Ragil Antasena

Masih dengan perasaan sedih di pagi itu setelah menghadiri undangan makan malam di rumah Ajeng. Sheila beranjak bangun dari ranjangnya karena adzan subuh telah berkumandang, biasanya dia akan mulai melakukan pekerjaan rumah sebelum berangkat bekerja karena pekerjaan rumah hanya dia yang mengerjakan. Mertuanya hanya akan berpura-pura membantunya ketika ada suaminya, sedangkan Kania tidak akan peduli sama sekali.

"Kemana Mas Reihan? tumben dia sudah bangun sepagi ini," batin Sheila bingung karena tidak mendapati suaminya di sampingnya.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, dengan memegang kue ulang tahun berbentuk angka dua puluh lima, Reihan ditemani ibu dan adiknya menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Sheila.

Tentunya Sheila sangat senang ketika melihat kejutan itu, apalagi karena beban masalah yang selalu mengganjal di pikirannya sampai membuatnya melupakan bahwa hari ini adalah hari ulang tahunya.

Sheila segera meniup lilin di kue ulang tahun yang dibawa suaminya itu, dan memberikan suapan pertama kepada Reihan.

"Selamat ulang tahun ya Shel, semoga kamu cepat memberikan cucu untuk Mami," ucap Mayang menyindir Sheila.

Karena hanya demi ingin terlihat baik di depan Reihan, Mayang dan Kania rela ikut merayakan ulang tahun Sheila walau harus dengan terpaksa.

"Aamiin," ucap Reihan mengamini ucapan ibunya, sedangkan Sheila hanya bisa bersedih ketika mertuanya membicarakan momongan yang belum bisa dia berikan.

Lanjut Reihan segera memberikan sebuah paper bag untuk Sheila yang berisi sepotong gaun brokat yang cantik sebagai hadiah ulang tahun untuk Sheila, tentunya membuat Mayang dan Kania menatapnya iri.

"Sayang kamu pakai nanti malam, aku akan mengajakmu makan malam keluar," ucap Reihan sumringah.

Mendengar ucapan Reihan itu, Mayang semakin dibuat jengkel namun dia tetap berusaha menguasai dirinya agar tidak kelepasan.

......................

Ragil Antasena

Pria berusia dua puluh enam tahun merupakan pemilik dari PT Ragil SH yang memiliki banyak cabang di luar kota dan puluhan pabrik tekstil, karena dia telah sukses mengembangkan perusahaan yang telah diwariskan oleh Ayahnya.

Ragil biasa dia di panggil, pria tampan yang selalu di incar banyak wanita-wanita cantik dan sukses tapi Ragil tidak tertarik kepada satu pun dari mereka karena dihatinya hanya ada cinta masa kecilnya, gadis kecil yang selalu menjadi pemilik hatinya bahkan Ragil mencantumkan nama depan wanita itu sebagai nama perusahaannya. Sayang mereka harus terpisah dan Ragil tidak bisa menemukannya sampai saat ini.

Ragil yang tak lain adalah bos ditempat Reihan dan Ajeng bekerja berjalan menuju deretan ruangan para stafnya, dia akan mendatangi meja Reihan untuk menanyakan sebuah berkas penting.

Memang agak lain bos yang satu ini, bukan karyawannya yang datang menemuinya tapi kadang dialah yang justru datang menemui para stafnya di ruangan mereka.

"Kemana Reihan?" ucap Ragil saat mendapati ruangan kerja Reihan kosong.

Pandangan Matanya tertuju pada Bingkai foto yang terpajang di meja kerja Reihan, dia segera mengambil bingkai foto itu dan menatapnya penuh Arti.

"Siapa wanita ini? kenapa sorot matanya mengingatkanku kepadanya," batin Ragil sambil pikirannya berkelana ke dua puluh tahun yang lalu, saat dia tinggal di kampung bersama kakek dan neneknya.

"Jika nanti aku dewasa, aku akan menjadi pengantinmu," ucap Ragil kecil dalam bayangan Ragil saat ini.

