Kencan buta

"Baik anak-anak kelas hari ini saya tutup sampai disini. Ada pertanyaan?" Ucap pak reno yang telah ingin menutup kelas dipagi hari ini.

Tampak mahasiswa cuma diam karena merasa sudah ingin pulang maybe.

"Baik kalau tidak ada pertanyaan, kelas kita tutup sampai disini. Saya akan memberikan tugas kepada kalian. Buatlah makalah mengenai keuangan internasional. Silahkan kalian mengunakan buku atau google yang menjadi sunber kalian mencari informasi terkait materi tersebut. Pekan depan kumpulkan dalam bentuk file pdf dan juga bentuk fisiknya dan itu menjadi syarat bahwa kalian akan memasuki kelas. Sampai sini cukup jelas ya untuk tugasnya. Ohiya, tugasnya dibuat perindividu jadi saya harap kalian mengerjakan tugas masing-masing tidak ada plagiat karena tugas kalian akan saya cek masing-masing. Baiklah kalau tidak ada lagi pertanyaan, saya tutup kelasnya sampai disini. Sampai bertemu dipekan depan" ucap pak reno sembari meninggalkan kelas.

Tidak lama setelah pak reno meninggalkan kelas, akhirnya dhea juga ikut meninggalkan kelas. Ya, seperti biasanya ia tidak memiliki teman untuk diajaknya mengobrol jadi ketika kelas selesai, maka ia akan segera pulang. Selang ia berjalan ke koridor, ia mengingat bahwa paket datanya akan segera habis. Jadi, dhea ingin pergi ke perpustakaan kampus saja untuk meminjam beberapa buku yang akan menjadi sumber dalam mengerjakan tugasnya itu.

Ketika dhea hendak menuju perpustakaan, tiba-tiba terdengar bunyi notif di hpnya itu. Ia melihat pesan teks yang dikirimkan oleh ockta.

"Dhea, lo dimana? Kelas udah kelar? Jadi kan nemenin gue tar sore?"

"Kelas udah kelar. Ni gue menuju perpustakaan mau minjem buku dulu buat jadi refrensi karena dikasih tugas sama pak reno. Paketan gue udah mau habis jadi ga bisa nyari materi lewat google. Mana gue akhir bulan ini udah hemat bangett"

"Hahahahha.. yasudah kalau udah nemu bukunya langsung balik ke kost lo. Nanti biar gue yang bayarin makan lo sebagai bentuk lo nemenin gue"

Melihat pesan itu, dhea tidak membalasnya lagi lalu segera bergegas ke perpustakaan untuk mencari buku keuangan internasional.

***

Dhea akhirnya pulang ke kostnya. Wanita yang berpakaian kaos hitam polos dipadukan dengan celana jeans biru dengan totebag ditangan kirinya dan juga beberapa buku ditangan kanannya membuat dhea benar-benar merasa bahwa ia ternyata sudah memasuki semester 6 dimana tugas sudah mulai menyerangnya tanpa henti. Ia teringat bahwa ternyata waktunya untuk tinggal di kota ini sisa setahun lagi sebelum akhirnya ia balik ke kampung halamannya. Selama ia tinggal di kota ini, tidak ada yang berkesan bagi dhea. Karena selama 3 tahun berturut-turut, kegiatannya kalau ga ke kampus ngisi kelas ya paling di kost doang ngabisin waktu dengan baca buku atau menonton film. Selama ia kuliah juga tidak menemukan satu sosok lelaki yang membuatnya tertarik tapi dhea tidak memedulikan itu karena baginya, ia disini untuk menempuh pendidikan bukan untuk berkencan kepada salah satu penduduk kota ini.

"Gue balik" ucap dhea sembari membuka pintu kost.

Ketika dhea sudah memasuki kostnya, terdapat ockta yang sudah tidur bersama dengan miko, anak kucing yang ia rawat. Ockta tidur dengan memeluk miko, sangat lucu jika dilihat. Dhea segera bergegas mengemasi barang-barangnya lalu ikut tidur juga disebelah ockta.

