalkan dhea.
"udah berapa lama langganan disini? sepertinya pemilik toko ini udah kenal banget" tanya alva yang penasaran.
"maybe udah sekitar 2-3 tahun kali. Soalnya gue disini kurang lebih 3 tahun tinggal dan tiap 1-2 bulan gue selalu beli disini bunganya" jawab dhea dengan cukup jelas.
"kok suka mawar putih? kenapa ga mawar merah?"
"gatau suka aja liatnya. Kalo liat bunga mawar warna putih gitu rasanya adem aja, seperti damai gitu. Mungkin karena warnanya yang begitu suci jadinya tiap liat mawar putih, perasaaan gue selalu merasa damai aja" singkat dhea yang mendeskripsikan mengapa ia menyukai mawar putih.
Setelah mereka membahas itu, akhirnya sang pemilik toko sudah datang dengan membawa beberapa tangkai bunga mawar putih.
"ini neng bunganya" sembari menyerahkan 6 tangkai mawar putih kepada dhea.
"loh bu, saya kan pesennya 5 tangkai mawar aja. ini kenapa ada 6? kelebihan 1 bu" jelas dhea ingin menolak untuk menambah mawarnya mengingat ia betul-betul harus menghemat pengeluarannya sampai akhir bulan ini.
"gapapa ambil aja atau kasih ke mas nya tuh udah nganterin neng kesini. Biasanya kan neng datang sendirian dan juga jalan kaki. Tapi kali ini, dianterin sama cowonya" ucap pemilik toko dengan menggoda dhea.
"eh, ngga bu dia bukan cowoku. Cuma kenalan aja" jawab dhea untuk menghentikan kesalahpahaman sang pemilik toko.
"cakep loh neng. Ganteng anaknya dan juga tinggi tuh. Ngeliat dia megang kucing berasa banget bahwa anaknya penuh kasih sayang. Sayang loh kalo cowo secakep itu diambil orang lain" pemilik toko itu tidak berhenti menggoda dhea.
"hehhehhe iyaa" dhea cuma tersenyum mendengar apa yang dibicarakan sang pemilik toko. Tapi, kalau dilihat-lihat memang alva anaknya cakep, tinggi dan caranya memperlakukan dhea cukup baik.
"kalau gitu, saya permisi bu" ucap dhea sembari menyelesaikan pembayarannya di kasir.
"hati-hati ya neng. Mas, tolong anterin neng pulang dengan selamat ya takut dia ceroboh lagi terus bunganya jatuh lagi" teriak pemilik toko untuk memberitahukan pesan itu kepada alva.
Alva cuma tersenyum mendengar ucapan pemilik toko tersebut. Lalu dhea segera bergegas keluar toko dengan menarik lengan alva.
"makasih ya sudah mau nganterin gue ke toko bunga ini dan juga sudah membantu gue ngurusin perawatan ni anak kucing. Lo balik aja, gue bisa jalan sendiri dari sini" ucap dhea dengan penuh syukur kepada alva.
"inget ga tadi pemilik toko bunga itu ngomong apa? dia nyuruh gue nganterin lo dengan selamat yang artinya dia mempercayai gue dengan nganterin lo untuk sampai ke tujuan. Udah buru sini pake helmnya gosah banyak nolak" jawab alva yang menolak di usir begitu saja.
Dhea kembali terdiam dan terpaku melihat alva yang selalu saja bertindak semaunya. dhea cuma menurut dan dhea juga ngerasa udah cape kalau harus berjalan kaki lagi ke kost terlebih waktu sudah menunjukkan pukul 17:50 yang artinya sudah petang. Akhirnya mereka berangkat untuk menuju kost dhea.
ditengah perjalanan, alva melirik dhea sesekali. Wanita dengan berambut hitam pekat panjang model haircut berlayer dan juga memiliki poni tipis itu tampak sangat manis. Sontak alva memiliki pertanyaan kepada dhea.
"tadi lo bilang baru disini sekitar 3 tahun. Jadi, lo disini ngerantau gitu?" tanya alva yang begitu penasaran.
"iyaa. Gue disini menempuh pendidikan gue" teriak dhea agar alva mendengarnya karena mereka berbincang diatas motor.
"udah semester berapa?" tanya alva sekali lagi.