"Maaf pak, tadi saya ke kamar mandi sebentar," ucap Reihan membuyarkan lamunan Ragil.

"Tidak apa," ucap Ragil sambil masih memegang bingkai foto, yang tak lain adalah foto Sheila.

Melihat bosnya memegang foto istrinya, Reihan menunjuk kearah bingkai foto yang sedang di pegang oleh Ragil untuk meminta penjelasan.

"Maafkan saya," ucap Ragil sambil mengembalikan foto itu ketempat semula.

"Dia istri saya, dia berulang tahun hari ini jadi saya memajang fotonya di meja saya," jelas Reihan sambil menatap foto Sheila yang tersenyum manis.

"Apakah hanya kebetulan saja? mereka berulang tahun di hari yang sama," batin Ragil mengira-ngira.

"Baiklah, berikan berkas yang kau kerjakan kemarin," ucap Ragil kemudian beranjak setelah mendapatkan berkas itu.

"Selamat ulang tahun gadis cantikku," ucap Ragil sambil menatapi foto dua bocah kecil yang berwarna hitam putih itu dengan gambarnya yang sudah pudar saat sampai di ruangannya.

"Aku akan menemukanmu Sheila ku," ucapnya lagi.

Sementara di tempat lain dan di waktu yang berbeda, Sheila telah pulang bekerja. Dengan langkah terburu-buru dia ingin segera bergegas bersiap karena acaranya malam ini bersama suaminya.

Ketika hendak menarik handle pintu kamarnya, matanya tertuju kepada gaun brokat pemberian suaminya tadi pagi, yang telah di gunakan Kania untuk melihat tayangan televisi bersama Mayang, karena kebetulan ruangan televisi dan kamarnya hanya bersebelahan.

"Kania, itu kan gaunku," protes Sheila mendekati Kania.

"Memang apa masalahnya? Kak Reihan itu kakakku jadi apa yang dia beli juga milikku," ucap Kania sambil memegang remote televisi sedangkan Mayang hanya menatap sinis ke arah menantunya.

"Kania tolong kembalikan gaun itu, Mas Reihan akan segera pulang," ucap Sheila memohon.

"Baiklah akan ku kembalikan, tunggulah!" ucap Kania beranjak ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Setelah menunggu beberapa saat, Sheila kembali mendapatkan gaun miliknya, dia merasa sangat lega karena Kania mau mengembalikannya namun Sheila di buat kaget ketika mendapati gaun itu telah Kania gunting di beberapa bagian hingga tidak bisa digunakan lagi.

"Apa yang akan aku katakan kepada Mas Reihan," batin Sheila sedih sedangkan Kania dan Mayang saling tatap satu sama lain dan tersenyum dengan puasnya.

"Ada apa ini kumpul-kumpul? Lho sayang kok kamu belum siap-siap?" ucap Reihan yang baru saja datang yang membuat mereka bertiga kaget karena kedatangannya.

"Kak Reihan, Kak Sheila menggunting gaun yang kakak berikan karena tidak menyukainya aku dan Mami sudah ingatkan tapi Kak Sheila malah marah-marah," ucap Kania mencoba menghasut Reihan.

"Bagus Kania, kamu memang seperti Mamimu," batin Mayang bersorak.

Setelah mendengar ucapan Kania ekspresi wajah Reihan berubah menjadi muram dan menatap Sheila tajam untuk meminta penjelasan.

"Itu semua nggak benar Mas, Kania yang telah mengguntingnya," ucap Sheila mulai berani membela dirinya membuat Mayang dan Kania kaget.

"Kalau kamu tidak suka kamu bisa bilang, bukan seperti ini caranya, apalagi kamu menuduh Kania," ucap Reihan kecewa dan berlalu masuk ke dalam kamarnya.

Akhirnya ibu dan anak itu tersenyum penuh kemenangan karena acara makan malam di luar itu telah gagal, ditambah lagi Reihan yang marah kepada Sheila.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!