Krrrinnnggggg

Pukul 14:30. Alarm ockta berbunyi. Ia terbangun dari tidurnya lalu melihat ponsel yang sejak dari tadi bunyi. Melihat arah jam sudah menuju waktu sore, teringat bahwa hari ini ia ada kencan buta dengan salah satu teman kampusnya tetapi berbeda fakultas. Tadinya ia ingin menghubungi dhea tetapi, ia baru sadar bahwa ternyata dhea sudah tertidur juga disebelahnya. Melihat dhea kelelahan, akhirnya ockta berinisatif untuk mandi terlebih dahulu sebelum membangunkan dhea yang masih tidur nyenyak.

"dheaaa, bangunnn udah soreeee ayo siap-siap" titah ockta kepada dhea sambal membangunkan dhea.

"please ini gue mager bangett lu pergi sendiri aja emang gabisa" jawab dhea dengan nada malas.

"ayo dongg temenin gue sekali aja, please" ucap ockta dengan memohon.

"nanti disana kita cuma bertiga kan ya?" tanya dhea kepada ockta.

"ya gatau kali aja dia juga bawa temen ga ada yang tau. Gue cuma disuruh datang dicafee buat ketemu dia. Udah sana siap-siap mandi, gue mau make up dulu"

Dhea langsung segera memasuki kamar mandi walau rasanya itu berat banget karena ia sangat malas sekarang. Tetapi melihat temennya itu yang sangat exiceted ingin pergi, akhirnya ia menuruti keinginannya.

Ockta telah selesai dengan memakai setelan celana panjang berwarna putih dipadukan baju berwarna cream polos dan juga mengenakan pita sebagai hiasan dikepalanya. Sedangkan dhea hanya berpenampilan simple dengan memakai celana panjang berwarna hitam pekat dan mengenakan kemeja abu-abu dengan rambut yang terurai. Mereka telah bersiap-siap untuk berangkat dengan memesan Grabcar karena cafee yang mereka ingin datangi cukup jauh.

***

Selang beberapa menit perjalanan, mereka telah sampai di salah satu cafee. Jam sudah menunjukkan pukul 16:00 dimana mereka memang janjian untuk bertemu pada waktu itu. Terlihat seisi cafee itu sangat ramai. Banyak gerombolan anak SMA dan juga anak kuliahan karena lokasi cafee ini strategis berada diantara SMA dan juga ada kampus swasta. Jadi tidak heran pengunjungnya sebagian besar siswa dan mahasiswa. Ockta akhirnya melihat sekeliling dan mencari keberadaan lelaki yang akan ia temui hari ini. Tidak lama terlihat seorang lelaki melambai tangan kepada ockta. Mereka memilih untuk duduk outdoor. Dhea hanya mengikuti ockta dari belakang. Ini first time bagi dhea jadi dia merasa sangat gugup padahal bukan ia yang akan berkencan.

"hey, udah nunggu lama ya? maaf ya telat kena macet tadi dijalan" ucap ockta ke salah satu lelaki yang sudah duduk dihadapannya.

"iya gapapa duduk aja dulu atau mau langsung pesan minum maybe" jawab salah satu lelaki.

Ya, mereka datang berdua. Lelaki itu tampak mengenakan setelan seperti anak tongkrongan. Salah satunya memakai kemeja hitam kotak-kotak dengan celana panjang dan juga sepatu allstar. Sedangkan temannya yang lain berpenampilan nampak santai karena memakai celana jeans pendek dan juga baju kaos putih polos. Akhirnya ockta dan dhea duduk lalu memulai perkenalan terlebih dahulu sebelum memesan makanan dan minuman.

"Gue ockta dari fakultas ekonomi jurusan manajemen pemasaran. Ini teman gue namanya dhea. Kami dari fakultas yang sama tapi dia ngambil konsentrasi manajemen keuangan" jelas ockta yang memperkenalkan dirinya dan juga dhea.

"ohiya salam kenal. Gue Azka dari fakultas psikologi dan ini juga teman gue dari fakultas yang sama namanya Ilham" Ternyata yang memakai baju kaos putih itu bernama Ilham.

"yaudah pesan dulu ya. Gue mesen minum cafelatte. Lo mau apa dhea?" tanya ockta kepada dhea.

"matcha ada ga? itu aja kalau ada" jawab dhea yang begitu singkat.

"okey. Cemilan ga mau?" tanya ockta kepada dhea lagi.

"gue udah mesan kentang goreng si tadi tapi kalau kalian mau menu lain pesan aja gapapa" ucap Azka yang menyela percakapan dhea dan ockta.

"oh yaudah gitu aja" jawab ockta kepada azka.

Akhirnya ockta memberikan kertas pesanannya itu kepada salah satu pelayannya. Mereka berbincang-bincang satu sama lain tetapi tidak dengan dhea. Dhea merasa sangat bosan berada disini. Ia hanya melihat sekeliling saja lalu ia menemui segerombolan laki-laki. Ia melihat salah satu jaket yang ia kenal. Tampak tidak asing di matanya. Tidak lama setelah ia memperhatikan jaket itu, pemiliknya pun menoleh. Ya, ternyata dugaan dhea benar. Ia adalah alva. Shockk. Dhea sangat kaget karena bertemu alva lagi dengan secara kebetulan. Alva cuma melirik dengan lalu memberikan senyuman manis kepada dhea.

Ini maksudnya apa tuhan? kenapa bisa gue dan dia bertemu secara tidak terduga?

"Dhea, liat apa?" tanya ilham kepada dhea karena dari tadi ilham memperhatikan dhea yang tidak fokus kepada percakapan antara mereka berempat.

"hah, gapapa" jawab dhea yang tersadar dari lamunannya.

Dhea langsung kembali fokus dengan percakapan mereka dan tidak memedulikan keberadaan alva.

"ohiya ta, lo malam ini luang? mau ikut club ga ajak dhea aja" tanya azka kepada ockta.

Sontak ockta sangat kaget karena firstdate nya sudah langsung diajak pergi ke club. Seketika ockta langsung Ilfeel dengan azka.

"Firstdate lo udah berani ngajak cewe ke club? ada ya cowo modelan gini baru kenal udah berani ngajak ke club" jawab ockta dengan nada sedikit kencang membuat seisi cafee menoleh ke mejanya.

Dhea yang melihat ockta berbicara seperti itu ikut panik karena pengunjung yang lain sudah memperhatikannya termasuk gerombolan meja dimana alva duduk yang sudah sedari tadi memperhatikan.

"ya santai dong gue juga ga maksa lo buat ikut. Toh, gue ngajak bukan maksa" tegas azka yang tidak terima mendengar ockta berbicara sewot kepadanya.

"ya ogah lah. Gue udah keburu Ilfeel sama lo" balas ockta tanpa memedulikan lingkungannya disekitar.

selama mereka berdua berdebat, dhea tidak bisa menghentikan temannya itu. Tidak lama seseorang muncul untuk menghentikan perbedebatan mereka berdua. Ya, dia adalah alva. Sikapnya yang berani menyela percakapan seseorang yang bahkan lebih tua dari dia.

"mohon maaf sebelumnya kak mengganggu kalian. Tapi, tolong liat kondisinya. Kalian sedang berada dilingkungan terbuka tidak enak dilihat pengunjung lain. Saya sebagai pemilik cafee ini sangat mengucapkan terimakasih jika para pengunjung bisa menjaga sopan santunnya" ucap alva dengan sangat sopan.

Dhea jadi makin kaget. Pemilik cafee? alva pemilik cafee ini?

"apakah kalian merasa terganggu dengan kehadiran pria ini?" tanya alva kepada ockta.

"SANGATT" jawab ockta yang sudah berada dipuncak kemarahannya.

"kalau begitu, mohon maaf sebenarnya kak gimana kalau kakak pindah atau cari meja lain agar perdebatan antara kalian berhenti. Mengalahlah kepada seorang wanita agar terlihat seperti pria sejati" ucap alva kepada azka dan ilham yang berharap mereka pergi dari sini.

Akhirnya azka dan ilham segera meninggalkan cafee itu tanpa mengatakan apapun. Dhea cuma bisa mengelus pundak ockta untuk meredakan amarahnya. Tidak lama alva akhirnya berbicara.

"tadi siapa?" tanya alva kepada dhea.

"temen kampus tapi beda fakultas" jawab dhea singkat.

"kalian lagi kencan buta?" tanya alva sekali lagi.

"engga. Si ockta doang sebenarnya tapi ternyata dia juga bawa temennya jadi terlihat 2 pasangan padahal gue cuma nemenin ockta doang" jelas dhea untuk menghentikan kesalah pahaman alva.

"oh yaudah duduk dulu redahin amarahnya temenmu. Mau pesen lagi?" tanya alva kepada dhea.

"ga usah gini aja. Ohiya, tadi lo sempat bilang kalau ini cafee lo. Itu bener?" tanya dhea yang sangat penasaran.

Alva hanya tersenyum tipis melihat dhea mempertanyakan hal itu. Alva suka melihat ekspresi dengan ketika lagi kebingungan. "ini bukan punyaku. cafee ini atas namanya abangku bukan atas namaku. Ohiya terakhir waktu kita ketemu sudah ku bilang kan? gaboleh ngomong lo gue lagi. Kenapa masih ngomong gitu sekarang, hm?"

"ya biarin si ga ada salahnya ngomong lo gue" jelas dhea kepada alva.

"gamau pokoknya mulai sekarang dan pertemuan berikutnya harus ngomong aku kamu, titik" tegas alva dengan sedikit memaksa.

ockta yang sedari tadi diam, akhirnya bersuara "jadi lo namanya alva? yang beberapa hari ini sering dipertemukan oleh rencana tuhan yang tidak di duga-duga? bahkan kalian bertemu lagi disini? Shitt, rencana tuhan apa ini?" ucap ockta dengan ekspresi tidak percaya dengan namanya kebetulan.

Alva hanya tersenyum mendengar ockta mengatakan hal seperti itu. Dirinyapun juga tidak menyangka akan bertemu lagi dalam waktu dekat. Jangankan dalam waktu dekat, mereka bertemu 3 hari berturut-turut ini. Siapa sangka rencana tuhan seperti sudah direncanakan sebaik mungkin?

"Ohiya terus sekarang lo sudah kelas berapa?" tanya ockta yang penasaran kepada alva.

"Masih 2 SMA kak" ucap alva dengan sopan karena menghargai ockta yang lebih tua darinya.

Dhea cuma memperhatikan mereka berdua mengobrol tanpa ikut mengobrol juga. Ia masih tidak menyangka tentang rencana tuhan seperti ini. Lalu, rencana tuhan apalagi di hari esok yang akan ia hadapi?

Selang mereka mengobrol, akhirnya alva pamit karena ingin bergabung kembali kepada teman-temannya.

"kalau gitu duluan ya mau lanjut sama temen-temen. Kalian kalau masih mau nyantai disini gapapa kok rilex aja" ucap alva kepada ockta dan dhea.

"ohiya okey. Makasih ya tadi sudah nolongin kita berdua dari laki-laki brengsek itu" jawab ockta kepada alva.

"santai. Kalau ada yang buat ga nyaman tinggal ngomong aja. Duluan ya" balas alva sekali lagi sembari berdiri dan meninggalkan mereka berdua.

"dhea, lo ketemu brondong gitu dimana si? Cakep amat gilaa. Tutur katanya yang sopan, Stylenya udah ga diraguin waww bangettt. Ciptaan Tuhan yang itu mau lo sia-siain?" ucap ockta kepada dhea.

"paansi lu melebih-lebihkan banget. Dia masih bocah woi bocah SMA dan inget juga lo udah umur berapa. Emang ga ada gitu yang seumuran sampe mau ngincer bocah SMA" titah dhea yang menolak dijodohkan dengan alva.

"usia tidak menjadi penghalang untuk seseorang saling mencintai, dhea. Jangan jadikan usia jadi patokanmu untuk ga bisa bareng-bareng. Trus apa maksud tuhan mempertemukan kalian secara terus-menerus kalau bukan untuk bersama?" jelas ockta yang sangat yakin bahwa alva orang yang tepat untuk dhea.

"ini seriusan lo ga tukeran sosial media gitu? WhatsApp? Username Instagram? satupun ga ada?" tanya ockta kepada dhea.

"Ga, ga penting juga buat apa" jawab dhea begitu singkat sambal menyeruput minuman matchanya yang masih ada setengah gelas.

"Yeuh ga asik cuma ngandelin rencana tuhan doang ketemunya"

"eh iya gue belum bayar utang novel gue sampe sekarang" ucap dhea yang tiba-tiba mengingat utangnya.

"malu please kalo nyamperin mana temennya banyak bangett" sembari melihat meja yang tengah diduduki alva dan juga teman-temannya.

"nanti aja titip sama kasir. Kan dia yang punya cafee ini" ockta mencoba memberikan solusi untuk dhea.

"ohiya bener. Yaudah habisin buru minum lo itu. Udah 2 jam kita disini gue masih ada tugas yang mau dikerjain ditunda untuk nemenin lo kencan yang hasilnya ternyata gagal" keluh dhea kepada ockta.

"ya mana tau dia cowo modelan gitu. Engga banget deh baru kenal udah berani diajak ke Club" balas ockta dengan malas mengingat kejadian tadi.

"emang lo kenalnya dimana si?" tanya dhea kepada ockta.

"itu si iyan yang ngenalin. Katanya dia ada temen psikolog yang cakep. Cakep si emang tapi attitude dibawah rata-rata"

"udah ga usah ikut kencan buta lagi. Udah paling bener lu sibuk organisasi aja ga ada waktu baut cinta-cintaan" ucap dhea kepada ockta.

"ya kan gue juga pengen gitu dibucinin sama cowo. Iri banget kalo liat temen-temen pulang rapat dijemput ayangnya. Lah gue pulang rapat naek bus buat pulang miris bangett ga ada yang perhatiin" keluhan ockta yang ingin punya pacar.

"ya buat apa pdkt sama cowo modelan gitu. Tar ketemunya yang gitu lagi mampus lu"

"iya-iya bawel. Gue mau sibuk aja sampe lupa gimana rasanya pacaran" titah ockta sembari berdiri untuk segera meninggalkan cafee itu.

Mereka berdua akhirnya bergegas menuju meja administrasi untuk membayar makanan dan minuman yang mereka pesan dan tidak lupa juga dhea ingin menitipkan uang kepada alva.

"totalnya berapa mas? di meja nomor 16" tanya ockta kepada salah satu barista.

"meja nomor 16 ya mba? tadi mas alva berpesan untuk tidak menerima uang dari meja nomor 16 jadi kalian boleh pergi" ucap salah satu pegawai tersebut yang menolak uang ockta.

"loh ga bisa gitu mas. Kami disini yang makan dan minum tentunya kami yang harus bayar" balas dhea karena merasa sudah sangat berutang kepada alva.

"mohon maaf sebelumnya mba, tapi itu pesan dari mas alva jadi kami hanya menerima perintah dari pemilik cafee ini" ucapnya lagi dengan tutur kata yang lembut agar dhea memahami dengan jelas maksud yang disampaikan pegawai ini.

Seketika dhea menoleh ke arah meja dimana alva duduk tetapi ia melihat bahwa sudah tidak ada siapa-siapa disana, padahal ia sudah mengurungkan niatnya untuk menghampiri alva.

"yasudah kalau seperti itu, terimakasih ya" ucap ockta kepada pegawai sembari meninggalkan cafee itu dengan menarik dhea.

"taa, gue belum bayar utang gue ke dia" ucap dhea yang tiba-tiba berhenti tepat didepan cafee.

"iya tau, tapi alva sudah tidak ada disitu dhea. Lo mau nyari dia kemana? yang penting lo udah tau aja kalo ini cafee pemiliknya adalah keluarganya jadi jika suatu waktu kalian ga ketemu, lo bisa datengin dia disini" balas ockta untuk menenangkan dhea.

"udah sekarang kita pulang dulu. Kita lihat besok rencana tuhan seperti apa yang sudah disiapkan untuk kalian berdua"

Akhirnya mereka pulang tapi kali ini mereka memilih untuk naik bus demi menghemat pengeluaran.