"sekarang udah masuk semester 6. Jadi, kira-kira lulus tahun depan"
Mendengar hal itu, alva akhirnya membandingkan usia mereka yang terbilang cukup jauh. Dhea tahun depan lulus kuliah sedangkan alva tahun depan lulus dari bangku SMA. Jadi, kira-kira usia mereka berjarak sekitar 4 tahun. akhirnya mereka melanjutkan perjalanan tanpa mengobrol lagi. Selang beberapa menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di kost dhea. terlihat pintunya tidak terkunci lagi yang berartikan bahwa ada ockta didalam kost.
"terimakasih banget ya skali lagi. Maaf kalau udah ngerepotin banget hari ini. Ohiya, gue masih punya utang sama lo. Tunggu bentar sini, gue ambilin uangnya" ucap dhea kepada alva tetapi alva menghentikan dhea dengan menarik tangannya sebelum ia masuk ke kostnya.
"gausah dibayar sekarang bisa ga?" jawab alva yang menolak uangnya dikembalikan sekarang.
"loh? kenapa?" tanya dhea yang terlihat bingung mendengar jawaban dari alva.
"gue masih percaya kita bakal ketemu suatu hari nanti dan gue juga gamau ini jadi pertemuan terakhir. So, jangan dibayar sekarang tapi nanti aja. Gue mau itu jadi alasan mengapa kita harus tetap bertemu suatu hari nanti" jelas alva kepada dhea.
Mendengar hal itu, Dhea merasa masih bingung. Alva masih ingin ketemu gue? tapi, kenapa? kenapa dia masih mau ketemu padahal ga ada apa-apa antara gue sama dia? tanya dhea kepada dirinya sendiri dalam hati.
Alva segera bergegas menyalakan mesin motornya itu untuk segera pergi sebelum akhirnya dhea memaksa untuk memberikan uangnya. "aku pergi dulu ya nona. Karena sekarang udah tau bahwa nona lebih tua 4 tahun, yang berartikan ngobrolnya harus sopan. Nanti kalau ketemu lagi, ngomongnya pake aku kamu, ga ada kata lo gue. duluan ya, bye" ucap alva langsung pergi begitu saja tanpa mendengarkan jawaban dari dhea.
Dhea akhirnya masuk ke dalam kostnya. Tiba-tiba muncullah sosok temannya yang sangat begitu penasaran pastinya.
"Dia orangnya? bocah SMA yang lo temuin dalam bus dan juga yang bayarin novel lo?" tanya ockta yang sangat begitu penasaran ingin mendengar cerita dhea.
"iya" jawab dhea dengan singkat.
"katanya ga tukeran social media? kok hari ini bisa jalan bareng bahkan dianterin sampe depan" goda ockta kepada dhea.
"ya emang ga tukeran social media. Tapi, lagi-lagi semesta mempertemukan gue dan dia secara tidak kebetulan"
"shitt. Kok bisa semuanya secara kebetulan gitu? ceritamu udah persis seperti scenario penulis buku tau hahahahh" jawab ockta dengan ngeledek.
"eh tapi tuh bocah cakep woii. Gue liat sekilas tadi ketika kalian ngobrol. Tinggi juga anaknya, maybe kalo ga make seragam sekolah bakal dikira bukan anak sekolahan. Udah kelas berapa dia? jangan-jangan masih kelas 1 SMA" tanya ockta kepada dhea.
"gatau juga si. Tapi tadi dia sempete ngomong kalo gue sama dia beda 4 tahun. Jadi, mungkin sekarang dia kalo ga kelas 2 SMA ya paling 3 SMA" jawab dhea yang tidak memedulikan perbedaan usianya antara dia dan alva karena menurutnya juga itu tidak terlalu penting.
"terus ini lo nemu anak kucing dari mana? lo beli?" tanya ockta penasaran karena baru menyadari bahwa ada anak kucing yang dhea bawa pulang.
"ini tadi gue nolongin dia yang berada ditengah jalanan makanya gue ketemu tuh bocah. Abis tuh dibawa ke dokter hewan untuk obatin lukanya" jelas dhea agar ockta tidak bertanya lagi karena dhea sudah merasa sangat lelah hari ini.
"Ini bagusnya dikasih nama siapa?" tanya dhea kepada ockta.
"cowo nih kasih nama miko aja cakep" jelas ockta yang asal ngasih nama kepada anak kucing itu.
"ohiya, kita ini udah hidup kesusahan dengan merantau bareng niatnya hemat untuk sekamar berdua sekarang tiba-tiba lo nambah makhluk hidup dalam kost. Lo sanggup biayain kebutuhan makannya?" keluh kesah ockta kepada dhea.