***

Setibanya di kost, dhea masih memikirkan alva. Ia menjadi sangat yakin bahwa alva adalah anak orang kaya raya. Cafee megah yang baru saja ia kunjungi juga milik kakak alva. Dhea akhirnya berusaha mencari tahu lebih detail tentang sosok alva. Hal pertama yang ia lakukan adalah mencari Instagramnya hanya bermodalkan nama lengkap alva yang ia ingat. Alvarazka Adyatama. Selang ia mencari di Instagram tetapi ia tidak menemukan sosok alva dengan nama pencarian tersebut. Akhirnya muncullah diotaknya untuk mencari nama cafee tadi. Kali saja, ia bisa mendapatkan Instagram alva dari daftar pengikutnya. Setelah mendapat Instagram dari cafee tersebut, dhea begitu kaget melihat pengikutnya yang ramai. Total pengikut cafee tersebut mencapai 4,9K. Tetapi emang sebagus itu cafee nya jadi wajar saja memiliki banyak pengikut di instagramnya. Setelah Scrool sampai bawah postingan dari cafee tersebut, akhirnya ia menemukan foto alva. Seperti terlihat foto keluarga saat Grand Opening cafee tersebut. Ya, ia melihat alva dan juga kakaknya yang sedang meresmikan cafee tersebut dan juga terlihat kedua orang tua maybe itu orang tua dari alva yang turut hadir meresmikan cafee milik kakaknya. Namun, Dhea cuma mendapatkan info tersebut. Dalam postingan itu tidak terdapat sama sekali seseorang yang ia tandai padahal dhea sangat penasaran ingin mengunjungi laman Instagram alva. Dhea juga tidak menemukan akun Instagram alva dalam daftar pengikut cafee tersebut.

Semua usahanya sia-sia. Ia sama sekali tidak menemukan petunjuk tentang alva. Karena akhir-akhir ini mereka sering bertemu, membuat dhea sangat penasaran sosok seperti apa dia sampai tuhan mempertemukannya berkali-kali.

"dheaa, lihat mikoo. Kucing lo woii nyebur di bak mandi hahahhahh" teriak ockta yang membuat dhea sadar dari lamunannya.

"ya allah miko. Sini sayang keringin bulunya" dhea segera mengambil miko yang tengah asik nyebur dalam bak mandi. Sedikit aneh karena kucing ini sepertinya suka dengan air berbeda dengan kucing lain yang sangat benci air. Dengan mengetahui hal itu, akhirnya dhea bisa kapan saja memandikannya.

Setelah mengeringkan bulu miko, akhirnya mereka bertiga makan malam. Sisa whiskas yang kemaren dari dokter hewan ternyata masih ada jadi dhea tidak perlu repot-repot membelikan makanan kucing lagi.

"ehiya, si alva tadi bilang cafee itu milik abangnya kan?" tanya ockta memastikan.

"katanya si gitu" jawab dhea.

"kira-kira abangnya tua ga ya. Gimana kalo gue pdkt sama abangnya aja wkwk" ucap ockta yang terlihat genit.

"dihh najiss, kenal lo aja kaga"

"ya kan lo bisa kenalin gue ke abangnya, dhea"

"gue aja belum kenal alva sepenuhnya mana mungkin gue kenal abangnya"

"makanya pdkt"

"cott habisin aja makanan lu itu"

"keren juga ya lo. Kuliah disini selama 3 tahun bukannya nempel sama anak kampus ini malah dapetnya brondong" ledek ockta kepada dhea.

"udah si taa berhenti bahas alva"

"emang kenapa? lo yakin ga demen sama dia? kurang apa coba brondong satu itu"

"gue cuma mau selesaiin Pendidikan gue disini abis tu cabut balik kampung halaman udah" ucap dhea terlihat sangat tegas karena sudah bosan mendengar nama alva akhir-akhir ini.

Dhea langsung bergegas berdiri dari tempat duduknya karena sudah menghabiskan makanannya itu lalu mencuci peralatan makannya sendiri dan tidak memedulikan ockta yang terus-menerus menjodohkannya dengan alva.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!