"udah biar gue yang ngurus miko. Coba lo liat ekspresinya. Emang lo tega buang anak kucing yang selucu ini?" ucap dhea kepada ockta sembari memperhatikan miko yang sedang tidur.
"ga tega juga si" jawab ockta singkat.
Dhea segera bergegas untuk membersihkan badannya yang sudah merasa sangat kotor mengingat ia tadi sempat duduk dijalanan. Ia membebaskan anak kucing itu berkeliaran didalam kost dan untung saja ockta juga terbilang suka kucing jadi tidak masalah jika anak kucing itu dibiarkan berkeliaran dalam ruangan.
Malam sudah menunjukkan pukul 21:00. Dhea yang tengah sibuk melanjutkan bacaan novelnya dan Ockta yang hanya memainkan alunan gitar dengan memainkan lagu Bohemian Rhapsody oleh Queen. Tersadara dari keheningan masing-masing, akhirnya ockta mengeluarkan suara dengan bertanya kepada dhea.
"Ohiya, besok lo ada kelas ga?" tanya ockta disela keheningan mereka berdua.
"sebenarnya ada sih jam 10 an tapi gatau bakal masuk apa kaga. Ya lu tau sendiri kan pak reno suka ngubah jadwalnya dan kebetulan besok dia yang ngajar dikelas" jelas dhea sembari melanjutkan membaca novelnya.
"besok sore ikut gue yu" ajak ockta.
"kemana?"
"udah ikut aja temenin, gue pengen ketemu seseorang tapi ga berani sendirian"
Dhea cuma mengiyakan perkataan ockta itu lalu kembali fokus membaca novelnya hingga larut malam.
***
Alva akhirnya tiba dirumah tepat pada pukul 18:45. Ia segera memarkirkan motor kesayangannya itu ke basement rumahnya. Ia merasa sangat lelah padahal jam 19:30 ia harus berangkat kerja part time di salah satu toko eskrim, hanya saja sepertinya ia tidak bisa hadir untuk hari ini karena tubuhnya benar-benar sangat kelelahan. Segera mungkin ia masuk ke dalam rumahnya lalu mandi. 30 menit sebelum jadwal kerjanya masuk, akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi pihak pemilik toko itu untuk izin tidak masuk hari ini
"Selamat malam, pak. Mohon maaf hari ini saya tidak dapat hadir bekerja karena gak enak badan. Mungkin saya dapat bekerja kembali di hari esok. Atas perhatiannya terimakasih pak"
Pesan singkat alva kepada bosnya dan tidak lama kemudian sudah dapat balasannya.
"Iya tidak apa-apa. Lagian juga kamu masih anak sekolah jadi wajar kalau merasa kelelahan. Cepat sembuh ya biar bisa kembali bekerja. Semangat"
Balasan bosnya yang begitu baik kepada alva. Alva merasa sangat bersyukur karena dikelilingi orang-orang baik. Setelah melihat pesan itu, alva segera merebahkan badannya ke kasur untuk tidur padahal belum makan malam. Tapi baginya saat ini, ia hanya ingin tidur saja.
Pelan-pelan alva mulai memejamkan matanya tetapi ia teringat kepada sosok wanita yang akhir-akhir ini ia temui secara tidak sengaja. Ya, ia adalah dhea. Salah satu mahasiswa yang menempuh pendidikan dikotanya. Alva mengingat setiap moment yang ia lalui bersama dhea. Entah mengapa alva merasa bahwa wanita itu terlihat menarik. Hanya saja, ia belum berani untuk bertukar sosial media jadi alva tidak bisa mengetahui lebih lanjut tentang dhea. Ia hanya mengingat nama cantiknya itu, Aldhea Niyaz Aquene wanita berambut haircut berlayer dan juga memiliki poni tipis yang membuatnya begitu terlihat manis jika dipandang. Ia adalah wanita yang suka baca novel dan penyayang kucing. Ya seenggaknya untuk saat ini, alva cuma bisa mendeskripsikan bahwa dhea adalah wanita yang seperti itu.
Alva tidak sabar rencana tuhan yang seperti apalagi yang akan membuat mereka bertemu secara kebetulan. Sembari memikirkan itu, akhirnya alva terlelap dalam tidurnya hingga pagi tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments